Chapter 47

7 2 11
                                    

"Hai ayo cepat bangun kita pergi ke atas puncak,"

"Iyah siap pak," ucap Aditya.

"Hah atas puncak?"

"Iyah ayo,"

"Ke atas puncak harus berapa jam?"

"Dalam waktu enam jam kita harus cepat ke sana,"

"Apa?"

"Ini masih jam empat subuh."

"Ingat kita ke sini untuk melepaskan semua kutukan, jangan pada ngeluh." tegas Aditya.

"Baik, kami semua siap ayo."

Merekapun berjalan selama berjam-jam. Saat empat jam perjalanan mereka merasa lapar dan lemas.

"Pak Samosir kami sangat lapar dan haus."

"Ini kalian makan ini, dan ini minumnya."

Pak Samosir memberikan masing-masing satu buah apel dan satu buah kelapa untuk minum.

"Terimakasih,"

"Ayo sambil jalan yah."

"Ayo semangat tinggal satu jam lagi kita selesai, dan kalian akan mendapatkan kejutan yang sangat luar biasa."

"Kita semangat, ayo jalan lebih cepat."

Akhirnya mereka sudah sampai di puncak terakhir. Di sana mereka berdiri membentuk lingkaran, dan sebuah tongkat yang tingginya sekitar 2 meter pak Samosir letakan di tanah.

"Kita berdoa agar kutukan yang menimpa kalian bisa hilang,"

Berdoa pada diri masing-masing sudah mereka laksanakan.

Tiba-tiba suara petir menyambar dari arah barat membuat mereka terkejut namun mereka tidak memperdulikannya. Mereka hanya terus saja berdoa, sebelum ada yang menyebut Aamiin. Bukan hanya suara petir yang menyambar hujan pun datang begitu deras, awan yang mulainya berwarna biru. Saat mereka memulai berdoa suasana pun mulai sangat berubah.

"Aamiin," ucap Pak Samosir.

"Keta, kami semua meminta maaf sebesar-besarnya. Kami menyesal telah menghancurkan rumah kamu, tapi kamu juga tahu jika kami tidak sengaja."

Petir pun berbunyi dengan kencang, menandakan amarah dari Keta.

"Sekarang kami sudah buatkan rumah baru buat kamu, dan tempat di sini sangat cocok buat kamu di sini tidak akan ada orang yang mengganggu atau menyentuhmu karena ini sudah puncak paling tinggi. Aku sebagai penunggu kedua hutan ini akan menutup di puncak bagian akhir karena ini sudah menjadi milik kamu, Keta apakah kamu mau memaafkan kami semua? Jika kamu masih menghitamkan awan ini dan kamu menandakan amarah di dalam hati baiklah aku bersumpah akan membuang tongkat ini, dan kami sudah menyerahkan hidup dan mati kami kepada sang maha kuasa sang khalik bukan kepadamu!"

Duar... suara petir paling keras.

"Aku sudah melepaskan kutukan pada anak muda ini, tapi. Semua yang terjadi tidak akan bisa kembali, namun mulai detik ini dan kedepan kalian sudah bebas dari kutukan aku."

"Wahai Keta, terimakasih banyak. Dan maafkan aku, akulah yang sudah menyentuh tongkatmu sehingga tongkat itu terbelah."

"Tanpa kamu bicara aku sudah tahu, awalnya kamu akan mati. Namun perjuangan anak muda itu sangat tangguh hingga akhirnya dia bisa menemukan Samosir."

"Selanjutnya semoga kalian diberikan ketenangan," ucap terakhir oleh penguasa hutan itu Arketa.

"Terimakasih pak Samosir, berkat bapak saya dan teman-teman saya bisa terbebas dari kutukan."

Kutukan [Tamat]Where stories live. Discover now