37

8 2 13
                                    

Saat Viona melihat hasil foto kepangannya, dia sangat tersenyum bahagia. Ayahnya Viona baru kali ini melihat senyuman putrinya yang sudah lama tidak pernah ia lihat, kini dia melihatnya kembali.

“Akhirnya anak ayah bisa tersenyum kembali,”

“Ayahh, apakah ayah tahu? Vito aku ketemu dia, dan ini hasil kepangannya apakah ayah ingat? Vito selalu mengepang rambutku dengan model seperti ini.”

“Iyah, ayah ingat. Kenapa bisa ketemu? Padahal kan dia tidak tahu alamat kita,”

“Memang dia tidak tahu alamat kita, tapia pa boleh buat jika takdirnya seperti ini. Yang tidak mungkin saja bisa jadi mungkin, padahal aku satu pesawat sama dia. Dan apakah ayah tahu? Waktu aku di pesawat aku sama dia kaya musuh, awalnya aku tidak tahu itu Vito namun saat dia memanggil nama aku Viona Mahesa di sana aku percaya itu Vito.”

“Oh seperti itu, semoga kamu bisa berteman dengan dia.”

“Iyah ayah gak apa-apa cuman teman juga aku bahagia, dan dia juga sudah mempunyai seseorang Namanya Jesica, sering di panggil Jesi. Namun kakaknya Jesi sudah tunangan dengan kak Martin.”

“HAH? Itukan kakak nya Vito,”

“Iyah, kata dia sekarang cuman sekedar calon iparan gitu.”

“Tapi kamu gak sedih, Vito sudah bisa move on dari kamu,”

“Buat apa aku sedih, aku sayang sama dia. Mau dia sama orang lain asal dia bahagia aku ikhlas, ayah karena sayang gak harus memiliki. Jika aku terus-terusan mengganggu dia, lantas aku bukan sayang aku egois dan aku obsesi jika seperti itu, sekarang aku terima nasib dan takdir aja aku ikutin alurnya sampai mana dan lihat endingnya.”

“Anak ayah sudah dewasa ternyata, pemikiran kamu sudah semakin bijak.”

“Apakah ayah tahu? Dewasa di paksa oleh keadaan memang membuat mental aku hancur, tapi dengan seiring berjalannya waktu aku bisa merasakan bagaimana sakitnya dewasa, aku seperti ini semenjak mamah pergi selama-lamanya. Di sana aku mulai berfikir agar tidak bergantung, karena hanya mamah yang selalu memahami aku. Semenjak itu aku harus benar-benar kuat.”

“Tapikan ada ayah, yang bisa kamu ajak ngobrol.”

“Tidak. Ayah tetap ayah tidak akan bisa digantikan dengan posisi mamah, mamah sekarang sudah tidak. Susah, sedih aku akan aku pendam saja. Karena tidak ada diary terbaik selain mamah, ayah tahukan semenjak mamah pergi aku tidak punya sahabat.”

“Karena kamu tidak ingin bersosialisasi lagi dengan orang lain, makanya kamu tidak punya sahabat.”

“Benar, karena mamah itu  ibu sekaligus sahabat aku.”

“Terserah kamu. Dan ayah nanti meminta izin sama kamu jika ayah akan menikah lagi,”

“Kok ayah gak setia sih, sama mamah.”

“Suatu saat nanti kamu akan menikah, lantas kamu juga akan meninggalkan ayah. Apakah kamu mau jika ayah hidup sendirian dan mati sendirian?”

“Jika begitu aku gak usah menikah saja,”

“Lalu keturunan ayah sudah habis begitu? Buang pikiran kamu yang seperti itu.”

Lantas Viona hanya terdiam saja, dan dia menjawab. “Apakah ayah mencintai mamah, atau sayang sama mamah?”

“Iya, kenapa?”

“Jadi menikah itu harus saling sayang dan menerima satu sama lain?”

“Iya seperti itu,”

“Dan jika ayah akan menikah apakah karena ayah mencintai orang tersebut?”

“Iya, asal kamu tahu. Dia adalah orang yang pertama kali ayah suka, sebelum mamah kamu.”

Kutukan [Tamat]Where stories live. Discover now