27. кєѕαℓ тαρι ѕυкα

35 6 0
                                    

"Dimana Rider?" Hanma berdiri di samping Kisaki setelah keluar dari toilet. Kisaki tidak perlu mempertanyakan apa yang Hanma lakukan didalam sana selama beberapa saat. Gerak-gerik laki-laki jangkung itu sedikit memperlihatkan bahwa ia mendambakan tubuh seseorang.

"Dia bilang sedang dalam persembunyian. Karena beberapa hari yang lalu ia di buntuti seseorang."

Hanma cekikikan. "Bodoh. Padahal aku ingin mengerjainya hari ini."

"Jujur, aku kagum pada anak itu. Ia mampu menutup identitasnya dengan baik."
"Kecuali kita menelanjanginya." Ucapan Hanma membuat Kisaki menoleh padanya.
"Begitu kah?" Tanya Kisaki. Hanma hanya menyeringai.

"Dia...?" Kisaki mencurigai sesuatu. Kini ia tahu maksud Hanma dan apa yang lelaki sembunyikan selama ini.

"Ya. Betul. Tapi aku belum tahu siapa dia." Jelas Hanma sambil menyeruput rokok.

Kisaki tertawa terbahak-bahak menyadari pernyataan itu. "SANGAT MENARIK!! HAHAHAH!!"
"Aku hebat, bukan? Bisa mengetahui itu sebelum kau." Hanma tertawa memuji diri.
"Bodoh! Informasi mu itu hanya setengah." Kisaki masih tertawa.

"Akting yang bagus!" Kisaki menoleh kearah Hanma seraya menebarkan senyuman liciknya.

"Ayo buat permainan baru!"

...

"Achoo!!" Rei bersin. 

Sebenarnya ia sudah mulai pulih. Saking disiplinnya pada perintah dokter, obat yang masih tersisa dengan setia ia bawa kemana-mana untuk berjaga-jaga. 

Mikey menempelkan punggung tangannya ke kening Rei untuk memastikan suhu badan cewek itu sudah membaik.

"Aku sudah sembuh kok."
"Masih hangat tuh,"
"Ya, karena kita berada dibawah sinar matahari terik, Manjiro." Jelas Rei. 

Sekarang mereka berdua jalan kaki melewati sebuah jalan yang agak lapang menuju supermarket. Mikey tidak membawa motornya karena sedang dimodif Sinichiro.

"Benar juga sih." Balas Mikey. Ayo, kita berlari saja supaya cepat sampai." 

Rei menghentikan langkahnya, ia menatap Mikey dengan wajah datar. Melihat ekspresi gadis ini, Mikey merasa sedikit bersalah karena tidak memperdulikan keadaan seseorang yang baru saja sembuh dari sakitnya.

"Maaf, kalau begitu biarkan aku menggedongmu, ya?" Ia menawarkan diri.

Rei masih dengan ekspresi yang sama. Namun, fokusnya terganggu ketika ia melihat sesuatu dibelakang Mikey. "Manjiro, itu kan si...?" 

Mikey mencari sosok yang Rei maksud dibelakangnya.

"YANG KALAH HUKUMANNYA BELI ES KRIM!!" Teriak Rei yang sudah duluan lari menuju supermarket.

"KAU CURANG!!" Mikey mengejar Rei yang sudah cukup jauh.

Perlombaan itu sangat mendebarkan, karena begitu banyak penghalang jalan yang harus mereka lewati. Mereka merasa seperti menjadi seorang Parkour dadakan.

Tentu saja pemenangnya adalah Mikey. Faktanya, laki-laki yang satu ini merupakan pelari paling cepat seantero geng Tokyo Manji. Namun, kali ini ia mendapatkan lawan yang imbang. Rei duduk diatas balok semen dengan nafas terengah-engah. 

"Yey, Miya jamin es krim! Ayo masuk dan belikan aku satu!" Mikey mengulurkan tangannya untuk membantu Rei bangun. Namun gadis itu menepis tangannya.

"Kan, aku tidak bilang membelikan es krim untuk lawan," Rei mencoba menghindar perjanjian tadi. Dengan cepat Mikey cemberut. "Pokoknya kau harus membelikan ku es krim!" 

"Aku tetap akan beli es krim kok." Rei berdiri. "Tapi untuk diriku sendiri." Rei menjulurkan lidah dan kembali meninggalkan Mikey sendirian.

"Cih.." Mikey ngambek. Ia pastikan Rei tetap membelikannya es krim setelah ini.

IMPOSTOR (END) - Another Story From Tokyo ManjiWhere stories live. Discover now