Ekstra Part I

216K 19K 1.1K
                                    

Sebuah bantalan kecil mengerjapkan mata mungilnya, dia baru saja bangun dari tidurnya. Tak ada tangisan yang keluar hanya senyuman yang tersungging di bibirnya hingga menampakkan cekungan di kedua pipinya.

Mata polosnya menata ke arah kiri yang menampilkan wajah sang bunda yang masih tertidur nyenyak sepertinya bundanya sedang kelelahan. Dia berbalik menatap ke arah kanan menampilkan sang ayah yang juga masih tertidur nyenyak.

Buntalan kecil itu mencoba untuk merangkak ke tubuh ayahnya, dengan mudah tubuhnya menduduki perut telanjang sang ayah.

Senyum manis tersungging di bibirnya, tubuhnya terlonjak senang membuat sang ayah yang merasa sesuatu yang berat menimpa perutnya pun membuka matanya.

"Yayah!"

Buntalan kecil itu memanggil ayahnya dengan semangat ketika melihat mata ayahnya terbuka.

Gevan, pria yang dipanggil ayah itu tersenyum tak ada raut kesal karena tidurnya telah diganggu adanya tatapan lembut yang diberikan untuk anaknya itu.

Tiga tahun lalu setelah melamar Aurel di acara kelulusan tak membutuhkan waktu lama bagi Gevan untuk mengikat Aurel ke jenjang pernikahan. Usia muda tak membuat keduanya mengurungkan niat mereka untuk menikah.

Memang sulit menyatukan dua kepala, ada banyak hal perbedaan yang harus disatukan. Apalagi mengingat keduanya memiliki usia yang sangat muda. Namun keduanya mampu melewati semua itu. Mereka berdua sama-sama belajar memahami pasangannya.

Suka duka telah mereka lewati bersama, kini setelah tiga tahun terlewati dengan kehadiran buah cinta keduanya setelah satu tahun pernikahan mereka.

Gevariel Nevan Sandrean, nama yang Gevan sematkan dua tahun lalu. Gevariel nama panggilan anak semata wayang mereka. Gevariel memiliki paras yang tampan karena mewarisi hampir semua gen dari ayahnya. Membuat siapapun tahu jika melihat Gevariel pasti langsung teringat Gevan.

Gevariel tumbuh menjadi bayi yang cerdas sekaligus menggemaskan bagi siapapun yang melihatnya. Namun satu sifat yang begitu mengalir dari Gevan adalah sifat bucin Gevariel pada Aurel. Gevariel akan marah dan posesif melihat Aurel bersama orang lain terlebih pria. Dia akan menampilkan wajah marah seakan-akan ada seseorang yang mengambil sesuatu yang berharga darinya.

Tangan kekarnya memegang tubuh anaknya agar tak terjatuh saat dia bangun. Gevan bersandar di ranjang dengan Gevariel berada di pangkuannya.

"Baby Iel udah bangun hm?"

Seakan paham dengan pertanyaan sang ayah, batita berusia 2 tahun lebih itu menganggukkan kepalanya heboh membuat senyuman terbit di bibir Gevan.

Gevan mencium pipi Gevariel yang mewarisi duplikat wajahnya itu. Dia mengalihkan pandangan ke arah Aurel yang masih tertidur lelap. Sepertinya istrinya itu kelelahan setelah menemani Gevariel bermain kemarin.

Gevariel yang melihat ayahnya menatap bundanya membuat Gevariel memanggil bundanya.

"Nda! Nda!"

"Sstt, Gevariel sama ayah dulu ya! Bunda biar istirahat aja!" ucap Gevan dengan lembut.

Sang anak pun menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan sang ayah.

"Good boy," ucap Gevan sambil mengelus puncak kepala anaknya.

"Mau minum susu?" Tanya Gevan.

"Tutu tutu.." ucap Gevariel dengan semangat membuat Aurel yang masih tidur terusik pelan.

Gevan yang melihat Aurel bergerak pun mengelus rambut Aurel agar kembali tidur.

"Sstt, Gevariel gak boleh berisik," ucap Gevan sambil mendekatkan telunjuknya ke bibirnya.

AURELLIA; Antagonist Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang