44. Jαηgαη ρєяgι

21 3 0
                                    

Malam ini, angin dingin terus berhembus. Langit membentang luas diatas mereka, bintang bertaburan seolah berlomba-lomba menunjukkan diri bahwa mereka lah yang lebih indah.

Rei berdiri tepat di bibir pantai. Kepalanya menengadah menatap langit-langit, ia bertelanjang kaki membiarkan air laut menghantam pelan kakinya.

Mikey yang datang menyusul juga melepaskan sendalnya dekat sendal Rei. Ia memeluk Rei dari belakang untuk sesaat.

Mikey datang menyusul dan langsung memeluk gadis itu dari belakang, mencium aroma lavender dari leher gadis itu. Ia memberi kecupan kecil dipundak Rei.

Rei berbalik menghadap Mikey. Diambilnya sebuah headset dari saku celana, memasangkan itu ditelinganya dan ditelinga Mikey. Lalu Rei memutar pelan.

Ia menaruh salah satu tangan Mikey di pinggang nya, lalu tangan Mikey yang lain ia genggam. Ia mengajak Mikey berdansa.

Mereka berdansa pelan menyesuaikan tempo lagu. Mikey juga menarik Rei lebih dekat dengan dirinya sekaligus membuat kehangatan diantara keduanya.

Kini, mata bertemu mata, hidung bertemu hidung. Mereka larut dalam pandangan masing-masing. Tidak ada yang angkat bicara, namun tatapan mata sudah menunjukkan semua yang ingin mereka ungkapkan bahwa mereka saling mencintai.

Mikey memperkecil jarak wajahnya dengan Rei. Mencium pelan bibir gadis itu hingga ciumannya dibalas oleh Rei. Rei merangkul leher Mikey. Tanpa disadari, air matanya keluar.

Mikey menyadari ada yang salah dengan Rei malam ini. Ia melepaskan ciumannya dan menatap Rei dalam-dalam.

"Miya, Kau kenapa? Jelaskan padaku."

Rei tak sanggup menatap laki-laki itu, tapi ia harus melakukannya. "Maaf Manjiro. Aku.."

"... Aku harus pergi."
Mikey tertegun, "Apa maksudmu?"

Rei menunduk. "Manjiro..."

Mikey mengangkat dagu gadis itu. Air mata terus mengalir di pipi Rei. Dengan sabar, Mikey menghapus semua itu perlahan.

"... Aku harus melindungi adikku. Perang Touman melawan Valhalla sangat berbahaya baginya. Aku harus membawa ia pergi." Mikey terdiam sejenak.

"Miya, aku memecatmu."
"Manjiro?" Rei tidak percaya akan mendengarkan ini langsung dari mulut Mikey.

"Aku memecatmu dari anggota geng Tokyo Manji!" Jelas Mikey.

"Manjiro, dengan cara kau memecatku dari jabatan sebagai anggota Touman tidak memungkinkan keselamatan adikku terjamin. Karena Ha—"

Mikey masih mencermati apa yang Rei ucapkan. "Karena harusnya... Maksudku... Karena aku masih menjadi kekasihmu, Manjiro. Pasti Valhalla juga menyerangku. Aku tidak akan pernah mempermasalahkan jika puluhan atau ratusan orang yang menyerangku. Tapi aku tidak bisa melihat orang yang aku sayangi diserang atau tersakiti, apa lagi itu karena aku."

"Aku bisa meminta teman-temanku untuk melindungi adikmu, kok. Kau tidak perlu khawatir soal itu. Kau bisa tinggal bersamaku dan Emma. Semuanya akan aman disana." Jelas Mikey.

Rei menatap Mikey. "Maaf Manjiro. Aku sudah memikirkan semua nya matang-matang. Aku sudah memutuskan untuk membawa Aika pergi. Hanya untuk sementara waktu saja... Ku rasa." Rei ragu.

"Tidak akan ada yang pergi. Kita akan tetap bersama, Miya. Aika ikut tinggal dirumah ku. Keamanan sangat terjamin di rumahku. Ok?" Ia bersikeras menahan Rei.

Rei menghela nafas pasrah. Ia memeluk laki-laki itu lagi. Mikey membalas pelukan Rei dengan tangan kirinya.

"Terima kasih, Manjiro," Ucap Rei sambil menutup mata, memeluk laki-laki yang ia sayangi.

...

Keesokan malam.
"Apa isi dari tas kakak yang ini?" Aika mengangkat sebuah totebag yang cukup besar. Mereka baru saja kemas-kemas untuk menginap di rumah Mikey sementara waktu. Mereka membawa barang-barang yang sekiranya diperlukan.

Tas Totebag itu berisi syal rajutan tangan Mitsuya, seragam Touman beserta boneka Mickey Mouse.

"Oh, itu barang-barang yang kakak anggap berharga. Jadi kakak ingin membawanya." Rei tersenyum, lalu pergi ke dapur.

Aika mengangguk paham. Lalu menyelesaikan packingan bajunya.

Dreetttttt....

Handphone Rei berdering dekat "Kak! Ada telfon!" Teriak Aika yang tidak melihat siapa yang menelfon kakaknya.

Segera Rei menghampiri handphone nya, dan membawa hp nya itu ke dapur.

Aika baru selesai mengurus semua barang-barang, lalu ia pergi ke kamarnya untuk rebahan.

"Huff... Apakah menjadi kerabat dari seorang berandalan serepot ini? Harus lebih berhati-hati dengan siapapun?" Tanya Aika pada dirinya sendiri. Lalu ia memainkan handphone nya.

"Aika." Panggil Rei yang sudah berdiri di ambang pintu kamar adiknya.

"Ya?" Aika sedikit terduduk.

"Aku ingin membeli beberapa keperluan di toko. Kau langsung kunci saja semua pintu, takutnya aku lama. Aku membawa kunci cadangan bersamaku. Jadi tak perlu takut kalau aku tidak bisa masuk. Kau tidurlah. Karena pagi buta kita akan pindah ke rumah Mikey dan Emma."

Aika mengangguk. "Baiklah." Lalu ia mengantar kakaknya sampai di depan pintu.

"Berhati-hatilah. Kalau bisa jangan terlalu lama ya?" Pesan Aika. Rei hanya memberikan anggukan, lalu segera pergi menjauh.

...

Disisi lain, Kisaki sedang digudang tempat markasnya bersama Hanma dulu. Ia sendirian memandangi pemandangan kota dibalik jendela kaca.

Tak lama kemudian terdengar langkah kaki seseorang mendekati laki-laki berkacamata itu.

Kisaki membalikkan badannya, lalu tersenyum lebar.

"Halo... Sudah lama kita tak berjumpa ya...
Rider."

IMPOSTOR (END) - Another Story From Tokyo ManjiWhere stories live. Discover now