54. Rαgυ

25 4 0
                                    

"Rei...?" Draken menyadari sesuatu.

Ya, bukan Baji yang tertembak. Melainkan Rei. Ia melindungi Baji dari tembakan Hanma. Kini darah telah mengalir menembus kain kasa yang menutupi dada nya. Tubuhnya masih tegak berdiri ketika sensasi yang begitu panas dan menyakitkan menembus organ-organ didalam sana.

Hanma menyadari bahwa ia salah menembak orang. Pistol jatuh dari tangannya. Ia ketar ketir. Tak menunggu waktu lama, dengan cepat ia kabur sambil membawa Kisaki yang sedang tak sadarkan diri. Tak segan-segan ia menghajar semua orang yang menghalangi jalannya.

"KEJAR HANMA!!!" Perintah Mitsuya yang menyadari kalau Hanma kabur. Ia bersama setengah anggota lain mengejar dua buronan itu.

"Panas dan.... Sakit..." Rei masih mampu menikmati sensasi menusuk didada nya. Ia menyeringai.

BRUGHH

Tubuhnya terjatuh, dengan cepat Baji memangku Rei yang mulai melemah.
"Rei! Rei! Sadar Rei!  Tetap buka matamu!" Pinta Baji yang sudah sangat khawatir.

"MIYA!!!" Mikey berlari menghampiri Rei, lalu merebut tubuh Rei dari pangkuan Baji.

"Miya! Sadar! Ini aku, Manjiro! Sadar Miya, sadar!!!" Mikey menepuk-nepuk pipi Rei agar gadis itu sadar. Ia melepaskan seragam Toumannya untuk membungkus tubuh Rei yang terekspos.

"MUTHO? KAU DIMANA?" Teriak Draken memanggil kapten divisi 5.
"Aku disini!" Mutho mendekat.
"Siapkan mobilmu, cepat bawa Rei kerumah sakit!" Perintah Draken yang langsung dituruti itu. Tak lama kemudian mereka langsung ke rumah sakit. Draken ikut serta masuk kedalam mobil yang dibawa Mutho. Setelah itu, mereka langsung berangkat ke rumah sakit.

"SEMUANYA!! KITA PERGI DARI SINI!!" Perintah Baji yang langsung di turuti oleh semua orang.


"Rei! Sadar Rei! Kita akan kerumah sakit sekarang!" Draken membantu Mikey untuk tetap membuat Rei tersadar. Rei mengedipkan mata perlahan. Menandakan dirinya masih hidup.

"Miya! Tetap sadar ya! Manjiro ada disini untuk mu!" Mikey berusaha tetap optimis, percaya bahwa Rei pasti akan baik-baik saja. Sesekali ia melihat ke arah jalan, memastikan bahwa mereka sudah dekat dengan rumah sakit.

"Ayo! Lebih cepat lagi, Mutho!" Pinta Draken khawatir.
"Baik!"

Rei masih berusaha tetap sadar dibalik diamnya. Ia nyaris tidak mendengarkan setitik suarapun ditelinga nya. Matanya melihat ke Draken sejenak,

'Maafkan aku, bang Draken.' Batin Rei yang ternyata sedari tadi berusaha  bicara. Namun tubuh kesulitan melaksanakannya.

Draken melihat darah yang terus mengalir. Air matanya keluar tanpa diseka. Sebelah tangannya merangkul Mikey yang pastinya sedang tidak baik-baik saja, walau tak sedikitpun ekspresi khawatir ia tunjukkan. Namun mata tak pernah berbohong. Disudut mata Mikey mengalir dari setetes air mata. 

Rei, ia berusaha mengangkat tangannya sampai berhasil ia menyentuh pipi Mikey. Mikey menyadari pergerakan Rei. "Miya..?"

Berbagai kenangan langsung terlintas dibenar Rei bagaikan kaset rusak. Air mata terus keluar sebagai perwakilan hatinya. Bibirnya tersenyum, ia bersyukur bahwa orang terakhir yang ia lihat diakhir hidupnya adalah Sano Manjiro.


"Ma...af." Ucap Rei sebelum akhirnya tangannya jatuh tak berdaya.

"Miya?!!" Mikey menepuk-nepuk pipi Rei. Tak ada respon sama sekali.

"Kita sudah sampai." Ucap Mutho yang kemudian langsung keluar mencari pertolongan.

"Miya... Sadar!!" Mikey mulai menangis, sebab kali ini Rei benar-benar menutup matanya. Ia ragu, ia takut, ia sangat takut gadis itu pergi. 

"MIYAAA!!!!"













































"Dokter! Donoran jantung sudah sedia."

"Baik. Kita lakukan pemindahan sekarang!"







































Ku harap, kau bisa berbahagia... Miya Rei.

IMPOSTOR (END) - Another Story From Tokyo ManjiOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz