Chapter 23. 50:50

17 7 6
                                    

Pada hari Senin, keluarga Vito dan keluarga Jesica mulai membagikan sebaran undangan. Undangan lamaran kakaknya masing-masing yaitu Anggel dan Martin. Mereka bersama teman-temannya membagikan undangan tersebut kepada keluarga, kerabat, dan temannya.

"Gak kerasa kakak kita sudah mau lamaran aja,"

"Ha ha ha, iya Vit,"

"Kamu jangan bersedih, karena tokoh utama sudah biasa kalah di awal dan menang di akhir," ucap Paranormal.

"Wah paranormal muda ini, ramal aku dong," kata Nala.

"Kamu juga akan mendapatkan kebahagiaan, namun banyak rintangan di dalamnya,"

"Ah sudahlah masa depanku terlihat suram ya? Sudahlah walau begitu aku akan tetap hidup!"

"Ha ha ha, dasar! Sejak kapan kamu kemari hah?" timbrung Daniel.

"Santai! Aku bisa hadir semauku," jawabnya tak kalah santai.

Akhir akhir ini Daniel ketika bertemu dengan Paranormal itu selalu sinis, dan kesal. Karena suasana hatinya yang sedang muram, namun saat Nala melihat itu dia hanya tersenyum kecil.

Undangan semua sudah di sebar, dan akhirnya mereka pulang. Tinggal menunggu 1 minggu lagi acara lamaran akan segera di mulai dan ini adalah hari Jesica dan Vito menjadi 50:50.

Mengapa demikian menjadi 50 berbanding 50? Karena di sisi lain mereka sudah bahagia karena kakaknya akan melepaskan ke singgelannya. Dan di sisi lain mereka berdua bersedih karena tidak dapat bersatu. Karena orang tuanya masing-masing tidak merestui jika kakak dan adik itu saling melamar keluarga yang sama, akhirnya sudah di putuskan Martin dan Anggel lah yang akan di resmikan.

Akhirnya satu minggu kemudian sudah tiba pada malam ini, keluarga Jesica dan Vito akan melakukan lamaran untuk kakak mereka berdua. Memang tidak di sangka-sangka, pertemuan yang awalnya sebagai teman kini menjadi calon teman hidup. Kedua belah pihak antara Jesica dan Vito sudah ikhlas mereka akan menjadi saudara.

Ibunya Vito yang melihat Vito, dia hanya menatap kosong. Dia merasa kasihan namun Vito yang mengetahuinya dia langsung bersikap biasa agar ibunya tidak khawatir dengan isi hatinya. Vito dan Jesica sangat mahir menyimpan rasa luka yang telah terjadi.

Daniel yang tidak bisa tinggal diam dia langsung saja membuka suaranya, dan dia menjelaskan. "Jika Vito dan kak Martin saling menyukai tidak salah jika dia menyukai dalam satu keluarga bukan?" Vito menjawabnya. "Sudah kamu diam saja aku sudah merelakan dia!"

Akhirnya cincin lamaran sudah ada di meja tinggal memasangkan saja. Martin dan Anggel mereka berdua nampak bahagia, meski hati mereka merasa kasihan kepada Jesica dan Vito. Namun mereka berdua tidak melihatkan ke sedihannya itu. Sedikit orang yang mendengar omongan Daniel mereka langsung menapat heran kepada Anggel dan Martin.

"Hey apa maksud anak SMA itu?" menunjuk ke arah Daniel.

"Apa jangan-jangan adiknya Martin calon suaminya Anggel dia menyukai adiknya Anggel? Yaitu Jesica? Kok aku langsung berpikir seperti itu ya,"

"Hallo Ibu-ibu kenalin aku Nala, temannya sekaligus sahabat plus plus di anggap seperti keluarga. Ibu-ibu di sini sedang menggosip ya? Atau menggibah? Ha ha ha. Boleh kah aku ber join dengan kalian?"

"Apa-apan sih, katanya teman, sahabat, sekaligus keluarga tapi dianya di gosipin kamu ikut-ikut nimbrung,"

"Tepat! Di sini Saya hanya ingin menjebak kalian! Yap menjebak kejujuran kalian saja, kalian dengan tidak sadar sudah mengakui bahwa kalian sudah menggosipi keluarga kalian sendiri!"

"Memang kami masih ada saudara dengan keluarga Rosdiana, yang kini ibu dari 2 anaknya yaitu Jesica dan Anggel. Namun aku tidak menyukai dia, dan kenapa kamu bisa tahu aku masih saudara dengan dia?"

"Ha ha ha. GAK PENTING, BOS!"

"Dasar!!"

Semua orang bertepuk tangan ria, karena mereka berdua sudah menjalankan lamarannya dengan lancar. Jesica dan Vito juga tidak kalah bahagia, mereka sangat senang dan tidak sadar mereka saling menjatuhkan air matanya.

Hari yang mulai gelap akhirnya semua para tamu sudah pulang dan teman-temannya, ikut pulang bersama. Hanya keheningan yang mengisi ruangan dan ke sedihan, namun tidak sadar dia menampar dirinya sendiri.

Plak. Plak. Plak.

"Bodoh! Seharusnya aku bahagia melihat kakak ku sendiri sudah tuanangan dan melepaskan ke singgelan nya, ini malah sedih sial! Dan salahku juga aku selalu mencuekan dia, oke Jesica saat ini kamu harus move on! Semangat, dan bangkit usiamu masih belasan tahun dan masa depanmu sangat panjang! Ayo semangat, semangat pasti bisa aku harus bisa!"

Ibunya Jesica yang melihat itu, dia hanya menggeleng gelengkan kepala karena ulahnya membuat kepala dia menjadi pusing dan kasihan. Langsung saja dia menutup pintu kamarnya Jesica, dan Jesica pun tidur dengan pulas karena besok dia harus di hadapkan dengan ujian sekolah.

Ke esokan harinya mereka pergi berangkat ke sekolah, melaksanakan Ujian Sekolah. Tidak terasa tinggal 2 bulan lagi mereka di hadapkan Ujian Nasioanal lalu, kelulusan pun akan tiba. Dan di sanalah mereka akan jarang bertemu dan berkomunikasi karena kesibukannya masing masing.

Bel sudah berbunyi, mereka masuk ke ruangan komputer dan memfokuskan diri untuk mengerjakan soal soalnya dengan teliti. Bahkan Jesica paling cepat dalam pengerjaan soalnya, dan mendapatkan nilai paling tinggi pula.

Jam 11.30 sudah tiba dan mereka semua sudah selesai tinggal menunggu pengumuman nilainya masing masing. Dan benar saja nilai Jesica tidak bisa di ragukan lagi, dia mendapatkan nilai sebesar 99,9 mereka semua terkejut mendengar pengumuman itu.

Dan Nala juga tidak kalah besar di mendapatkan nilai sebesar 92,9. Santy mendapatkan nilai sebesar 91,9. Wulan mendaptkan nilai sebesar 90,9. Daniel, Vito, dan Varel mereka mendapatkan nilai sama yaitu 89,0. Mau sejauh apapun jarak mereka pasti akan bisa berdiskusi.

Guru guru sangat bangga kepada Jesica karena Jesica murid pertama di sekolahnya yang mendapatkan nilai paling besar. Tidak dengan begitu Jesica masih rendah hati dan selalu menolong teman temannya. Jesica sangat bijak, pantas saja dia sangat di segani oleh banyak orang.

Kutukan [Tamat]Where stories live. Discover now