34

6 2 7
                                    

Saat acara peresmian butik orang tua Jesi sudah selesai, Jesi langsung saja pergi dan meminta izin kepada orang tuanya.

“Mah, Jesi pergi dulu yah.”

“Ke mana?”

“Ke rumah Nala.”

“Lah bukannya orang tua Nala ada di mari, dan kenapa Nala tidak ikut.”

“Ah nanti saja Jesi cerita, sekarang Jesi pergi dulu, Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam, anak cantik.”

Jesi pun pergi ke luar, saat dia sedang menunggu Taxi tiba-tiba ada mobil yang berhenti. Saat kaca depannya di buka itu ialah Vito, dan langsung saja Vito turun.

“Jesi, sedang apa kamu di depan butik? Eh atau kamu sedang menunggu seseorang?”

“Iya aku lagi nunggu Taxi,” jawabnya.

“Mau ke mana? Aku antar saja.”

“Jika itu tidak keberatan aku mau, tidak akan aku tolak.”

“Ah iya, kamu mau ke mana? Mau pulang kah? Dan iya ini acara peresmian butik orang tua kamu?”

“Hmm… iya, akum au ke rumah Nala. Sepertinya Nala sedang tidak baik-baik saja.”

“Lah kenapa kamu bisa berkata jika Nala tidak baik-baik saja?”

“Ayolah aku jelaskan di dalam mobil saja,” 

Jesi dan Vito masuk ke dalam mobil, dan di sana mereka melanjutkan Kembali obrolannya.

“Jadi kan begini, tadi orang tua Nala bilang kepada aku jika Nala di berikan kabar yang mengejutkan Rangga adiknya Daniel datang ke rumahnya dia di suruh Daniel untuk memberikan bingkisan atau apalah namun tidak di terima oleh Nala. Daniel pergi ke Singapura tanpa berpamitan sepertinya Nala badmood aku khawatir, makanya aku mau ke rumahnya.”

“Ohh begitu, bukannya Daniel sudah terbiasa pergi ke Singapura untuk membantu orang tuanya.”

“Yah aku gak tahu.”

“Bukan Daniel saja aku juga sering ke luar Negeri, kami para cowok waktu sekolah sering keluar namun soal urusan pribadi tidak kami bicarakan.”

“Hah masa? Dan iya kami juga kadang suka pergi keluar negeri sih.”

“Iya makanya kamu jangan khawatir biasa saja,”

Tidak lama dari itu akhirnya Jesi dan Vito sampai di rumah Nala.

“Assalamualaikum Nala, aku sama Vito datang.”

“Waalaikumsalam.”

Mata Nala terlihat bengkak menandakan jika Nala sudah menangis, Jesi pun sudah mengetahui jika Nala menangis.

“Hai Nala apakabar?”

“Hai Vito, aku baik kamu apakabar,”

“Kenapa harus bohong sih Nal, kamu tidak baik-baik saja kan? Lihatlah mata kamu,”

“Ayo masuk ke dalam, tidak enak kalau di luar,”

Jesi dan Vito masuk kedalam. Di sana Jesi dan Vito di beri minuman es jeruk, dan makanan ringan yang enak. Untuk menghargai Jesi dan Vito langsung mengambil dan memakan makanan yang di berikan, lalu mereka langsung saja melnjutkan obrolannya.

“Nala kamu jangan khawatir, Daniel itu sering keluar negeri jangankan ke Singapura ke New York juga dia sudah beberapa kali,”

“Iya aku tahu jika soal Daniel sering keluar negeri kamu juga samakan sering keluar negeri, tapi apakah kamu tahu? Saat ini Daniel di sana sedang menjalankan pengobatan, aku tahu dari isi suratnya yang dia titipkan kepada Rangga adiknya, makanya aku menangis aku takut jika Daniel kenapa-kenapa. Saat ini Daniel tidak boleh ditemui oleh orang kecuali orang-orang sana orang tua nya pun bisa mengetahui kabarnya Daniel hanya lewat orang sana tidak bisa melihat secara langsung,” terang Nala.

“Emang Daniel sakit apa? Selama kita bersama-sama dia tidak aneh atau seperti orang normal saja,”

“Kita mengenal Daniel saat Sekolah Menengah Pertama bukan sejak lahir,”

“Apa? Jadi Daniel sakit saat usia dia masih balita?”

“Bisa jadi,”

“Ah sudah aku sudah frustasi mendengar kata-kata itu,” ucap Nala dengan suara lemah.

“Kamu pasti kuat dan kamu pasti bisa menjalaninya,” ucap Jesi.

“Terimakasih Jesi, Vito kamu sudah meluangkan waktu. Dan maaf aku tidak bisa hadir di acara peresmian butik kamu Jesi, tapi orang tua aku ada kan?”

“Iyah ada kok, aku sekarang pamit pulang kamu jaga diri baik-baik yah Nala,” ucap Jesi dengan peduli.

“Iya Jesi sekali lagi terimakasih banyak.”

“Iya sama-sama Nala.”

Jesi pun pulang dan di antar oleh Vito, karena bagaimana pun Vito dan Jesi calon ipar karena kakak mereka sudah tunangan dan sebentar lagi acara pernikahan kakak-kakak mereka. Ketika sudah sampai di depan rumah Jesi, Vito langsung saja berpamitan dan pulang ke rumahnya karena besok pagi Vito akan pergi ke Singapura seperti biasa dia akan menjenguk Daniel, hanya Vito seorang diri di antara sahabatnya mereka dulu yang mengetahui keadaan Daniel yang sebenarnya.

Karena waktu dulu. Vito, Aditya, dan Varel. Mereka dulu pernah menginap di rumah Daniel tapi Vito memperegoki Daniel yang sedang teleponan dengan dokter yang berada di Singapura, sontak Daniel terkejut saat Vito mendengar obrolannya. Dengan begitu Vito langsung memaksa Daniel untuk menceritakan keadaan yang sebenarnya.

Akhirnya dengan beberapa persyaratan dan perjanjian Daniel pun setuju untuk menceritakan keadaan dia yang sebenarnya. Mendengar semuanya Vito langsung lemas dan dia tidak ingin mencamouri urusan orang lain. Yang dulunya Vito sangat bawel dan segala ingin tahu, namun semenjak perjanjian dengan Daniel Vito langsung berubah menjadi pendiam awalnya namun ke sini biasa saja namun tidak peernah kepo lagi.

Dengan berat hati Vito harus menyembunyikan semua hal tentang Daniel, dia terkadang merasa kasian kepada Daniel. Namun suatu saat sahabatnya akan mengetahui apa yang sebenarnya sedang terjadi atau bahkan sudah terjadi beberapa lama.

Saat sudah tiba di rumah, Vito langsung merebahkan dirinya. Dia menatapi ikan hias yang di kasih oleh Daniel sebelum pergi ke Singapura. Ikan tersebut di berikan nama yaitu Davi singkatan dari Daniel Vito jadi Davi, nama yang cocok namun Vito merasa sedih karena dia takut jika perawatan Daniel yang sekarng akan gagal. Tidak boleh berfikiran negative, namun apa day ajika saat ini kondisi Daniel sudah lemah.

Bahkan saat Daniel akan di bawa ke Singapura saja Vito melihat Daniel yang sedang tidur dengan keadaan lemah, Vito sudah tahu jika suatu saat nanti sahabatnya mengetahui tentang Daniel. Yang Vito takutkan hanya satu dia takut jika rahasia Daniel dengan dia suatu saat nanti akan terbongkar dan teman-temannya marah terutama Nala.

Dia akan menanggung risiko yang besar, namun apa daya jika komitmen harus ditepati. Dia akan menerimanya meski pada akhirnya dia yang akan merasa bersalah. Saat ini Vito menatapi atap kamarnya dan sesekali melirik Davi hewan peliharannya, sebelum kondisi Daniel memburuk Daniel masih sempat menyetir mobil ke rumah Vito untuk memberikan hewan peliharaannya yaitu ikan hias yang sekarang di beri nama menjadi Davi.

Di sana Vito tidak berhenti menatapi Davi dan terus saja berbicara seakan-akan dia sedang berkomunikasi dengan Daniel, hari sudah menunjukan pukul 11.00 malam. Vito harus segera tidur karena besok pagi dia harus segera pergi ke bandara dan pergi ke Singapura menemui orang tuanya Daniel.

Kutukan [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang