37. тυмвαℓ ιвℓιѕ

25 6 0
                                    

Rei masih terjaga ketika setengah dari rombongan terlelap, ia memilih untuk duduk menyendiri diatas sebuah batu yang cukup besar, jauh dari perkemahan. Tak ada yang tahu bahwa ia berada disana.

Dibawah terangnya sinar bulan, tangannya sedang melukis sesuatu, namun otaknya sedang memikirkan banyak hal. 

Sesekali ia melirik ke arah perkemahan, dimana terlihat kapten divisi beserta wakilnya sedang duduk mengelilingi api unggun. Entah bicara apa?

"Aku mau buang air kecil," Kazutora bangkit berdiri, lalu pergi ke toilet yang di tersedia disana. Setelah selesai, ia keluar dan kaget melihat seseorang sedang duduk menyendiri. Ia pikir itu adalah hantu, tapi kok sedang melukis? 

Perlahan ia mendekati sosok itu, "Astaga... Ternyata kau, Rei." Kazutora bernafas lega.

"Bang Kazutora?" Rei menoleh pada cowok itu. Lalu menyembunyikan hasil gambarannya.
"Kau sedang apa sendirian disini? Kenapa tidak bergabung dengan kami?"

"Aku hanya ingin sendirian. Sambil..." Rei terpaksa menunjukkan gambarannya agar cowok tidak menanyakan hal lebih.

Kazutora melihat gambar itu, ia terpana. "WOW! Ternyata kau bisa melukis juga ya? Hebat sekali!" Rei hanya membalas tanggapan itu dengan senyuman.

"Ngomong-ngomong, aku ingin membicarakan sesuatu padamu." Ucap Kazutora yang kini membuat momen menjadi lebih serius.

"Apa?" 

"Maaf... Kalau ini sensitif untukmu. Malam itu, saat kita makan takoyaki bersama yang lain, kau membicarakan tentang... Ayahmu ya?" Tanya Kazutora dengan hati-hati.

"Oh.. itu ya." Rei menunduk. "... Bukan apa-apa kok."

Percuma bagi Rei menutupi itu walaupun dengan sebuah senyuman, sebab Kazutora pura-pura tidak tahu serta sangat memahami posisi gadis itu saat ini. Ia pun maju beberapa langkah dan membelakangi gadis itu.

"Dulu, aku dan ibuku adalah korban kekerasan dari ayahku." Ucapan Kazutora ini membuat Rei menoleh padanya.

"Sebenarnya, semua itu berawal dari ayahku yang sibuk kerja, dan itu membuat aku dan ibuku muak sebab ia tak memperdulikan kami. Kemudian ia menjadi kasar karena perlakuan kami yang tak sesuai hatinya. Itu membuatku benar-benar tertekan."

"Sampai suatu saat.. Mikey datang menyelamatkan ku saat ayahku mengamuk—ya walaupun caranya barbar. Saat itu Mikey mengatakan padaku, bahwa semua permasalahan yang aku punya adalah masalah nya juga."

"Draken, Pachin, Mitsuya dan juga Mikey mencoba untuk menolongku saat itu, dan menasehatiku agar terus mencoba berbaikan dengan ayahku. Ketika aku mencoba, ternyata saran mereka berhasil walaupun awalnya tak mudah. Hubungan keluargaku semakin lama semakin membaik."

Rei masih diam menatap mata kuning flaxen—yang masih tampak terang walaupun ia membelakangi sinar bulan.

"Para petinggi Touman selalu peduli padaku saat aku berada didalam masalah. Begitu juga denganku, aku selalu berlapang dada untuk membantu mereka."

Rei kembali menunduk, menyerap setiap kalimat yang dikatakan Kazutora. "Rei, kalau kau berada didalam masalah, ceritakan saja pada kami. Kami bersedia membantumu. Touman selalu siap membantu saat seseorang didalamnya sedang berada didalam masalah."

"Kau juga bisa bercerita pada orang yang kau percayai, Rei." Seseorang nimbrung dalam percakapan itu. Ternyata dia adalah Yuzuha yang datang dari arah lain.

"Maaf, aku tak sengaja mendengar pembicaraan kalian berdua tadi saat menuju ke sini. Aku sedang mencari mu Rei." Ucap Yuzuha.
"Oh, tidak apa-apa kok." Rei tersenyum.

IMPOSTOR (END) - Another Story From Tokyo ManjiUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum