30. 𝙍𝙀𝙎𝘾𝙐𝙀! ⚠18+⚠

73 7 0
                                    

Rei tak mengganti seragam sekolahnya, bersikeras pergi menggunakan taxi menuju tempat yang dimaksud Izana seorang diri. Dirinya tetap terlihat tenang, namun otaknya yang terus bekerja.

Pembawaannya yang tenang namun menatap tajam keluar jendela membuat sopir taxi menilik ngeri lewat kaca spion tengah. 

"Ada apa dengannya?" Gumam sopir itu sembari menggeleng.

Sesampainya di lokasi, turunlah Rei dengan perasaan takut. Sesaat ia terpaku mencermati setiap sudut gudang yang tampak begitu biasa saja. 'Apakah ini markas Tenjiku? Hm... Kurasa bukan.' 

Dengan hati-hati ia mendorong pintu gudang yang berukuran 8 kali lipat lebih besar dari tubuh mungilnya.

Rei melihat kedalam, sekilas hanya bangunan tua dengan beberapa rongsokan mesin. Sorotan cahaya yang menyelip masuk menjadi penerangan didalam sana.

Kepekaannya menangkap frekuensi rendah yang bergerak dibelakangnya. Yang benar saja, seseorang berada dibelakangnya sedang melayangkan tongkat baseball. Tubuhnya bergerak cepat menghindar dan dengan lincah ia merebut tongkat itu untuk membalikkan keadaan.

"Ia melakukan hal menjijikan seperti ini agar bisa melumpuhkanku?" Gumam Rei sambil meratapi tubuh dari bawahan Izana yang sudah terkapar pingsan.

Rei masuk kedalam dengan amarah yang menggebu-gebu. "IZANAAA!!!!!" Teriak Rei dengan sangat keras. Suaranya bergema kuat sampai kesudut-sudut ruangan.

Tak lama kemudian terdengar suara tawa seseorang, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Izana sendiri.

"Santai saja, Miya Rei. Tak perlu marah-marah seperti itu," Izana keluar dari kegelapan. 

"Dimana adikku?" Rei merendahkan suara.
"Tak perlu terburu-buru. Dia baik-baik saja kok." Senyuman Izana membuat Rei muak. 

"Hei, dengarlah. Aku punya cerita lucu untukmu," Izana mendekati Rei. Namun Rei tidak mundur satu sentimeter pun dari cowok itu.

"Kau tahu?" Izana terkekeh. "Aku menyuruh bawahanku untuk menculik mu. Tapi dia malah menculik adikmu! HAHAHAHA..." Izana tertawa terbahak-bahak.

"Tapi kalau aku juga menjadi bawahanku itu, pasti aku tetap menculik adikmu, karena kalian berdua sangat mirip. Itu bodohkan? HAHAHAH...." Izana menepuk-nepuk sebelah pundak Rei ketika tangannya yang lain menahan perutnya yang sakit akibat terlalu banyak tertawa.

"Dasar bodoh!!" Izana menghentikan tawanya. Rei masih diam tanpa ekspresi.

"Dimana adikku?"
"Hufff... Nanti saja mengurus anak itu. Kita ngobrol saja dulu."

"Di Mana Adik Ku?!" Rei menekankan setiap ucapannya.

Izana menutup mulut, menatap malas gadis itu. "Ok-Ok... Aku akan mengatakannya." Kini cowok itu semakin memperkecil jarak diantara keduanya.

"Tapi, setelah aku menikmati waktu berdua dengan mu." Izana menghelus Rei dari dahi hingga dagunya dengan jari telunjuk. Dengan aba-aba perlahan, ia berniat mencium gadis dihadapannya.

"Izana, bebaskan adikku terlebih dahulu, biarkan ia pergi." Ucapan Rei yang pelan membuat Izana menghentikan pergerakannya. Ia sudah lebih jinak.

Izana berpikir sejenak sebelum akhirnya menepuk kedua tangannya. Dalam sesaat, lampu gudang itu bersinar. Disana sudah ada Aika yang duduk terikat dibangku. Mulutnya juga di ikat dengan sebuah kain. Ia tampak lemas karena ketakutan telah memakan energinya walaupun Izana tak melakukan apa-apa.

Dibelakang Aika ada dua cowok lain, yaitu Haitani Ran dan Haitani Rindou. Mereka hanya diam memperhatikan apa yang Izana lakukan.

'Kakak?' Aika melihat secercah harapan.

IMPOSTOR (END) - Another Story From Tokyo ManjiDove le storie prendono vita. Scoprilo ora