21. Mimpi

14 5 14
                                    

Esok hari telah tiba kini mereka seperti biasa menjalankan hari-harinya dengan teman-temannya. Pagi mereka berangkat ke sekolah, Sore mereka pulang sekolah dan malam waktu mereka beristirahat. Semenjak Aditya meninggal mereka tidak terlalu banyak bermain di luar, hanya berdiam diri di rumah masing-masing. Memfokuskan diri untuk masa depan karena mereka sudah kelas 3 Sma semuanya sudah memulai memikirkan masadepannya masing masing.

Hari Sabtu di mana hari mereka libur dan hari Minggu hari di mana mereka berniat untuk mengunjungi pemakaman Aditya temannya, mereka semua akan pergi nanti di hari minggu. Saat ini mereka sedang merencanakannya saja, dengan rasa yang sulit di gambarkan karena masih sulit untuk di lupakan.

Setelah itu mereka mengunjungi makam Aditya, saat mereka sampai di sana tidak di sangka sangka ternyata Syam Dimas sudah datang mendahuluinya. Semenjak kepergian Aditya mereka semua sudah tidak sering lagi bertemu dengan Syam Dimas. Di sana mereka tidak langsung menyapa Dimas mereka langsung saja berdoa untuknya dan memberikan air mawar serta bunga yang banyak di taburkan di kuburannya.

Saat itu tidak di sangka ternyata yang berada di raga Syam Dimas ternyata bukan Dimas melankan pak Samosir. Pak Samosir yang waktu itu menyelamatkan Nala, meski raganya sudah di kubur namun roh nya masih ada namun sesekali Pak Samosir meminjam raga Dimas. Semua itu sudah ada kesepakatannya masing masing, Dimas dan Pak Samosir sudah menerima kesepakatan itu.

"Aku sudah tahu ko, kalian akan kemari. Mengunjungi pemakaman sahabat kalian,"

"D-Dimas? Suaramu?"

"Apa kaya bapak bapak? Emang ini saya Samosir, oh ya Nak Nala masih mengingat saya?" tanya dia.

"Pak Samosir?? Tentu saja saya masih mengingat jelas kejadian itu dan terimakasih banyak sudah menolong saya,"

"Sama sama,"

"Sudah lama pak di mari?" timbrung Daniel.

"Tidak, apakah kalian menunggu penjelasan saya? Soal kenapa saya bisa meminjam raga Dimas?"

"Sebenarnya memang saya sangat menunggu itu, namun kami takut salah kata,"

"Tidak masalah, sebenarnya ini adalah pembaktianku untuk orang orang. Maksudnya adalah jika saya melakukan kebaikan maka harus ada pengorbanan, pengorbananku yaitu aku harus meninggalkan ragaku itu. Dan sesekali aku meminjam raga Dimas, dia juga menyetujuinya dan ini adalah perjanjianku dengan dia. Kalian semua tidak harus tahu apa perjanjianku yang sebenarnya. Oh ya aku harus segera mengembalikan raga ini," terang pak Samosir

"Hati hati pak," kata Daniel.

"Oh iya aku hampir lupa, jika kalian bertemu dengan paranormal kalian jangan terkejut atau takut mungkin itu akan memberikan petunjuk untukmu. Dan tabah lah kalian semua yang sudah mendapatkan kutukan pada saat kalian pergi menjelajah bersama Aditya,"

"Apakah masih banyak yang harus kami lewati? Dan apakah kami akan mati semua? Dan apakah kami akan mati oleh makhluk ghaib? Apakah teman kami yang sudah menjadi korban tidak cukup?!! Apakah semua akan mati oleh kutukan itu? Gara gara menyentuh tongkat murah?!!" amarah dari Varel yang tidak bisa terkendali.

"Hey Anak muda! Jangan membuat murka dia! Ini peringatan untuk kalian jangan sekali kali kalian berbicara seperti dia! Jika kalian tidak ingin ada lagi masalah, kami semua sedang melakukan yang terbaik!" bentak Pak Samosir.

"Terbaik? Terbaik apa! Ha ha ha! Sial! Kamu tidak bisa menjamin itu!" balas Varel yang tidak di hiraukan oleh Pak Samosir.

Plak plak plak... suara tamparan yang keras yang melukai pipi Varel oleh Vito.

"Najis lu! Gak bisa jaga emosi, apapun masalah hadapi dengan kepala dingin! Jangan sikap kaya gini! Lu taukan kita semua yang salah dan sudah menjadi jalan cerita kita harus melewati ini!"

"Ha ha ha nasib kita miris!"

"Sial," umpat Santi.

"Kita tunggu paranormal yang akan datang untuk mendampingi kita, kenapa kita harus berhubungan dengan hal yang mistis,"

"Diam! Jalani saja,"

"Jika kita hidup tanpa rintangan maka tidak akan ada permainan di dalamnya," kata salah seorang yang tiba tiba datang.

"Siapa kamu?"

"Belum saatnya kalian mengetahui siapa aku,"

"Paranormal? Iya kan? Iya kan? Jawab dong,"

"Ish kamu ini masa paranormal ganteng, cocoknya sama aku aja," celetuk Santi.

"Ha ha ha ha, lucu ya,"

"Kamu mengingatkanku pada seseorang, dan seseorang itu tidak asing namun siapa,"

"Ha ha mungkin ini adalah teka teki,"

"Maksudmu?"

"Aku bilang belum waktunya kalian mengetahui semua ini, aku hanya datang untuk memberikan berbagai informasi,"

"Ya kan! Kamu paranormal?"

"Kalian semua aku sarankan pulang saja se rumah, tidak baik kalian berlama lama di kuburan,"

Mereka semua pulang dengan aman, dan Varel yang tadi emosi sekarang amarah dia sudah padam. Bagaikan api yang membara namun padam seketika. Emosi tidak bisa di gambarkan oleh kata kata yang baik, hanya raga saja yang bisa menggambarkan itu.

"Aditya? Apakah itu kamu?"

"Hai, apa kabarmu?"

"Baik, kamu?"

"Sama, kondisiku baik namun masalahku belum selesai?"

"Bukannya kalo udah is dead selesai?"

"Ha ha ha ha,"

"Eh maaf engga maksud itu, aku mau tanya kenapa kamu ada di sini?"

"Aku pengen saja bertemu denganmu, emang kenapa kamu gak mau bertemu denganku? Sudah lupakah?"

"Ha ha ha engga dong masa aku melupakanmu,"

"Kamu hati hatiya, aku yakin suatu saat kamu akan menemukan orang yang tepat. Kamu jangan sedih terlalu lama, karena tidak baik,"

"Kalo sedih gak baik, maka aku harus apa?"

"Bahagia! Bahagialah kamu meski tidak dengan orang yang kamu impikan selama ini. Memang sakit, namun kamu harus menerima kenyataan ini. Di saat ada perjuangan maka akan ada pengorbanan,"

"Pengorbanan? Maksudmu? Selama ini aku belum pernah melakukan pengorbanan,"

"Inilah yang kumaksud, hidup kita ber delapan banya sekali teka teki di dalamnya. Semua akan ada pengorbanan dan perjuanganan, aku, kamu, mereka. Dan nanti akan ada akhir semua ini,"

"A aku gak mengerti apa maksudmu,"

Tiba tiba suara burung begitu kencang di luar sehingga membangunkan Santi yang sedang tertidur lelap. Dia menangis, ternyata dia bertemu dengan Aditya adalah mimpi saja. Sulit sekali dia mengikhlaskan kepergian Aditya.

Namun dia berpikir apakah pengorbanan yang dia lakukan adalah kehilangan Aditya, namun dalam hatinya masih janggal dia belum mengetahui titik terangnya. Dia masih dalam keadaan melamun, karena waktu masih pukul 01.00 malam dia melanjutkan tidurnya lagi. Dan berharap semoga dia bisa bermimpi lagi dengan Aditya, hanya mimpi namun itu terasa nyata.

Pagi sudah tiba dan dia sudah siap untuk mberangkat ke sekolah, dan  dia dengan cepat pergi menceritakan mimpinya itu kepada ibunya.

"Bu semalam aku mimpi temanku yang sudah meninggal, Aditya mimpi itu sangat nyata namun aku kecewa saat bangun hanya mimpi,"

"Kamu pernah naksir dia?"

Dalam hatinya dia berkata, "Sial! Saking senangnya aku jadi lupa rahasiaku selama ini terbongkar kepada ibuku,"

"Engga bu aku pergi dulu ke sekolah,"

Setelah itu dia pergi ke sekolah, dan seperti biasa bertemu dengan teman temannya.

Kutukan [Tamat]Where stories live. Discover now