61. "Mιʅʅισɳ Dɾҽαɱʂ αɾҽ Wαιƚιɳɠ ϝσɾ Mҽ!"

21 4 0
                                    

Rei sedang duduk dibangku taman sekolah bersama Hinata, Senju dan Emma yang ada dibawah pohon rindang. Tempat biasa mereka sering berkumpul. Ketiga temannya sedang duduk diatas rerumputan sambil memasang kutik berwarna pastel green. Sedangkan dirinya sendiri bersandar di sandaran bangku sambil menikmati angin sepoi-sepoi.

"Hasilnya kawaii!" Emma gemas dengan warna di kuku-kuku jarinya.

"Huff... Jadi ingin belanja kutik sama Sanzu." Gumam Senju yang juga menyukai kutik itu.

Hinata bangkit berdiri menuju tempat Rei berada. Lalu duduk di sebelah kanan sahabatnya. "Rei, mau ku pasangkan kutik?"

"Boleh!" Rei mengizinkan Hina memasangkan kutik untuknya. Selagi sangat sahabat memasang kutik, Rei kembali menyandarkan tubuh, kepalanya menengadah keatas, lalu bersenandung lagu A Million Dreams untuk menghibur diri. Matanya ia pejam karena terlalu menikmati suasana. Kini ia tak masalah bernyanyi didepan teman-temannya, lagi pula mereka semua sudah tahu Rei pandai bernyanyi.

Saat Rei tengah bersenandung, datanglah Mikey dan Draken diam-diam. Mikey menyuruh mereka semua tetap menutup mulut, dan meminta Hinata untuk minggir karena ingin memasangkan Rei kutik di jari-jari gadisnya.

Rei tetap melanjutkan senandung nya tanpa menghiraukan siapa yang sedang memasangnya kutik. Rei memang tidak menyanyikan semua lirik, namun ia meng-improvisasi lagu itu menjadi lebih enak didengar.

Selesai bernyanyi, Rei masih menutup kedua matanya. Sedangkan Mikey menantikan gadis itu menatapnya.

"Ada dua orang yang datang. Salah satunya berada disebelahku." Ucap Rei yang membuat teman-teman heran. Padahal sedari tadi mereka memperhatikan apakah Rei sempat membuka kedua matanya atau tidak. Gadis itu memang tak membuka matanya sedikit pun.

Rei menegakkan kepalanya. Lalu membuka kedua mata, kini ia melihat Mikey disebelahnya.

"Kepekaan yang bagus. Tingkatkan lagi!" Mikey bangga pada kemampuan Rei.

Rei hanya tersenyum. 'Akan sangat berbahaya kalau aku meningkatkan kepekaan ku. Bahkan kalian tidak akan bisa membuat kejutan ulang tahun untukku karena aku tahu mana orang yang sedang berbohong atau tidak dihadapanku.

Akhir-akhir ini aku melatih kepekaanku untuk mendeteksi pergerakan disaat bernyanyi. Karena disaat aku bernyanyi lagu perfect didepan teman-temanku, aku tidak merasakan kedatangan mereka. Sejak saat itu, aku berencana untuk melatih kepekaan.' 

Rei menoleh ke kuku nya. Mikey berhati-hati saat mengecat kuku gadisnya, sehingga hasilnya pun lumayan rapi, walau tak serapi milik Hinata.

"Wow! Cantik!" Rei juga ikut jatuh cinta karena warna kukunya sangat cocok dengan kulitnya yang putih.

"Nah kan... Pasti Rei juga suka." Emma antusias.

"Lihat." Draken meraih tangan Emma untuk melihat hasil kutik itu. Tentu saja, pipi Emma seketika memerah. Akhir-akhir ini, Draken lebih sering memberikan atensi padanya.

"Cocok untukmu." Draken tersenyum, melepaskan tangan Emma lalu kembali menoleh pada yang lain.

"Hehe... Terima kasih." Emma tersipu malu.

"Ayo foto! Mau aku post di ig!" Ajak Hina yang sudah siap berselfie. Ketiga sahabatnya yang lain pun anantusias untuk berselfie.

"Dasar cewek." Mikey tertawa kecil.
"Sepemikiran." Draken juga tertawa.

...

Siangnya, mereka kembali belajar. Kini mereka belajar Matematika, pelajaran yang paling ditakuti semua teman-temannya. Kecuali Chifuyu, karena matematika sangat berguna untuk profesi nya mendatang.

IMPOSTOR (END) - Another Story From Tokyo ManjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang