38. αηтαяα ∂υα σяαηg

20 6 0
                                    

Keesokan pagi setelah sarapan dan beres-beres.

"Senju." Panggil Wakasa pelan. Kini ia dan Senju berada dibelakang rombongan. Gadis itu menoleh. Tanpa berpikir panjang, Wakasa menyodorkan sebuah gantungan kunci berbentuk kepala serigala.

Senju mengambil dan memperhatikan setiap inci gantungan kunci itu, "Serigala?" 

"Ku rasa itu cocok untukmu... dan juga aku." Wakasa semakin merendahkan suaranya di akhir ucapan.

"Maksudmu?"
"Eh... Maksudku..." Wakasa membuang muka. "... Itu cocok untukmu. Kau kuat dan pemberani seperti serigala." Wakasa tersenyum tipis kian gugup meliputi dirinya.

Tak sengaja Senju melihat kearah tas selempang milik Wakasa yang juga menggunakan gantungan kunci yang sama. Sorot mata Senju menatap manik lilac Wakasa dalam-dalam, perlahan bibirnya menunjukkan senyuman. Kini, ia mengerti filosofi 'Serigala' dalam hubungan mereka, yaitu kesetiaan dan pantang menyerah.

"Terima kasih... Wakasa." Senju tersenyum manis pada laki-laki itu. 

'Senyumnya buatku candu.' Batin Wakasa

"Ayo, nanti kita ketinggalan lho." Mereka berdua pun mengikuti rombongan itu kembali.



"Hello channel, welcome to my guys!" Pachin tiba-tiba masuk ke frame vlog Takemichi.

"Itu salah bodoh!" Protes Baji setelah mendengar kesalahan dalam pengucapan Pachin.

"Memangnya kau tahu? Hah?!" Pachin nge-gas.

"HELLO!! WELCOME BACK TO CHANNEL MY GUYS!!" Ucap Baji dengan percaya diri didepan kamera.

Chifuyu terbahak-bahak. "HANCUR TUH VLOG!"

"Hah? Memangnya apa yang benar?" Baji menggaruk kepala. Padahal ia pernah menerjemahkan kalimat itu satu demi satu menggunakan kamus bahasa Inggris saat dikelas.

"Hello guys! Kita dimana ini? Ya jadi... Kita di..." Ucap Smiley masuk ke frame bersama Angry.

"Biasalah!" Mikey nimbrung.

Selagi teman-teman mereka bersenang-senang di sana, diam-diam  Draken meraih handphone untuk mengambil foto semua teman-temannya. Lalu bergeser sedikit ke sebelah kanan, ia melihat Emma sedang bercanda bersama para cewek yang lain.

Ia mengezoom kameranya supaya hanya Emma yang ada di hasil jepretan itu.

"Hello girls!" Senju datang ke arah para cewek.

Cekrekk...

Alhasil, Senju menutupi penuh hasil jepretan.

"Cihh... Senju pengacau!" Gerutu Draken yang langsung menghapus gambar itu. Ia mengambil ulang foto Emma.

Cekrekk...

Foto Emma yang sedang tertawa bahagia berhasil ia dapatkan. Draken tersenyum senang karena telah mendapatkan foto itu.

"Wah-wah.. Ada penguntit." Dengan posisi berjinjit, diam-diam Mikey mengintai kegiatan Draken.

"HEH! JANGAN KEPO!" Draken terkejut. Mikey tersenyum licik, ia menoleh pada Emma. Lalu...

"Oi Emma! Kenchin meng-hmhmhmhm..." Mulut Mikey disekap oleh Draken agar laki-laki pendek itu tidak membeberkan apa yang baru saja Draken lakukan.

"Kau ini! Bisa jaga rahasia atau tidak sih?" Bisik Draken dengan wajah memerah karena malu.

Mikey menjauhkan tangan Draken dari mulutnya. "Kenapa sih harus ditutup-tutupi? Nanti kau ditikung lho."

"Hufff... Belum saatnya Mikey. Belum saatnya aku mengungkapkan perasaanku." Jelas Draken sambil menggosok belakang lehernya. Mikey hanya memandang sahabatnya itu dengan wajah datar.

"Teman-teman, sebelum pulang ayo kita keliling lagi!" Ajak Kazutora.
"SKUY!!!" 

...

Masih dimalam yang sama. Sejuknya musim gugur meliputi kota itu. Waktu menunjuk ke arah jam 11.58.

Rider berjalan menuju sebuah kuburan, berhenti didepan salah satu batu nisan dan duduk dengan melipat kaki diatas susunan paving block.

Lampu taman menyoroti dari jauh. Ia membisu memandangi nama dari pemilik batu nisan itu. Tanpa rasa takut sedikitpun, ia berhayal seakan pemilik batu nisan berada disisinya. 

"Bang Yume?" Panggilnya pelan. 

"Sudah lama ya kita tidak berjumpa. Aku lupa kapan terakhir aku kemari," Rider mengelus pelan batu nisan dihadapannya. Menancapkan seangkai mawar kuning diatas tanah.

"Sekarang... Aku sudah memenuhi permintaanmu, seperti yang kau katakan sebelum kau pergi. Ya... Aku telah mendapatkannya." Rider tersenyum.

"Tolong jangan marah. Dan jangan tertawa pada penampilanku saat ini. Bukan kah kau melihat seluruh perjuanganku selama ini?" Rider terus berkomunikasi seakan sedang tatap muka dengan almarhum.

"Bang Yume.." Rider menggantungkan ucapannya, lalu menatap tanah. Air matanya mengalir, tak kuasa ia membuka mulutnya lagi.

"Aku merindukanmu... Sangat rindu." 

IMPOSTOR (END) - Another Story From Tokyo ManjiWhere stories live. Discover now