34. єηggαη

27 5 0
                                    

"Kau dapat kabar Tachibana Hinata?" 

Kisaki diguyur hujan dimalam itu, namun ia beralaskan jas hujan agar tubuhnya tidak benar-benar basah. Rider juga menggunakan jas hujan panjang yang menutupi hingga betis kakinya.

"Hampir setiap hari ia mengunjungi perpustakaan dekat perusahaan Nanami. Ia tidak sendirian, ia bersama laki-laki berambut kuning yang nampaknya adalah pacarnya. Rak sains menjadi langganan mereka serta meja diujung ruangan menjadi spot favorit." 

"Semakin hari, mereka berdua semakin dekat ya?" Kisaki berbalik menghadap tubuh Rider, mendaratkan kedua tangannya dipundak bocah itu.

"Rider... buat Hinata membenci cowok itu. Buat gadis itu cemburu..." Lanjut Kisaki dengan tatapan haus akan ambisi.

Ditatapnya lekat-lekat mata berwarna slate blue disana, lalu menoleh sempurna kearah pukul 3. "Hm... benar juga." 

Kisaki terkekeh, "Halalkan segala cara!"

Rider menyeringai. "Tentu saja," Kini mereka berkontak mata.

"Aku sudah tahu caranya." Bocah SD itu mengangguk seakan telah mendapatkan ide jenius.

"Bagus!!! Lakukan sesukamu!" Lalu Kisaki membiarkan bocah itu pergi.

...

Dinginnya udara tidak membuat Rider menggigil, justru ia menikmati atmosfer itu. Sebuah ketenangan tersendiri saat hati menolak untuk memanjat benteng yang tinggi. Kepalanya menengadah ke atas, manik kuning tuscan sun itu nyaris menghitung setiap tetesan hujan yang melintas di depan wajahnya.

Terdengar satu buah langkah yang menginjak genangan air dibelakang sana. Rider tidak langsung menoleh, namun membaca pergerakan orang tersebut melalui pendengarannya. 

BRAGG!!

Sebuah tongkat baseball hendak menghantam kepala Rider, dengan mudah bocah itu menahannya. Rider loncat dan langsung menendang titik lemah manusia dekat kepala orang itu saat berada diudara. 

BUGGG!! 

Orang itu terpelanting dan pingsan. Rider kembali mendengar beberapa orang yang berdiri agak jauh darinya. Mereka melihat apa yang baru saja Rider lakukan pada laki-laki yang baru melakukan penyerangan.

"Bocah itu kuat!" Lantang salah satu dari mereka dengan paniknya. 

'Oh, mereka rekan pria ini?' Rider memahami, bahwa ia sedang dibuntuti para preman.

Mereka berlari menyerang Rider menggunakan berbagai senjata ditangan mereka. Rider tidak ketir, dengan tenang ia menunggu semua target mendekat.

Para preman itu duluan melakukan penyerangan, dengan sigap Rider membalas semua serangan satu demi satu. Rider menerima banyak pukulan, tapi ia membalas semua itu tiga kali lipat. Alhasil, semua preman itu tumbang tak berdaya.

Rider mengangkat kerah salah satu dari mereka yang nampaknya lebih berkuasa dari yang lain. "Apakah kau ketua dari mereka ini?"

"B-bukan!" Orang itu bergetar.

"Yang mana pemimpin kalian?" Tanya Rider sambil menendang keras kearah belakang, tepat dihidung salah satu dari mereka yang berusaha menyerang Rider diam-diam. Tapi hebatnya, Rider dapat mengetahui itu.

"Di-Dia... Tidak disini."

Rider semakin mengeraskan cengramannya. "Siapa atasanmu? Apakah kau disuruh dia untuk menyerangku?" 

Orang itu tidak menjawab. Lalu Rider mengeluarkan sebuah pulpen dan mengarahkan ujung pulpen kearah mata pria itu.

"S-Shu-...."
"SIAPA?!!!"

"SHUJI HANMA YANG MEMERINTAHKAN KAMI!" Orang itu benar-benar takut matanya di congkel. Rider dapat melihat getaran disekujur tubuhnya. Rider tertegun sejenak.

Ternyata benar apa yang ia dengar, terjadi masalah internal didalam kubu Moebius. Tapi Rider tak bisa percaya begitu saja, bisa jadi semua itu adalah salah satu permainan dari Kisaki dan Hanma.

"Apakah ia memberi alasan mengapa ia menyerangku?" tanya Rider lagi.

"Ka-kami rasa itu karena kau berada di pihak Kisaki Tetta, dan keberadaanmu mengancam pihak Valhalla." Mendengar itu, Rider hanya terdiam untuk sejenak. Lalu Rider menjatuhkan orang itu ke tanah. 

"Pergilah..."  Semua preman itu menoleh kearah Rider. Mereka seperti di beri ampun oleh bocah kuat itu.

"... kalian semua." lanjut Rider yang membuat seluruh preman itu berlari terbirit-birit.

Rider masih menunggu sampai para preman itu benar-benar pergi. Setelah itu ia melewati jalan lain dan terus menyiapkan telinga, barangkali bahaya kembali datang menyerangnya.

...

"Besok kalian bawa apa saja?" Tanya Rei.

"Ini!" Senju menunjukkan sebuah list belanjaan yang akan ia beli sebentar lagi bersama Rei, Hinata, Aika dan Naoto. Mereka berlima sedang menuju supermarket untuk membeli keperluan untuk di bawa besok.

"Banyak sekali!" Hinata terbelalak melihat list belanjaan milik Senju.

"Ini bukan milikku saja. Abangku Sanzu juga menitip beberapa barang." Jelas Senju. 

Sampailah mereka disupermarket. Mereka berpencar mencari barang masing-masing.

Rei dan Aika pergi ke rak-rak yang menyediakan peralatan membuat kue. "Lho, kenapa kita kesini?" tanya Aika.

Rei tersenyum. "Aku ingin membuat sesuatu sebelum pergi besok pagi." Aika mengangguk mendengarkannya.

"Oh ya, kak. Aku ingin pergi ke tempat lain untuk membeli keperluanku."
"Ok, jangan berlama-lama ya. Kalau kau ingin mencari ku, aku tidak jauh dari sini."
"Sip."

Aika pergi menuju stand penjualan baju. Ia mencari satu buah hoodie atau jaket yang bisa ia gunakan selama bertamasya.

Ia mengambil satu jaket yang berwarna navy, hendak mencocokkan di tubuhnya. Namun, tanpa disangka seseorang memasangkan jaket lain berwarna pink pastel kepada Aika.

Aika menoleh kepada orang itu, ternyata orang itu adalah Naoto. "Yang ini cocok untukmu." Naoto tersenyum manis kepada Aika.

"Eh, Naoto?!" Aika terkejut. "Um... benar kah?Ini cocok untukku?"

Naoto mengangguk kan kepalanya. "Ya, itu cocok sekali."

"Bagaimana dengan yang ini?" Aika mengambil model jaket lain.
"Kurang..."
"Yang ini?"
Naoto menggeleng tidak setuju. "Kurang."
"Serius? Jaket pink pastel ini lebih cocok untukku?"

Naoto mengangguk. "Ya, aku lihat kau sangat cocok menggunakan outfit berwarna pink pastel."

"Ok, aku terima saranmu. Terima kasih, Naoto." Ia pun memasukkan jaket itu di keranjang belanja. Naoto ngeblush parah ketika melihat senyuman Aika.

"Ek-hem!!" Hinata menegur mereka berdua. Gadis berambut pink itu mengangkat kedua alisnya.

'Cie... Lagi berduaan!' Olok Hinata lewat batin.

'Jangan mengolok-ku!' Naoto kembali minim ekspresi.

...

IMPOSTOR (END) - Another Story From Tokyo ManjiWhere stories live. Discover now