29. вα∂αι ѕєвєℓυм ѕєηαηg

39 5 0
                                    

"Apa? Naoto menyukai Aika?" Rei terbelalak. Sekarang ia berada diruang kelas bersama Hinata.

"Benar!! Setiap hari ia menanyakan tentang adikmu itu, Rei. Sampai-sampai aku menghindarinya agar tidak ditanyai.🤦‍♀️"

Rei tertawa. "Astaga. Aku tidak menduga ini."

Hinata bersandar di bangkunya. "Dia melarangku untuk mengatakan ini kepada siapa pun, tapi karena aku sudah muak, aku bocorkan saja padamu."

"Santai saja. Aku tidak akan membocorkan ini jika Naoto tetap mau merahasiakannya."
"Bukannya aku tidak setuju, tapi mereka masih SD. Belum saatnya berpacaran, bukan? Tunggu mereka sudah besar dan mengerti seperti kita—barulah mereka berdua memutuskan." Ujar Hinata.
"Aku setuju denganmu. Tapi kalau Naoto ingin memulai pertemanan dengan Aika. Akan ku berikan nomor Aika kepadamu, nanti kau berikan kepada Naoto." Rei mengedipkan sebelah matanya.

"Hahah.. Baiklah Rei."

"Kalian bahas apa?" Tanya Senju yang baru datang.
"Hehe.. Tidak ada Senju. Bukan hal penting." Hinata mengelak.

"Oh.." Untungnya gadis itu cuek saja.

"Girls, aku ingin cerita." Senju duduk di bangkunya.
"Tentang apa?" Tanya Rei sambil memajukan kursinya agar lebih dekat dengan Senju, begitu juga dengan Hinata.

"Ku rasa..." Wajah Senju memerah, tapi Rei tahu bahwa ia tak bisa menahan omongannya. "... Aku menyukai seseorang."

"Siapa?!" Tanya Rei dan Hinata serentak.

"Sepertinya kalian tidak mengenalnya. Tapi tak lama lagi kalian akan tahu."
"Dia siapa? Dan sejak kapan kau dekat dengan dia?" Tanya Hinata antusias.
"Ia adalah teman dekat abangku. Sebenarnya aku sudah berteman dengannya saat aku kecil. Tapi aku tak ingat. Aku kembali berkenalan dengannya sehari setelah kita tampil dance waktu itu. Sejak saat itulah ia sering memunculkan dirinya dan memberikan perhatian kepadaku."

"Kasus cinta pada pandangan pertama nih" Goda Hinata.

"Dia siapa sih? Bisakah kau menunjukkan fotonya." - Rei.
"Aku tidak punya fotonya. Tapi segera kalian akan bertemu dengannya."

"Oh ayolah... Kapan lagi?" Rei begitu penasaran.
"Heheh... Entahlah. Yang pasti kalian akan bertemu dengannya—kelak."

"Baiklah. Ku harap tidak terlalu lama. Karena aku sudah sangat penasaran." Rei melipat kedua tangan didepan dada.

"Hei kalian bertiga!" Panggil Emma dari pintu kelas sambil berlari masuk.

"Kalian mau ikut kemah?"
"Kemah??? GAS KEUN! Tapi... Dimana?" Senju Antusias.

"Ke gunung Fuji bersama para petinggi Touman yang lain. Kau juga bisa mengajak kerabatmu untuk berangkat. Biaya makan ditanggung sendiri sih," Jelas Emma.

"IKUT!!!" Ucap Rei, Hinata dan Senju serentak.

"Syukurlah! Aku tidak akan pergi kalau kalian bertiga tidak ikut." Emma lega bukan main.

"Agenda nya apa saja?" Tanya Rei.

"Sebenarnya tidak banyak agenda sih, hanya berkemah sekaligus bertamasya. Kapan lagi kita bisa jalan bersama seperti ini?"

"Ya kau benar. Apa lagi bersama para petinggi Touman, kan?" - Hinata.

"Eh, bagaimana kau minta izin kepada orang tuamu, Hina?" Tanya Senju.
"Tenang saja soal izin. Aku sudah memikirkannya."

"Ngomong-ngomong nanti kita berangkat menggunakan apa? Dan sampai kapan?" Tanya Rei.

"Paling tidak 2 malam 3 hari kita bepergian. Kita akan berangkat menggunakan bis. Bang Kazutora bilang bahwa ia sendiri yang akan membayar transportasi kita. Bahkan ia melarang semua teman-temannya untuk bantu membayar." Emma menggelengkan kepala.

"Wah... Bang Kazutora baik sekali ya. Apakah dia se-sultan itu?" Senju heran.

Emma mendekat ke arah Senju lalu menjelaskan. "Aku dengar orang tuanya punya 2 perusahaan besar diluar negeri. Jadi kurasa biaya transportasi bukan apa-apa baginya." Ketiga temannya mengangguk paham.

...

Pulang sekolah. Mikey menunggu Rei menyelesaikan piket kelas. Setelah itu mereka pulang bersama menggunakan motor.

"Miya, apa kau sudah dengar pesan dari Emma?"
"Ya, sudah kok."
"Kau bisa mengajak Aika, supaya kita bisa menghabiskan waktu bersama. Kapan lagi kita bisa melakukan ini?"
"Ya itu benar sekali. Aku akan mengajak Aika nanti. Oh ya, apakah benar bang Kazutora akan membayar biaya transportasi?" Tanya Rei sekali lagi.

"Ya, ia sendiri yang menanggung transportasi. Jadi, kita hargai saja tawaran kerasnya itu."

Untuk sejenak Rei masih merasa tak enakan dengan keputusan Kazutora. Namun, seketika ia merasakan firasat buruk.

"Manjiro, bisa kah kau lebih cepat?"
"Tentu saja."

..

Dengan cepat Rei turun dari motor Mikey. Aneh, pintu rumah tidak tertutup rapat. "Aika!!"

Rei menghantam pintu. Mikey juga ikut masuk untuk memastikan apa yang terjadi. Baru saja ia melewati ambang pintu, Rei sudah berlari keluar, nyaris menabrak dirinya. "Aika tidak ada!"

"Mungkin sedang belanja keluar?" Tebak Mikey.
"Tidak! Aika selalu mengunci pintu rumah saat bepergian. Aku sangat kenal anak itu. Lihat lah, tadi pintu rumah ini tidak tertutup dengan benar lho?"

Mikey langsung memeluk erat tubuh kecil Rei supaya gadis itu bisa lebih tenang. "Tenang Miya, tenang. Kita akan mencari keberadaan Aika. Aku akan menelfon teman-teman yang lain untuk membantu kita."

Baru saja Mikey ingin mengambil handphone di koceknya, handphone Rei duluan berdering.

"Nomor asing?" Gumam Rei. Lalu ia mengangkat telfon itu.

"Halo?"
"Hai Rei.. Lama tidak berjumpa ya?" Ucap cowok dibalik handphone nya.
"Ini siapa?"

"Miya, hidupkan speaker." Bisik Mikey. Rei langsung menurutinya.

"Kau tidak ingat ya? Aku orang yang kau temui beberapa hari yang lalu disekolahmu."

"Tolong to the point, siapa namamu? Dan kenapa menelfonku?!" Tegas Rei.

"Kau akan segera mengenalku ketika kita bertemu. Dan tujuanku menelfon mu karena ada satu orang yang ingin bicara denganmu." Jelas orang itu.

Mata Rei dan Mikey saling bertatapan. Tak lama kemudian terdengar suara seorang yang tak asing.

"Kakak! Tolong aku!" Aika meringis dibalik sana.

Rei dan Mikey masih saling bertatapan, namun kini ekspresi mereka berdua sama-sama tidak senang mendengar suara Aika yang begitu ketakutan. Mikey mengepal kedua tangannya. Begitu pula dengan Rei.

"Dimana kalian berada?" Tanya Rei dengan tenang.

"Aku akan memberitahumu lokasi jika kau berjanji datang sendiri."
"Baik. Aku berjanji."

Perkataan Rei ini membuat Mikey sedikit terbelalak. "Jangan!" Bisik Mikey sambil menggeleng.

"Baiklah. Datanglah ke gudang dekat SMA Tokyo."

"Itu saja?"
"Ya. Kau ingin syarat lebih?"

Rei hanya diam. Orang itu cekikikan dibalik handphonenya.

"Datanglah, maka aku akan memberi apa yang aku mau." Orang itu mematikan panggilan.

Perlahan Rei memasukkan handphone nya ke saku rok. Ia memandang kosong kearah lantai, namun otaknya yang kembali bekerja dengan keras.

"Miya." Ucap Mikey. Dan Rei menoleh menunggu Mikey angkat bicara.

"Orang itu adalah... Izana."

IMPOSTOR (END) - Another Story From Tokyo ManjiOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz