10. ѕαтυ яαнαѕια

79 13 0
                                    

"Aku juga mata-mata di Touman. Aku mendengar dari rekan kerja ku yang lain bahwa Moebius memiliki seorang pengintai yang hebat. Tapi kami masih belum mendapatkan informasi tentang dirinya." Jelas Takemichi.

"Lalu.. bagaimana?" Rei nampak tertarik mendengar pembahasan itu sehingga ia bergeser lima senti lebih dekat dengan Takemichi.

"Ya.. Tentu saja Touman harus berhati-hati. Jika tidak, Touman akan hancur ditangan Moebius." Takemichi mengepalkan kedua tangannya.

"Aku juga mendengar langsung dari anak buah Moebius yang sedang ngobrol santai di dekat sekolah kemarin, bahwa penyerangan yang dilakukan tiga hari lalu hanya sebuah pengalihan. Mereka mencoba menjebak bang Pachin agar Touman memiliki masalah internal." Lanjut cowok itu.

"Tapi, bukan berarti masalah tidak akan muncul lagi bukan?" Ujar Rei.

"Ya, benar sekali."

"Apakah..." Rei melirik Takemichi dengan intens. "...Kalian mengetahui siapa dalang dari semua ini?"

Takemichi mendengus kasar. "Ku rasa, ada seseorang dibelakang Osanai yang menggunakan pria itu sebagai senjata. Tapi kami masih belum mengetahui pasti siapa dia dan dari mana ia." Takemichi baring dilantai.

"Hufff.. Tapi aku juga memikirkan soal mata-mata itu–yang katanya hebat. Apakah ia adalah orang dewasa atau seorang remaja, aku tidak yakin. Namun, rekanku bilang jika orang itu bertubuh sedikit pendek dan juga selalu berhoodie hitam. Aku yakin ia pasti muncul di festival Musashi untuk menghancurkan segalanya."

"Wah.. Ternyata kau pintar juga ya, bisa menganalisis semua itu." Rei mengangguk sambil tersenyum karena kagum pada temannya yang ternyata adalah seorang mata-mata cerdas.

"Hehe.. Sebenarnya aku hanya menerima informasi kok. Yang menganalisis semuanya adalah rekanku." Takemichi terkekeh.

"Lalu siapa rekanmu itu?" Tanya Rei yang membuat cowok itu sedikit mendekat ke telinga Rei. "Ia adalah C-" Bisikan Takemichi terpotong setelah mendengar sebuah suara.

"Kakak!!" Panggil suara yang tidak asing ditelinga beberapa orang.

"Wah, ada Hermione Granger disini." Ucap Mikey sambil mengoper bola kearah Takuya.

Aika hanya tersenyum dan melambaikan tangan menanggapi Mikey, lalu ia berlari kepada kakaknya. "Bagaimana kau bisa...?" Rei menggantungi ucapannya.

"Tidak sengaja aku melihat ketempat ini yang ternyata ada kau disini." Aika duduk disebelah Rei.

"Huff..." Aika menarik nafas. "Aku baru saja pulang dari rumah temanku–disekitar sini." Jelas gadis kelas 5 SD itu.

"Halo Aika!" Panggil Senju yang sudah kenal dengan Aika.
"Halo kak Senju!" Aika tersenyum lebar.

"Nanti kamu jadi teman jalan kakak ke festival Musashi, ya. Kakak tidak ada teman nih." Ternyata Senju masih memikirkan soal festival itu.

"Huff.. Kau ini masih saja memikirkan soal itu." Hinata memajukan bibirnya.

"Kalian sih tidak membantuku mencari pasangan!" Rengek gadis bersurai putih itu.

Aika yang tidak sempat membalas perkataan Senju melirik kearah cowok yang juga ikut duduk bersama mereka disitu. Naoto.

Naoto sempat mengintip diri Aika lewat punggung Senju. Namun setelah Aika memergoki dirinya, Naoto pun langsung memperbaiki posisi, berpura-pura fokus bermain game.

"Kau bersama Akkun saja, Senju!" Ledek Rei yang membuat empunya nama menoleh ke arahnya.
"Hei.. Apa-apaan kau ini menyebut namaku dengan Senju?!" Protes Akkun si cowok berambut mohawk merah itu.

IMPOSTOR (END) - Another Story From Tokyo ManjiWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu