7. Rєηcαηα мoєвιυѕ

82 14 0
                                    

(Malam yang sama)

"Tenang saja, aku tak akan berhenti menyelidiki nya." Pria itu menyeruput sebuah rokok.

"Hm.." Sahut pria berkacamata disebelahnya.

"Hei.. Bagaimana dengan mata-mata profesional kita yang satu itu?" Seorang pria bertubuh besar dan berisi datang ke markas itu, ia adalah Osanai.

"Sedang menjalankan tugas seperti biasa. Kami sedang memanggilnya kemari, tapi ia tak kunjung datang." Jawab Hanma.

Osanai duduk dihadapan 2 bawahannya itu.

"Bagaimana soal rencana yang ingin kau jelaskan kemarin, Kisaki?"

Kisaki memperbaiki posisi duduknya menjadi lebih tegak. Lalu menjelaskan rencana itu secara detil, beserta alasan yang logis untuk meyakini Osanai bahwa rencana itu pasti akan berhasil.

Osanai terus mengangguk, ia yakin bahwa rencana itu pasti bisa menghancurkan Touman.

"Aku sampai." Seorang bocah laki-laki datang ke markas mereka. Kedatangannya membuat 3 orang yang berada di sana kesal karena ia terlambat datang.

"Lama sekali kau ini!" Hanma kesal pada Rider.

"Maaf. Ada urusan."

"Berita apa yang kau dapatkan?" Tanya Osanai.

"Tawuran akan dilaksanakan 3 Agustus." Jelas Rider singkat.

Mendengar itu, Kisaki memutar otaknya untuk merancang rencana.
"Hm.. begitu ya... Baiklah." Kisaki berdiri.

"Apa lagi yang harus aku lakukan?" Tanya Rider.

Kisaki mendekati bocah itu dan berbisik seperti tak memiliki hati. "Bunuh wakil presiden Touman."

Mendengar itu Rider mengangguk iya. "Rencananya?"

"Kau kan jenius. Masa tidak tahu rencananya?" Kisaki menyeringai.

"Hm.. Baiklah." Ucap Rider ketus.

"Penyerangan akan dilakukan tepat pada waktunya." Ucap Kisaki sembari membalikkan badan dan duduk kembali ke kursinya.

"Mari mulai permainan kita." Kisaki tersenyum licik. Hanma yang mendengarkan itu juga tersenyum sembari menyeruput rokoknya tadi.

Osanai memperhatikan tanah dan terus memainkan rencana itu di otaknya. Berharap semua rencana itu berhasil.

'Oh, rencana yang tadi ia jelaskan pada Osanai ya.' Batin Rider.

..

(1 jam sebelumnya)

"Maaf membawa mu pergi terlalu lama, Miya." Ucap Mikey pelan dihadapannya, tetapi Rei masih bisa mendengarkan itu.

"Tidak apa-apa Manjiro. Aku senang bertemu teman-teman baru." Rei tersenyum.

"Oh ya, kau mau kemana tadi? Biar aku antar."

Rei yang mendengarkan itu pun sontak terkejut. "Eh, tidak usah Manjiro. A-Aku akan menyiapkan kejutannya besok saja."

"Kau yakin?" Mikey menoleh sejenak kearah Rei.

"Ya. Tidak apa-apa. Lagi pula.." Rei merenggangkan tangannya lebar-lebar.

"... Aku ingin istirahat. Aku lelah."

Mikey tersenyum. "Baiklah. Aku akan mengantarmu pulang."

Setelah sampai dirumah, Mikey belum langsung pergi.

"Eh, ada apa Mikey? Eh— maksudku Manjiro?" Rei menggigit bibirnya karena salah mengucapkan nama Mikey.

Mikey menunjukkan smirknya. "Diam disitu sejenak." Perintah Mikey yang lalu turun dari motornya. Gadis itu mundur satu langkah untuk jaga jarak. Namun Mikey menahan tangannya.

IMPOSTOR (END) - Another Story From Tokyo ManjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang