Part 22

241K 26.3K 2.1K
                                    

Raddit melepaskan pelukannya, dia tak menyangka Cia benar-benar pulang dan kini berada di hadapannya.

"Gue pulang, lo gak usah pacaran sama buku lagi mulai hari ini," ucap Cia sambil memainkan alisnya, dia tentu tahu dengan kebiasaan Raddit yang selalu membaca buku itu.

Raddit yang mendengar hal itu mendengus pelan, dia tak merasa jika dia berkencan dengan buku.

Cia beralih menatap ke arah Putra yang kini sedang merentangkan tangannya, Cia yang melihat itu pun segera berlari lalu memeluk tubuh Putra.

"Puput!!! Gue kangen banget sama lo," ucap Cia sambil mengacak rambut Putra.

Putra yang mendengar panggilan aneh yang sudah dua tahun tak terdengar itu mencoba tak marah, untuk kali ini dia menerima panggilan yang paling ia benci itu.

"Gue emang ngangenin sih Ci, lo pergi dua tahun gak berubah ya! Permainan lo masih keren!" ucap Putra melepaskan pelukan mereka.

"Jelaslah Put! Gue masih inget, terakhir kita duel lo nangis gegara gue kalahin," celetuk Cia sontak membuat Putra membulatkan matanya.

Dengan reflek tangannya membungkam mulut lemes Cia, bagaimana bisa selama dua tahun Cia masih mengingat hal memalukan itu padahal dia sudah mencoba melupakan hal itu tapi hari ini Cia malah mengingatkannya.

"Mana ada! Jangan fitnah lo Ci!" Teriak Putra panik hingga ludahnya muncrat ke wajah Cia.

Cia yang merasa jijik ludah Putra muncrat pun memukul keras Tangan Putra membuat Putra melepaskan tangannya yang lumayan sakit.

"Ci! Kayaknya lo kudu basuh wajah lo pake air sama tanah tujuh kali deh!" ucap Bagas khawatir melihat Cia yang mengusap wajahnya menggunakan lengan seragamnya.

Bagas segera mengambil tisu basah yang kebetulan ada di saku celananya lalu mengusap wajah Cia yang terkena ludah Putra.

Cia menerima itu dengan senang hati, dia mengucapkan terima kasih tanpa suara pada Bagas.

Putra yang mendengar perkataan Bagas mendelik tak terima apa maksud perkataan Bagas itu, "Maksud omongan lo apa? Ngapain basuh pake air sama tanah tujuh kali?!"

Bagas yang mendengar hal itu menggeleng polos, "Enggak! Tapi kata Pak Ustadz kalo orang kena liur anjing kudu dibasuh kayak gitu!"

"Lo pikir gue anjing?!" Teriak Putra tak terima.

Bagas yang mendengar itu pun pura-pura tak tahu dia mengendikkan bahunya, "Gue gak ngomong kayak gitu lo sendiri yang ngomong."

Putra membuka mulut akan menyahut ucapan Bagas namun terhenti ketika sebuah tangan mencomot mulutnya begitu saja.

"Shtt! Mulut lo bau naga! Mending lo diem!" ucap Aidan pelaku yang mencubit bibir Putra.

Putra menepis tangan Aidan yang masih bertengger di mulutnya.

"Sorry! Mulut gue bau surga, anak neraka mana paham!" ucap Putra menatap sinis Aidan.

Aidan yang mendengar hal itu mencibir tak kalah keras, "Tapi surga gak nerima buaya!"

Putra yang mendengar itu menelan ludah, dia kalah dengan ucapan Aidan.

Aidan yang melihat Putra terdiam pun beralih menatap Cia.

"Cia!! Gue kangen!" Ucap Aidan lalu memeluk tubuh Cia.

Cia yang menerima pelukan itu pun membalas pelukan Aidan, dia juga kangen dengan mulut cabe Aidan dan Bagas.

Cia segera melepaskan pelukan itu, jangan tanyakan kenapa Cia begitu dekat dengan Jervanos. Mereka adalah teman masa kecil, jadi Cia begitu dekat dengan mereka. Raddit pun tak cemburu dengan hal itu karena dia tahu para sahabatnya itu menganggap Cia sebagai adik mereka.

AURELLIA; Antagonist Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang