22. Berhayal Untuk Masa Depan

12 5 10
                                    

Di kelas semua siswa siswi sudah berkumpul menunggu kedatangan seorang guru yang akan mengajarnya. Namun, setelah 1 jam pelajaran sudah lewat guru belum kunjung datang, akhirnya Ketua Murid sebagai penanggung jawab memanggil guru ke kantor. Jawabannya nihil, guru di kantor berkumpul. Saat di telusuri guru-guru yang menangis penyebannya ialah kepergian guru yang kini seharusnya mengajar di kelas 12 MIPA 2, yaitu kelas Jesica.

Sontak Ketua Murid pun dengan cepat pergi ke kelasnya ingin segera memberi tahukan kepada teman-temannya. Namun pemberi tahuan itu sudah di ketahui oleh teman-temannya, karena guru wali kelas yang memberi tahukan. Akhirnya semua muridpun bersedih dan turut berduka cita, langsung saja mereka mendoakannya agar semua dosa-dosanya di hapus, dan di terima amal yang sudah di buatnya.

Karena guru semua akan menjenguk ke rumah jenazah akhirnya semua murid di pulangkan dengan waktu yang masih pagi yaitu pukul 9.30 mereka pun pulang, dan berniat untuk ikut menjenguk gurunya yang sudah tiada.

Saat mereka tiba, ternyata penyebab kematiannya ialah sakit jantung. Namun Nala merasa ada keganjalan di dalam hatinya, karena saat jenazah akan di makamkan dia melihat ada bekas cakaran di lehernya. Nàmun dia tidak berani untuk membicarakannya dia hanya menutup mulutnya saja.

Saat di perjalanan pulang ternyata mobil Daniel tiba tiba mogok di tengah tengah perjalanan pulangnya, mana masih dekat dengan area pemakaman. Mereka kebingungan dan akhirnya hanya duduk saja, tiba tiba Santy memanggil manggil nama orang mereka pun melihat orang itu.

"Ha? Dia kenapa ada di mari?"

"Paranormal bukan sih?"

"Yah sudah ku duga!"

"Maksudmu Nal?"

"Hai Santy"

"Kenapa si Paranormal langsung menyebut nama Santy?"

"Mungkin Paranormal itu naksir, Santy ha ha ha,"

"Jangan menggosipkan ku dari belakang!"

"Kami tidak menggosip kan mu, namun hanya mengobrol kecil saja,"

"Dusta!"

"Aish, tak guna! Katakan apakah ini ulahmu? Paranormal abal abal,"

"Jangan menghinaku, sial!"

"Lalu?"

"Aku ingin memberi tahukanmu, guru kalian itu meninggal bukan karena sakit jantung. Dia meninggal karena cekikan dari makhluk penasaran yang sedang menghantui kalian, kalian juga akan paham dengan apa maksud ku ini. Dan kalian pasti bisa memecahkan dengan sendiri. Sepertinya mobil itu sudah jalan dan bisa di pakai,"

"Dugaan ku benar ini semua ulahmu!"

Wulan berkata, "Kenapa sih si paranormal itu langsunh akrab sama Santy emang dia di utus oleh pak Samosir,"

"Ha ha kamu iri?"

"Lumayan,"

"Ya sih siapa yang gak iri di sapa sama paranormal, dan masih muda lagi ha ha ha," ucap Nala.

Wajah Daniel tiba tiba memerah, bagaikan sengatan api yang mengenainya. Dengan begitu mereka langsung menaiki mobil dan menuju untuk pulang. Di perjalanan mereka baru ingat bahwa besok ialah hari persahabatan mereka yang ke 6 Tahun, dengan begitu mereka berencana untuk pergi ke suatu tempat.

Keesokan harinya mereka pergi ke pemakaman Aditya, lalu pergi ke Cafe seperti biasanya. Di sana mereka mengobrol ria terutama Santy berkhayal soal masa depannya nanti.

"Aku kalo udah lulus SMA, mau lanjutin ke universitas di Yogyakarta. Lalu aku akan tinggal di sana, wah sangat menyenangkan sekali bukan menurutmu? Dan 1 tahun sekali kita berkumpul di mana agar status persahabatan kita tidak putus,"

"Aku juga setelah lulus ingin melanjutkan ke Universitas di Jakarta saja,"

"Kalian berdua sudah menentukan rencana, sedangkan diriku masih bingung. Dan aku hanya takut rencanaku tidak sesuai kehendak yang maha kuasa. Kita hanya bisa berencana, namun tetap rencana itu bisa gagal,"

"Kamu harus semangat! Jangan berkecil hati Varel, kamu kan Lakik!"

"Udah deh jangan gitu, kata orang tuanya Varel. Dia ingin melanjutkan ke luar negeri, dia ingin menjadi atlet basket karena hobby nya itu,"

"Semoga apa yang menjadi keinginanmu terwujud dan tercapai,"

Hayalan demi hayalan sudah mereka wujudkan dalam pikiran dan benaknya. Karena mereka pikir saat ini bukan lagi untuk membuang buang waktu. Namun saat ini adalah jalan untuk menentukan masa depannya nanti.

Namun dengan begitu, mereka menjalankan hidup tidak tenang karena arwah penasarn masih selalu menghantuiny di dalam pikiran maupun di dalam hatinya. Hanya bisa menjalaninya saja, karena mereka semua akan menyerahkan takdirnya dan akan menerima mau itu buruk atau senang.

Vito mulai membuka suaranya, "Jesica sepertinya keinginanku untuk memilikimu hanya angan anganku saja, ha ha ha,"

Dengan wajah terkejut Jesi menjawabnya, "Maksudmu?"

"Kakakku dan kakakmu,"

"Yah Kak Martin dan Kak Anggel?"

"Dia sudah resmi menjadi pasangan dan sebentar lagi mereka berdua akan menjalankan lamaran,"

"Apa maksudmu? Kenapa aku tidak mengetahui itu? Jangan bercanda! Aku tidak suka,"

"Kenapa? Kenapa kamu tidak suka? Kamu harusnya senang kita tidak bisa bersama, lagian kamu selalu cuek sebelumnya ibuku menolak karena dia mengetahui aku menyukaimu namun aku mengizinkan kak Martin bersama ka Anggel karena dia saling menyayangi sedangkan diriku? Ha ha ha ya sudahlah, kita memang sebatas sahabat." jelas Vito

Jesi menjawabnya, "Oh! Ya, baik okeh,"
Jesi meminta izin dia ingin pergi ke toilet. Di sana tanpa dia sadari dia menangis tersedu sedu.

"Kenapa, kak Anggel sampai begitu. Mungkin ini memang salahku seharusnya waktu itu aku berkata jujur, berarti kalung yang bertulisan A&M adalah milik dia, yang melambangkan Anggel & Martin,"

Setelah itu Jesi pergi dan kembali menemui teman temannya tangisan dia langsung terhenti dan dia mulai berkata.

"Hayalanku saat ini, aku ingin membereskan masalah Aditya agar aku bisa hidup aman dan damai tidak ada rasa ketakutan lagi di dalam hatiku ini,"

"Loh kenapa? Bukannya kamu ingin hidup bersama dia, dan dia itu siapa kamu belum memberitahukan itu,"

"Dia? Dia adalah dia, dan sudahlah dia kini sudah berlalu dan aku akan melupakannya."

"Yahh Jesica, aku sedih mendengar omongan mu ini. Kamu sakit hati ya saat mendengar Vito tadi,"

"Awalnya ya, namun gak guna jika aku sedih biarkan saja sudah berlalu."

"Dan rencanaku aku ingin tinggal di Korea, tempat kelahiran ibuku," kata Vito.

Deg. Deg. Deg. Suara hati Jesica.

"Semoga kamu bahagia Vito," kata Jesica.

"Kamu pun, semoga kamu lebih bahagia,"

Suasana menjadi muram saat mereka merencanakan hayalan mereka itu. Mereka tidak ada niatan untuk membahas hari indah, hari persahabatan yang ke 6 Tahun itu. Mereka sudah tahu isi hati Vito dan Jesica, mereka berdua memang saling menyukai namun rasa suka itu terhalang karena usia mereka yang masih SMA.

Rencana Vito hanya sia-sia dia sudah memutuskan untuk melupakan Jesica. Dan saat ini Jesica yang sedih dengan apa yang di bicarakan oleh Vito. Namun meski begitu dia ingin sekali melupakan perhatian, gombalan, yang di berikan Vito kepadanya selama ini.

Jesica menyadari, bahwa dirinya hanya seorang perempuan yang bersikap cuek namun saat Vito datang dia tidak bisa mencuekannya, dia bisa saja cuek dengan sikapnya namun tidak dengan hatinya. Hatinya saat ini tidak bisa di bohongi jika jujur Jesica memang menyayangi Vito. Namun selama ini dia tidak bisa mengungkapkannya. Dia hanya bisa menelannya saja, dan berbuat normal seperti biasanya.

Dengan begitu dengan wajah yang biasa biasa mereka memutuskan untuk pulang, dan suasana di sana menjadi hening dan tidak ada satu kata suara pun, hanya hembusan angin saja yang mereka rasakan.

Kutukan [Tamat]Where stories live. Discover now