12. Dι яυη∂υηg

77 11 1
                                    

Rei berjalan di lorong kelas yang hanya di isi beberapa siswi. Saat ia lewat, semua mata menatap dirinya dengan tatapan sinis dan merendahkan. Ia juga merasakan bahwa hawa dilorong itu berbeda. Namun, mengabaikan adalah keputusan yang ia ambil saat ini. Bahkan ia tidak peduli dengan beberapa gadis tadi yang menyenggolnya karena ingin mendahului langkahnya.

Tak lama, saat melewati persimpangan antara toilet dengan lantai dua (menuju kelas), seseorang menarik ransel Rei kearah toilet secara paksa. Otomatis menarik tubuh Rei juga.

DRAKKK!!

Tubuh Rei dibanting ke dinding dengan keras. "Argh.." Ia sedikit menjerit. Ada enam orang siswi yang kini bersamanya. Dua orang berada di kiri dan kanan menjaga supaya Rei tidak kabur.

Mendekatlah satu gadis yang tampak lebih menor dandanannya-mungkin ia adalah pemimpin dari girl gang tersebut. Ia mengeluarkan handphone, lalu menunjukkan sebuah foto. Foto dimana Mikey dan Rei sedang berpegangan tangan di cafe sore kemarin.

"Ini adalah kau?" tanya perempuan itu. Rei hanya diam.

Plakkk!!
Pipi Rei ditampar dengan keras sebab enggan menjawab.

"KALAU ORANG BICARA ITU DIJAWAB!!!" teriaknya. Sedangkan yang lain tertawa puas.
"Memangnya kenapa?" Tanya Rei.

Si ketua geng melirik dari ujung kaki sampai ujung kepala Rei. "Kau ini pintar dalam hal akademik. Ternyata kau juga pintar menggoda laki-laki, ya?" Rei masih diam, hanya tatapan datar yang ia berikan.

"Setiap malam, kau dibayar berapa oleh anak-anak geng Touman?" Si ketua menunjukkan smirknya. Rei masih tetap tenang menghadapi kondisi ini. Hanya saja, tak pernah terlintas dibenaknya bahwa ia akan di rundungi seperti orang-orang yang ada di film dan drama.

Tak hanya sampai disitu, si ketua mulai mencengkram dagu Rei. "Kenapa setelah kau bermain dengan para anggota Touman yang lain, kau masih mengincar ketua Touman? Apa permainanmu dengan bawahannya kurang memuaskan? HAH??!!" Tanya si ketua geng cewek yang menekankan ucapannya di bagian akhir.

"Bisakah aku bicara?" Rei masih bisa menahan amarah. Melihat sang tawanan berbicara, si ketua geng itu merasa jijik bagaikan memegang seekor cacing. Ia melepaskan cengkeramannya tadi.

BUGGHH!!

Lagi-lagi, ketua geng itu melakukan kekerasan kepada Rei. Ia baru saja meninju batang hidung gadis bersurai hitam dihadapannya. Tenaga yang ia kumpulkan cukup banyak sehingga membuat hidung Rei mengeluarkan darah cukup banyak.

"KAU SUDAH MENGAMBIL SESEORANG DARI KU. KAU TELAH MENGAMBIL SANO MANJIRO! MIKEY- HANYA MILIKKU SEORANG!!!" Teriak si ketua geng yang geram menatap wajah Rei.

Rei menyeka darah dari hidungnya. Perlahan ia menatap tajam si ketua. "Kau sudah merendahkan harga diriku disini."  

"Ayo, kita semua bersenang-senang." Suara Rei memberat seiring dengan munculnya sebuah senyuman mengerikan dengan darah yang meliputi bibir hingga gigi.

Untuk mencegah Rei melakukan pergerakan, si ketua duluan melayangkan tinjuan, namun Rei berhasil menghindari tinjuan itu dengan mudah. Alhasil si ketua malah meninju dinding. Itu membuat ketua geng menjerit kesakitan.

Rei menendang kemaluan si ketua geng, dan meninju ulu hatinya sampai terlempar sejauh satu meter. Teman-teman si ketua yang melihat itu geram pada perlakuan Rei. Mereka menyerang Rei secara bersama-sama, lalu bergantian untuk mengisi stamina.

Tentu saja, mereka tidak bisa menandingi kekuatan dari murid didikan Kawaragi Senju, sang atlet bela diri sekolah. Alhasil, mereka menyesal telah menjadikan Rei sebagai tawanan.

"HAHAHAH... Bodoh! Kalian ini menahan seseorang tanpa mengetahui fakta yang sebenarnya, tanpa mengetahui kekuatan seperti apa yang ia punya." Tawa Rei terdengar mengerikan.

IMPOSTOR (END) - Another Story From Tokyo ManjiWhere stories live. Discover now