3% : 1%

3 2 9
                                    

“Kok bisa-bisanya sih, mamah aku gak bilang soal Viona. Padahal dulu aku nangis, dan mamah tahu itu,” ucap Vito sambil menahan amarah, dan mata yang sudah berkaca-kaca.

Tiba- tiba Jesi penasaran, dan dia langsung saja bertanya kepada ibunya Vito. “Tante maaf jika aku lancing, akum au nanya Viona itu siapa yah?”

“Viona ialah anak dari sahabat tante bernama Iren, ternyata Iren sekarang sudah meninggal.  Dulu saat tante melahirkan Vito tidak lama dari itu mereka juga di karuniai seorang anak, dan kini anak itu Bernama Viona Mahesa orang tua Viona meminta izin agar nama anaknya Bernama seperti Vito, nama belakangnya Mahesa dan huruf nama depannya ialah V.”

“Apakah dulu Vito sering mengepang rambut Viona?”

“Bukan hanya sering, tapi setiap hari. Dulu Viona ingin sekali mempunyai rambut yang ikal, makanya Vito selalu mengepangnya namun tetap saja rambut Viona lurus.”

“Oh dan pantas saja, dulu saat aku di rumah Nala Vito meminta untuk rambut aku di kepang namun aku tolak. Dan baru tadi rambut aku di kepang, ternyata Vito mengingat kembali dengan masalalunya.”

“Maafkan anak tante Jesi,”

“Eh tante kenapa harus minta maaf, aku sama Vito sebentar lagi jadi saudara ipar kan.”

“Terimakasih Jesi sudah memaklumi Vito,”

“tidak apa-apa,”

“Jesi apakah kamu menyukai Vito?”

“Dulu sebelum kak Martin bertunangan dengan kakakku, aku menyukai Vito namun saat kak Martin sudah tunangan di sana perasaan aku untuk Vito sudah tinggal setengah lagi,”

“Lalu sekarang sudah hilang atau tinggal berapa persen lagi?”

“Jujur rasa kagum aku sama Vito masih ada tinggal 3% lagi, kurang lebih segitu.”

“Njirr dikit banget,” timbrung Vito yang tidak di ketahui kedatangannya.

“Eh kamu kok tiba-tiba datang aja,”

“Suka-suka akulah.”

“Nak Jesi emangnya perasaan bisa di persen gitu?”

“Kata aku bisa, buktinya aku sama Vito masih ada sedikit perasaan. Dulu rasa sayang ada sekarang cuman rasa kagum karena kebaikan kamu saja,”

“Oh begitu yah,”

“Lalu apakah perasaan Vito masih 100% untuk Jesi?”

“Jujur sih, aku sudah berkurang. Bahkan drastic tinggal 1% saja,”

“Lumayan si,” ucap Jesi.

“Kalian ini malah jadi persen-persenan sih,” ucap mamah Vito.

“Biarin tante, perasaan sama masalalu memang tajam dan sudah pasti pemenangnya,” ledek Jesi.

“Kata aku tidak, orang yang masih ingat sama masalalunya ialah dia yang gagal dengan pilihannya yang sekarang. Jadi orang yang sekarang tidak bisa membuatnya nyaman, itu hanya pendapat aku saja,”

“Tapi emang benar masalalu kamu lebih baik dari aku,” ucap Jesi.

“Nggak kok, kamu baik. Cuman kamu suka ngacangin aku, makanya perasaan aku sama kamu tidak terlalu dalam, aku sama Viona saling menyayangi sejak kecil aku sudah bersama dia. Kita saling memberikan perhatian meski itu sangat muda,”

“Iyah aku tahu, andai saja dulu aku bisa langsung menerima kamu.”

“Sudah tidak ada gunanya penyesalan.”

“Kali-kali kamu ajak Viona, kita kenalan sama mereka,”

“Kita?”

“Maksudnya sama sahabat kita,”

“Gak udah gak penting,”

Karena sudah malam, Vito menyuruh Jesi untuk tidur. “Kamu tidur di Kasur lantai saja, aku di kursi ini,”

“Tapi itu keras kursinya,”

“Gak apa-apa, yang penting kamu bisa tidur. Udah jangan banyak bicara kamu tidur saja, jangan nolak aku tidak mau kamu bangun pagi sakit badan, karena kamu mau tidur di kursi.”

“Okeh baik, terimaksih calon ipar,”

“Sama-sama, calon saudara Ipar.”

Di malam hari tiba-tiba saja Nala terbangun, lalu dia ke bawah berniatan untuk mengambil minum. Namun ada satu hal yang tidak bisa dia sangka, ternyata dia mendapatkan kejutan yang sangat-sangat membuat dia terkejut. Nala langsung berlari ke luar, dan menemui bayangan yang dia lihat.

“Kamu siapa?”

Diam tidak ada jawaban, dengan keberanian yang sangat tinggi Nala langsung saja menemuinya.

“Aku tahu kamu manusia!”

“Aku manusia, tapi kamu jangan terkejut jika kamu melihat aku,”

“Kamu siapa?”

“Tujuan aku ke mari, aku hanya ingin menyelesaikan kutukan yang telah kita terima.”

Deg…

“Jangan bilang jika ini kamu?”

“Aku Aditya, apakabar Nala?”

Tidak ada rasa takut, hanya ada rasa senang yang tidak tertahan tidak dia sadari jika Nala memeluk Aditya.

“Kamu tidak takut sama aku? Padahal aku sudah di anggap meninggal.”

“Aku tidak takut meski kamu hantu sekalipun, kamu mempunyai mantan Bernama Caramel? Dan dia yang sebenarnya menemani aku, sebelum dia pergi dia pernah bilang sama aku. Kutukan yang aku terima akan hilang berkat seseorang, dan apakah itu kamu?”

“Tidak kutukan bisa hilang jika kita saling Bersatu, sebenarnya semenjak aku dinayatakan meninggal aku langsung pergi bersama Pak Samosir, dia menggunakan raga Dimas. Aku tinggal di rumah kosong dulu kamu di ajak ke sana saat kamu di ganggu oleh makhluk penunggu itu,”

“Aku tahu, dan apakah sudah saatnya kita akan terbebas dari kutukan?”

“Dengan kerja keras kita, kita akan terbebas dari kutukan.”

“Semenjak kita kena kutukan, ada saja sial yang selalu mengganggu,”

“Sama aku juga, andai saja jika aku tidak ajak kalian untuk pergi ke hutan. Aku rela di nyatakan meninggal karena aku harus bertanggung jawab dengan semua yang sudah terjadi. Namun sial atau kutukan yang sudah di terima tidak akan bisa di rubah,”

“Aku mendapatkan sial apa?”

“Dulu kamu sama Daniel berpacaran hubungan kamu sama Daniel akan terus mendaptkan kesialan atau sering tidak beruntung, selama kutukan it uterus ada. Dan yang lainnyapun akan sama Jesi sama Vito akan terus mendapatkan ujian, begitupun aku dengan Caramel hingga akhirnya dia meninggal. Namun arwah dia sudah tenang sekarang, makanya dia tidak akan menemuimu lagi.”

“Oh seperti itu, apakah kamu tahu perkataan kamu memang benar. Daniel saat ini sedang pergi ke Singapura tanpa memberi tahu aku, Vito dan Jesi juga sama kakak mereka berdua yang malahan tunangan,”

“Tuh apa kata aku juga, aku minta maaf sama kalian karena aku kalian mendapatkan kesialan.”

“Enggak Adit, tenang aja. Kita jalani bareng-bareng aja. Aku bahagia kamu masih hidup, nanti kamu certain kenapa kamu bisa seperti ini,”

“Siap, sekarang aku mau pulang. Semoga om Husein paman aku tidak takut dengan aku,”

“Kamu mending nginap aja di kamar satpam ada yang kosong kok, aku khawatir jika paman kamu terkejut melihat kamu mana ini malam-malam.”

“Baiklah, terimaksih aku istirahat dulu Nala,"

Nala langsung saja pergi ke kamarnya, dan melanjutkan kembali tidurnya yang terganggu. Sangat tidak percaya jika Aditya masih hidup padahal sudah sangat lama Aditya dinyatakan meninggal. Memang misterius namun itu jalannya, seperti itu. Aditya yang sekarang bisa tidur dengan nyaman, tidak seperti dulu dia hanya tidur di sebuah bangunan yang tua dan menyeramkan. Namun saat ini dia sudah berkenalan dengan semua makhluk halus. Sudah bisa di katakana jika Nala, Jesi, danAditya anak indigo.

Kutukan [Tamat]Where stories live. Discover now