Chapter 40

7 2 4
                                    


Nala, Jesi, Aditya, Wulan, Santi, dan Varel. Mereka langsung saja berdiskusi, menyiapkan semua kebutuhan yang harus mereka siapkan dahulu.

“Vito ke mana?” tanya Varel.

“Vito lagi nungguin mamahnya yang sedang sakit,”

“Lalu Daniel?”

“Daniel sedang pergi ke Singapura,” ucap Nala.

“Apa saja yang harus kita lakukan?”

“Pertama kita harus mengambil tongkat yang rusak dulu,”

“Hah apa? Kok rusak sih, padahal cuman di pegang aja.”

“Tidak Nala, tongkat itu rusak. Dulu saat kamu kerasukan tongkat itu tidak sengaja kamu lemparkan dan terbelah menjadi dua, kita semua tidak ada yang memperdulikan tongkat itu. Karena kita panik kamu sudah seperti orang yang sudah sepenuhnya terkendalikan oleh makhluk sana.”

“Benar dulu Vito dan Daniel langsung mencari pertolongan, dan kita semua menjaga kamu Nala tidak ada yang memperdulikan tongkat itu.”

“Sebenarnya tongkat tersebut ialah rumah dari penguasa hutan itu,”

“Maksud kamu?”

Hampir 100 tahun yang lalu, ada pembantaian yang begitu sadis dan sangat kejam semua orang yang melewati hutan itu tidak ada yang selamat semuanya meninggal di bunuh dan semua organ tubuhnya mereka ambil dan ekspor ke luar negeri. Orang-orang pergi ke hutan itu untuk mencari sebuah kayu dan makanan, karena hutan itu sangat subur sehingga orang-orang beramai-ramai mencari makanan dan kebutuhan pokok yang lainnya. Namun ada salah satu orang yang tidak amanat melainkan memanfaatkan keadaan tersebut, hutan yang saat ini angker ialah hutan Arketa. Yang berarti Arwah keta, orang itu ialah Bernama Keta. Keta ialah orang yang dulunya sering membunuh orang-orang yang datang ke hutan itu, sebelum Keta meninggal hutan itu mempunyai nama Hutan Beruntung. Karena sumber daya alam yang hutan itu hasilkan sangat melimpah, namun dihancurkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

Suatu hari ada orang yang akan di bunuh oleh Keta, namun orang tersebut berhasil menyelamatkan diri dari genggaman Keta yang begitu kasar. Orang tersebut bernama Pak Ali, dengan kecerdasannya dia berpura-pura meninggal dan seluruh tubuhnya dia kotori dengan darah korban, saat keta sedang mengeksekusi korban sedikit demi sedikit Ali merayap perlahan sehingga dia bisa berlari sejauh-jauhnya dari hutan itu. Hingga pada akhirnya, Ali bisa terbebas dari genggaman Keta dan dari hutan itu.

Rumah ali memang dekat dengan hutan tersebut, semenjak kedatangan Keta tetangganya mulai menghilang melainkan di bunuh oleh Keta. Ali berjalan ke daerah perkotaan, dia ingin terbebas dari ancaman yang selama ini dia lihat. Akhirnya Ali sudah sampai di sebuah kota yang banyak orang-orang modern, lantas orang-orang mengira jika Ali ialah hantu karena seluruh tubuhnya dipenuhi dengan darah. Sontak orang-orang kota berteriak sehingga akhirnya tim medis dan polisi datang menemui Ali.

“Kenapa kamu?”

“Sudah dia hanya orang jangan takut, kamu bersihkan dulu semua wajah kamu.”

Akhirnya Ali sudah bersih, namun ada bekas sayatan yang menggores pipi Ali. Karena Keta memastikan jika Ali sudah meninggal akhirnya Keta menggores-goreskan pisau tajamnya itu. Dengan rasa tenang Ali hanya diam saat kulit dia di gores-goreskan pisau, tidak apa-apa yang penting tidak diketahui oleh Keta jika dia masih hidup.

“Aku memohon kepada kalian, bantu aku. Kalian tahu Hutan Beruntung?”

“Aku tahu, tapi sekarang katanya sedikit orang yang berdatangan ke sana.”

“Ada orang yang memanfaatkan keadaan, ada seorang laki-laki yang membunuh setiap orang yang yang datang ke hutan. Dan mengambil semua organ-organ tubuhnya, dia mempunyai semua alat-alatnya. Seperti dokter karena dia lihai sekali saat membelah semuanya aku melihat semuanya.” jelas Ali.

“Tunggu sebentar,” ucap tim medis.

“Ada apa?”

“Beberapa bulan yang lalu Keta jarang bekerja di rumah sakit, awalnya dia meminta izin untuk berlibur ke hutan namun tidak lama dari itu Keta mengundurkan diri. Dia bukan tim medis tapi dia suka di suruh oleh dokter untuk menjadi asisten saja, bisa saja karena dia sering melihat membedah akhirnya dia bisa saja menjadi mahir,”

“Benar juga, jangan-jangan semua ini ulah Keta.”

“Baik kita semua harus menangkap Keta!”

Akhirnya mereka semua datang untuk menangkap Keta, tidak hanya orang-orang biasa ada Ustad, dan orang-orang hebat lainnya. Dengan kepintaran Keta, dia sudah menyiapkan perangkap jika ada orang yang masuk. Namun Ali tidak kalah pintar dia sudah mengetahui di mana saja titik perangkap yang Keta simpan. Tiba di hutan itu, sudah tercium bau bangkai yang berserakan. Tiba-tiba Keta datang dan berada di belakang mereka, sontak mereka terkejut karena benar itu ialah ulah Keta.

Salah satu tim medis berkata, “Aku tidak percaya jika keahlian kamu, kamu gunakan menjadi perbuatan yang keji.”

“Tidak! Tidak hanya keji, Keta juga seorang psikopat. Dulu ada laporan jika Keta ialah orang psikopat,” ucap salah satu medis.

“HAHA… Semuanya sudah datang, tidak sabar aku ingin bermain dengan kalian.”

Dengan cepat Keta langsung menusukan pisaunya ke salah satu penduduk, hingga akhirnya dia meninggal karena darahnya mengalir begitu deras. Keta bersorak ria karena dia bisa membunuh di depan orang banyak, dengan cepat polisi menodongkan pistol kea rah Keta. Dengan cepat juga Keta menangkis, dan di sanalah perkelahian di mulai. Dengan lihainya Keta membunuh salah satu orang yang berada di sana, karena geram akhirnya Ali menembakan pistol kea rah kaki Keta. Hingga akhirnya Keta tidak bisa menusukan lagi pisaunya, seperti tidak ada rasa sakit padahal Keta sudah kehilangan banyak darah.

Dengan ambisinya Keta masih bisa berjalan, dan di sana Keta mengambil pistol lalu di arahkan kepada tim medis. Mereka meninggal dan Ali langsung menembakan kea rah lengannya, sehingga pistolnya itu terjatuh dan di sana perkelahian sangat sengit. Antara Ali dan Keta, lengan Ali terkena tusuk karena pisauanya Keta tancapkan dengan tidak ada rasa kasihan Ali tembakan kea rah kepala Keta hingga akhirnya.

“Jika aku meninggal aku bersumpah akan menjadi gentayangan, hingga tetap tujuan kamu ingin mengembalikan hutan ini menjadi hutan beruntung tidak akan pernah bisa,”

“Tidak aka nada yang mustahil di dunia ini!”

Karena ada beberapa ustad yang berdoa sebelum Keta meninggal, salah satu ustad berkata kepada Keta.

“Sebelum kamu meninggal, kamu masih bisa bertaubat. Kamu jangan menghalangi niat baik Ali, ucapan kamu saya Tarik. Kamu tidak akan menjadi arwah yang gentayangan karena kamu akan saya buatkan rumah dalam tongkat ini, dan kamu akan tetap bisa tinggal di hutan ini.”

“Baiklah dan aku bersumpah jangan ada orang yang menyentuh tongkatku, karena tongkatku nanti akan menjadi rumah aku. Dan jika tongkat itu ada yang menyentuh saja maka akan sial, apalagi jika tongkat aku rusak. Sudah pasti rumah aku hancur, jika tidak bertanggung jawab maka akan terkena kutukan kesialan dalam hidupnya,” tidak lama dari itu Keta pun meninggal, dan ustad di sana mulai mendoakan. Lalu salah satu ustad pun melakukan tugasnya hingga akhirnya, tongkat yang sering di bawa ustad itu ia simpan dan tancapkan di tanah itu sebagai rumah Keta. Dan agar tidak ada kejadian yang tidak di inginkan, ustad pun dengan jelasnya memberikan peringatan jangan sentuh tongkat ini.

“Sebenarnya rumah yang Pak Samosir tempati, ialah rumah Keta yang dulunya jadi penguasa di hutan ini.”

“Sadis sekali,” ucap Nala dengan tidak percaya.

Kutukan [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang