Chapter 28. Mengapa Bisa?

13 5 9
                                    

Nala dan teman-teman yang melihat sebuah bangunan yang begitu besar dan sangat tua bahkan kuno, begitu heran karena mengapa di sebuah puncak wisata terdapat bangunan yang begitu mistis. Karena rasa penasaran dan rasa keingin lebih tahuannya begitu besar, akhirnya mereka semua memutuskan untuk masuk ke dalam rumah tua tersebut.

Sebelum mereka masuk, mereka semua dengan serempaknya menginjak bumi sebanyak 3x dengan kompak. Karena apa? Karena mereka mempunyai kepercayaan yaitu manusia lebih mulia daripada makhluk tak kasat mata.

"Kita semua yakin?"

"Yakin, mengapa tidak?"

"Baik kita semua akan masuk ke dalam rumah tua tersebut." ucap Daniel dengan penuh keberaniannya.

"Aneh, banget. Mengapa di puncak wisata seperti ini ada bangunan kuno?"

"Sudahlah masuk saja!" ucap Daniel.

Pertama-tama mereka serempak membuka pintu yang sudah tidak bagus seperti dulu. Pada saat mereka sudah masuk, ruangan begitu luas dan banyak sekali barang-barang yang mewah namun tidak terurus. Bahkan banyak sekali foto-foto namun orang yang berada di foto tersebut tidak dapat di identipikasi dengan baik.

Mereka melanjutkan ke lantai dua, di lantai dua ada banyak sekali macam-macam jenis kursi dan taman mini meski sudah rusak namun masih tetap terlihat bahwa itu adalah taman.

Pada saat Nala melihat taman, dia melihat ada anak kecil yang sedang duduk dan tersenyum kepada Nala. Nala begitu penasaran hingga akhirnya Nala, menemui anak tersebut. Dalam penglihatan teman-temannya mereka tidak melihat ada seseorang atau anak kecil, namun hanya ada kursi goyang saja.

Namun sebaliknya, Nala melihat anak kecil yang sedang duduk di kursi goyang dan tersenyum kepada Nala. Seolah-olah ingin di temui oleh Nala, terus saja berjalan menuju ke arah kursi tersebut namun di cegah oleh Daniel.

"Nala! Hey sadar. Kamu mau kemana?"

"Itu di sana ada anak kecil yang sedang duduk, begitu manis dan lucu sekali. Apakah kamu tidak melihatnya? Lihatlah dia juga melihat ke arahmu Daniel, namun dia memasang wajah yang tidak suka kepadamu."

"Sudahlah Nala jangan bercanda, aku tidak suka!" bentak Daniel dengan nada yang begitu tinggi sehingga membuat hati Nala menjadi sedih.

"Baik, kalo kamu gak suka ya gapapa."

"Maafkan aku Nala, sudah membentakmu," keluhnya dengan merasa bersalah.

"Lha, kok! Anak kecil tadi pergi ke mana ya?"

Seketika Nala tidak sadarkan diri, yang akhirnya Daniel lah yang menggendong Nala untuk pergi ke luar rumah tua itu. Lalu pergi ke tenda yang berada di puncak wisata, memang jarak antara rumah tua ini dan tenda cukup jauh, namun Daniel akan terus saja menggendong Nala sampai tenda penginapan.

"Daniel benar kamu sanggup menggendong Nala? Pedahal ini jauh lho, mana gelap lagi,"

"Sanggup kok, aku pasti bisa. Lagian ini bukan masalah besar, kalian jalan duluan saja,"

"Engga Daniel, kita sama-sama saja!" ucap tegas Vito.

Akhirnya menit demi menit mereka sudah lalui, mereka sudah sampai di tenda. Dan pada saat melihat jam waktu sudah pukul 03.00 pagi. Nala dengan wajah pucatnya dia berkata, "Mengapa aku sudah ada di mari? Mengapa kalian tidak ikut dengan Caramel?" ucap Nala membuat bulu kuduk teman-temannya menjadi berdiri.

"Heh Nala, jangan membuat kami semua merinding ya!" ucap Santy.

"Engga memang benar kok, aku tadi ikut bersama Caramel dan anak kecil itu,"

Kutukan [Tamat]Where stories live. Discover now