Part 38

178K 22.2K 2.2K
                                    

Aurel mendengus keras mengingat kembali tadi Gevan yang membentaknya, angin rooftop yang menerpa wajahnya dan menerbangkan rambutnya tak juga mendamaikan hatinya yang panas.

Air matanya tanpa sadar menetes namun dengan cepat Aurel hapus.

Suara langkah kaki membuat Aurel menoleh tadinya dia berpikir yang datang adalah Gevan ternyata adalah Cia dan Lizha.

Cia dan Lizha berjalan mendekati Aurel, mereka berdiri di samping Aurel sambil merangkul bahu Aurel.

"Lo gapapa Rel?" Tanya Lizha hati-hati.

Aurel menghela napas, "Mana ada sih cewek yang baik-baiknya setelah liat cowoknya bela cewek lain!"

"Sabar kak! Raddit sama Gevan itu sama aja sama-sama brengsek! Pokoknya kalo Gevan minta maaf jangan dimaafin gitu aja, enak aja main bentak kakak seenaknya," ucap Cia dengan bada tak suka yang tak ditutup-tutupi.

Lizha menaikkan satu alisnya mendengar Cia menyebut Raddit brengsek, "Kalo lo diajak balikan sama Raddit mau?"

Cia menatap ke arah Lizha, "Itu bisa dibicarakan!"

Aurel dan Lizha tertawa pelan mendengar perkataan Cia namun tawa mereka menghilang ketika melihat Gevan yang berdiri di depan pintu rooftop.

"Ngapain lo ke sini?" Tanya Cia dengan nada sinis sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Gue mau bicara sama Aurel," balas Gevan.

Cia mengerutkan dahinya, mudah sekali Gevan mengatakan hal itu setelah membentak Aurel, dia gak mau Gevan menyakiti hati Aurel. "Kak Aurel gak mau bicara sama lo!"

Gevan mendengus pelan, dia menatap tajam Cia namun Cia tak gentar di tatap tajam seperti itu.

"Lo gak punya hak buat ngelarang gue bicara sama tunangan gue!" ucap Gevan.

Cia tertawa pelan, "Kalo pas lagi kayak gini lo bilang kak Aurel tunangan lo? Terus kenapa lo bela cewek lain yang bukan tunangan lo?"

"Gue cuma mau ngomong sama Aurel bukan sama lo."

Cia yang mendengar ucapan Gevan melotot ingin rasanya dia menampol wajah Gevan namun tangan Aurel menahan tangannya.

"Kenapa kak Aurel nahan tangan gue sih kak, biar gue tampol tuh wajah Gevan! Edan, saudaranya siapa sih!" rutuk Cia.

"Sepupu lo, Ci!" celetuk Lizha membuat Cia mendengus.

"Oke! Gue izinin lo ngomong sama kak Aurel, awas aja sampe gue denger lo nyakitin kak Aurel gue bilangin lo sama tante," ancam Cia lalu berjalan menarik Lizha pergi meninggalkan rooftop.

Aurel mengalihkan matanya dari Gevan yang tak bergerak dari tempatnya berdiri setelah kepergian Lizha dan Cia.

Aurel merasa malas menatap tunangannya itu, diamenunduk menatap kedua kakinya yang terbungkus sneakers berwarna putih hingga sepasang kaki yang terbalut sneakers hitam berdiri tepat selangkah darinya.

Aurel mengangkat wajahnya dan berjengit kaget melihat Gevan ada di hadapannya, ingin rasanya Aurel mundur namun di belakangnya sudah ada pagar rooftop.

"Kamu mau ngomong apa?" Tanya Aurel memberanikan diri.

Gevan menatap tepat di kedua mata Aurel, bibirnya terbuka namun tertutup lagi. Seakan semua kata yang sudah dia rangkai di otaknya tak mampu Gevan ucapkan.

Sedikit rasa sakit di hati Aurel melihat Gevan yang tak kunjung mengatakan satu katapun bahkan kata maaf pun tak terucap setelah membentaknya tadi. Mata Aurel tanpa sadar mengeluarkan air matanya.

Gevan yang melihat itu terbelalak kaget, dengan panik dia segera mendekat ke arah Aurel lalu menghapus air mata yang menetes membasahi pipi tunangannya itu.

AURELLIA; Antagonist Girl [END]Where stories live. Discover now