Part 3

385K 35.8K 1.5K
                                    

Aurel berjalan mendekati geng Jervanos membuat bisikan-bisikan semakin jelas, tentu saja mereka menunggu apa yang akan dilakukan Aurel untuk menarik perhatian ketua Jervanos itu.

Aurel berjalan lalu berhenti tepat di depan Dion yang menatapnya dingin, tanpa mengatakan apapun Aurel melanjutkan langkahnya bahkan dia dengan sengaja menubruk keras bahu Dion.

Namun mereka terkaget-kaget melihat pemandangan yang langka itu. Aurel hanya melewati mereka terutama Dion, bisik-bisik pun semakin kencang melihat tingkah Aurel yang tak biasanya.

"Trik apalagi tuh yang digunain Aurel?"

"Sumpah? Aurel lewatin Dion?"

"Matahari masih terbit dari timur kan?"

"Aurel kesurupan kah?"

Dion dan anggota Geng Jervanos yang melihat tingkah cuek Aurel yang melewati Dion memiliki pemikiran yang serupa. Sekiranya mereka bertanya dalam hati apa yang telah terjadi sebenarnya?

"Gue bukan Aurel yang dulu, gue udah berubah," bisik Aurel entah kepada siapa.

Aurel melangkahkan kakinya untuk pergi ke kelasnya yang berada di lantai dua.

Kini Aurel telah sampai di kelasnya yaitu kelas XI MIPA 3, tanpa aba-aba dia langsung masuk ke dalam kelas.

Kelas yang tadinya ramai seperti pasar malam mendadak sepi seperti kuburan setelah melihat queen bullying datang ke kelas.

Bukan rahasia umum lagi jika banyak teman sekelasnya yang takut dan segan terhadap dirinya, julukan queen bullying dan latar belakang dirinya yang berasal dari keluarga kaya raya nomer 3 menjadikan dirinya semena-mena hingga tak ada satupun teman sekelasnya yang dekat dengannya bahkan mengobrol pun tak pernah.

Aurel menuju meja yang berada di depan papan tulis, ia melihat kursi di samping siswi berkaca mata tebal kosong.

"Kursi samping lo kosong kan?" Tanya Aurel tanpa basa-basi.

Lita, siswi yang terkenal pintar dikelas serta penampilannya yang cupu itu mengangguk dengan ketakutan.

Set.

Brak.

Kursi di sebelah Lita diduduki Aurel, membuat seisi kelas terkesiap kaget. Apakah petir menyambar di pagi yang cerah ini, atau matahari sudah terbit dari arah barat.

Sejak kapan Aurellia yang sombong dan angkuh duduk di kursi depan seperti itu kiranya pemikiran teman sekelasnya.

"Ehm, siapa nama lo?" Tanya Aurel menoleh ke arah Lita, Aurel memang tak mengenal siapapun dikelasnya.

Lita yang ditanya sudah berkeringat dingin, dengan terbata-bata dia menyebutkan namanya, "N-nama g-gue Li-lita."

"Oh nama lo Lilita? Semoga kita bisa berteman baik," ucap Aurel sambil tersenyum.

Lita yang mendengar hal itu menegang, entah kesialan apa lagi yang akan menunggunya. Dia bahkan tak mengoreksi namanya yang salah, dia lebih terfokus pada sesuatu hal yang menunggunya di depannya nanti.

"Lilita, entar gue pinjem buku catatan lo." Permintaan Aurel terdengar seperti perintah bagi Lita sehingga dia mengangguk dengan wajah ketakutan yang masih ketara.

Seisi kelas bengong mendengar perkataan Aurel, sejak kapan Aurel yang paling malas belajar dan bodoh itu meminjam buku pada Lita.

Kring..kring..kring..

Bunyi bel masuk bergema di seluruh sekolah, para siswa dan siswi yang tadinya bergosip tentang Aurel kembali ke tempat duduk masing-masing.

Tak berselang lama guru perempuan memasuki kelas dengan pandangan sedikit berbeda.

AURELLIA; Antagonist Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang