Chapter 30. Kebalikan

13 3 11
                                    

Sampai detik ini arwah Caramel terus menghantui teman-teman SMAnya, Nala salah satu orang yang sering di dekati oleh Caramel. Karena Nala, mempunyai penglihatan yang orang lain tidak punya. Semenjak Nala kerasukan di hutan, Nala saat ini menjadi anak indigo. Dia bisa tahu akan terjadi hal buruk, atau makhluk tak kasat mata bisa dia lihat dengan mata telanjangnya itu.

Nala sedang merebahkan diri di kasur empuk, dan nyaman itu. Meski kamar yang ia tempati sederhana ia sangat menyukai kamar itu. Karena kamar itu ilah tempat yang menjadi saksi bagaimana dia mencurahkan isi hatinya. Bagaimana dia merasa sedih ketika dia hampir tewas di hutan, dan datang Daniel yang menyelamatkannya. Namun kini dia dan Daniel sudah menjadi teman biasa. Bedanya dulu mereka bersatu erat karena ada ikatan kasih sayang namun sekarang mereka bersatu karena ikatan pertemanan.

Bisa berteman akrab dengan Daniel saja merupakan suatu kebahagiaan bagi Nala dan Daniel. Menyimpan rasa suka yang di pendam selama beberapa tahun bukanlah hal yang sederhana. Mereka menahan perasaan itu, agar persahabatannya tidak bubar. Namun dengan demikian ternyata mereka berdua saling menyayangi.

"Huh dulu aku ketemu Daniel, jantungku terasa akan copot. Eh taunya dia juga suka sama aku, dasar." ucap Nala.

"Oh begitu ya Nala? Baiklah ibu akan merestui kalian berdua. Kamu jika ingin pergi bersama Daniel silahkan saja asal minta izin dulu ke rumah, ibu tahu kamu sudah mulai dewasa dan kamu pasti tahu mana yang terbaik untukmu nanti kedepannya."

"Eh."

"Tidak udah panik, gapapa." ucapnya singkat sambil meninggalkan Nala yang sedang kebingungan.

Entah ini kabar bahagia atau biasa saja bagi Nala, namun ia masih tidak percaya jika ibunya sudah memberikan izin.

Esok paginya mereka bertemu di sekolah dengan suasana yang berbeda, arwah Caramel selalu mengikuti Nala. Nala bisa merasakan itu, namun Nala hanya diam dia tidak banyak bicara karena Nala mengkhawatirkan teman-temannya menjadi panik jika arwah Caramel selalu mengikutinya.

Sebentar lagi ujian sekolah, tinggal menghitung waktu sebentar lagi mereka akan menerima kelulusan dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Meski tanpa Aditya yang sudah meninggal dunia mendahului teman-temannya, rasa rindu selalu ada namun hanya do'a saja yang bisa mereka berikan untuk Aditya Nugroho sahabat SMAnya.

"Hai, apa kabar kalian?"

"Eh hai Nala, baik kok."

"Wah Nala terlihat bahagia yah," ucap Jesi.

"Eh bentar kenapa Jesi tau suasana hatiku?"

"Semenjak aku tidak bisa melihat makhluk tak kasat mata, aku jadi bisa merasakan suasana hati seseorang. Dan maaf yah aku baru bisa bilang hari ini." ucap Jesi.

"Berarti kamu tau tentang Vito?"

"Aku tahu, makanya aku mau merahasiakan ini dari sahabat cowo, cukup kita-kita aja yang tau oke?"

"Iya dan tentunya si cantik yang manis pasti tahu deh."

"Maksudmu?"

"Caramel, dia sampai saat ini terus mengikuti kita. Terutama aku, dia tau jika Jesi sudah tidak bisa melihat makhluk tak kasat mata. Makanya dia hanya mengikutiku, gapapa si setidaknya aku punya temen jika aku lagi kesepian haha."

"Ih si Nala, ngeri juga." ucap Santi.

"Huh kesalahan kita di masalalu ialah melanggar."

"Maafkan aku, aku dulu melanggar yah aku memegang sebuah tongkat hingga akhirnya kita bisa mengenal pak Sanusi dan anaknya Dimas. Oh iya kalo panggilan syamdimas itu kalo pak Sanusi dan Dimas sedang ada kan?"

"Iya, Pak Sanusi di kabarkan meninggalkan bukan? Lalu jika arwahnya ingin mengatakan sesuatu pasti masuk ke jasadnya Dimas."

"Mereka berdua harus menerima nasib seperti itu,"

"Yah dia juga sudah pasti bisa menjalaninya. Namun sampai saat ini masih misteri, misteri belum terpecahkan semuanya."

"Sebentar Nala bahagia apa?"

Tersenyum dengan malu, kedua pipinya mulai memerah pada saat Santi menanyakan soal kebahagiaan apa yang sedang di terima oleh Nala.

"Sebenarnya pas malem itu ibu aku sudah memberikan izin, soal aku dengan Daniel. Dan jika aku ingin keluar dengannya syaratnya kami harus meminta izin dulu."

"Wah serius? Aku ikut senang dan happy banget."

"Hehe terimakasih ya kalian!"

"Eh ngomong-ngomong, Jesi sama Vito gimana dong?"

"Aku sama Vito kan calon ade ipar dari kakak-kakak kami berdua hehe." ucap Jesi.

"Padahal gapapa lah kalo kalian berdua ke jenjang yang lebih serius."

"Gak aku gamau ngerusak kebahagiaan kakak aku, lagian aku sama Vito udah sepakat ko jadi temen aja."

"Semoga takdir baik di kemudian hari berpihak kepadamu Jesi." ucap Caramel yang bisa di dengar oleh Nala seorang saja. Tiba-tiba Nala merinding dan merasa canggung karena arwah Caramel sedang berada di antara teman-temannya dan dirinya.

Seketika Nala langsung menyampaikan omongan Caramel kepada Jesi dan Jesi pun hanya menundukan kepala lalu berterimakasih saja.

Pada saat jam istirahat seperti biasa semua circle Nala dan kawan-kawan jajan di kantin tempat biasa mereka berkumpul. Tawa canda begitu terpancar di wajah mereka masing-masing, Caramel yang terus saja mengikuti dia hanya menjaga jarak karena dia takut jika Nala sampai marah kepada dirinya.

Nala memang kesal jika dirinya terus-terusan di ikuti arwah Caramel, namun Nala juga merasa kasihan jika Caramel terus seperti itu.

Pada saat di keheningan Daniel berkata kepada Nala. "Nala pulang sekolah aku antar kamu pulang oke?"

"Aku si oke."

"Cieee mulai membaik yahh?"

"Nggak kok seperti biasa, aku antar Nala sampai depan rumah aja."

"Nggak Daniel kamu sekarang bisa antar aku sampai rumah kok, hehe. Ibu aku sudah merestui kita sudah memberikan izin, sejak tadi pagi." ucap Nala.

"Serius? Aku senang sekali."

"Aaaa kalian congratulations yahh dari kami semua."

"Makasih banyak bro! Sebagai perayaan kalian gak usah bayar makanan di sini biar aku saja yang tanggung!"

"Huh dasar Daniel lagi bahagianya gini, ntarr uang 100 juta kamu berkurang."

"Gapapa lah nanti aku suruh orang tuaku untuk mengisi ulangnya hahah."

"Hahaha dasar yah." ucap mereka semua dengan penuh kebahagiaan.

Caramel pergi lalu Nala mengikutinya. Nala meminta izin untuk pergi ke toilet tapi sebenarnya dia pergi untuk mengikuti Caramel. Ternyata Caramel pergi ke arah di mana dia loncat dari gedung sekolahan, Nala terus saja mengikuti Caramel hingga akhirnya.

"Kamu kenapa mengikutiku? Kamu seharusnya duduk dengan Daniel calon pacar resmi kamu nanti."

"Aku mau aja ngikutin kamu, kamu juga sering ngikutin aku." ucap Nala.

"Nala aku tau isi hatimu tapi kamu tidak tau isi hatiku."

"Jadi?"

"Aku kasian sama kamu banyak siswa dan siswi di sini yang terus memperhatikanmu karena dari tadi kamu hanya bicara sendiri, aku takut kamu di bilang aneh tapi di dunia manusia kamu memang aneh soalnya aku tidak bisa di lihat oleh manusia selain orang-orang tertentu."

"Oh iya aku baru sadar, aku jadi malu."

"Iya makanya kamu cukup bilang di dalam hati aja, nanti juga aku jawab."

"Baiklah bukan dari awal kamu kasih tau aku."

"Sudah kamu pergi kembali ke teman-teman kamu saja oke!"

Akhirnya Nala pergi ke kantin tempat di mana dia berkumpul bersama teman-temannya itu, lalu melanjutkan kembali obrolannya yang tadi tertunda Daniel dari tadi terus saja tersenyum ke arah Nala.

Kutukan [Tamat]Where stories live. Discover now