𝐑𝐞𝐢𝐧𝐜𝐚𝐫𝐧𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧 (𝙴𝙽𝙳)

72 7 0
                                    

"Hei, apa kau mendengarkan ku?
Pilot 1! Jawab aku!"

Seorang anak laki-laki sedang berdiri di tengah-tengah padang rumput. Ia bermain dengan portofon rakitannya yang bisa mengeluarkan layar proyekyor dari salah satu sisi. Layar itu seharusnya menunjukkan wajah dari lawan bicara. Namun, tidak ada jawaban dari seberang portofon.

"Pasti dia berhenti bermain." Anak laki-laki itu kecewa. Ia mematikan layar portofon dan kembali berjalan menyusuri padang rumput menuju rumahnya.

Tak berselang lama, laki-laki itu melihat ada seseorang yang memantaunya dari depan sana. Tampak seperti seorang anak perempuan yang menggunakan dress berwarna merah muda lembut.

"Bukan kah dia anak perempuan yang selalu mengikuti ku dari kemarin?" Gumam laki-laki itu yang untung saja suaranya tidak terdengar oleh orang yang bersangkutan.

Laki-laki itu terus berjalan, tak terasa bahwa dirinya sudah sangat dekat dengan posisi gadis itu berada. Ia berusaha mengabaikannya, tetap terus berjalan ke tempat tujuan.

"Hei, tunggu!" Panggil gadis itu yang membuat orang yang di panggil menoleh.

"Ada apa?" Tanya bocah laki-laki itu. Si gadis berlari mendekati orang yang ia panggil. Ia mengatur nafasnya terlebih dahulu sebelum akhirnya berbicara.

"Kau... Aku dengar kau merakit semua barang-barang lama menjadi canggih. Apa itu benar?"
"Ya."

Sang gadis tersenyum sebelum akhirnya menunjukkan sesuatu yang melilit ditangan kirinya. Sebuah jam tangan antik dari tahun 2010 yang ia rakit menjadi alat komunikasi praktis.

"Seperti smartwatch tahun 2025. Memang tua." Ia mengangkat alis, seolah meremehkan benda buatan gadis itu.

"Setidaknya ini rakitan tangan ku sendiri. Apa bedanya dengan portofon milikmu. Seperti handphone saja. Sangat jadul!" Gadis itu malah mengejek balik.

Laki-laki itu memutar malas bola matanya. Ia kembali berjalan meninggalkan gadis yang ternyata masih membuntutinya. Mereka berjalan menuju sebuah tebing yang menampilkan pusat kota dengan bangunan yang tak biasa dibawah sana. Teknologi maju dimana-mana. Banyak kendaraan yang sudah berjalan sesuai aturan lalu lintas udara. Bahkan manusia-manusia yang menggunakan jetpack berterbangan kesana kemari sebagai transportasi pribadi.

 Bahkan manusia-manusia yang menggunakan jetpack berterbangan kesana kemari sebagai transportasi pribadi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Laki-laki itu berdiri di ujung tebing sembari menyapu seluruh kota dengan tatapan sejuk. Udara menyentuh lembut kulit mereka dan tentu saja tanpa izin menerbangkan setiap helaian rambut. Sedangkan gadis tadi masih berdiri dibelakangnya, hanya memandangi laki-laki itu dengan sebuah senyuman simpul dibibir.

"Kau tahu? Aku sangat ingin menciptakan era dimana manusia tidak terlalu men-tuhankan teknologi seperti sedia kala." Ucap laki-laki itu.

"Kau ingin memunsnahkan jaman ini?"

"Bukan. Hanya saja, aku ingin membawa manusia hidup kembali mengingat kepada Penciptanya. Bukan hanya mengandalkan benda elektronik dengan kecerdasan buatan yang perlahan menguasai bumi."

Gadis itu mengangguk setuju. Kini ia maju beberapa langkah agar berdiri tepat di samping laki-laki itu. "Kau benar. Sekarang manusia hanya menganggap Tuhan sebagai mitos. Teknologi lah yang tuhan bagi mereka. Kesombongan manusia akan membawa kehancuran di masa yang akan datang." 

"Itulah kenapa aku harus menyelamatkan nyawa mereka sebelum hari itu datang. Dan kau..." Laki-laki itu menghadap gadis disebelahnya. "... Apa kau mau membantuku?"

Gadis itu mengulurkan tangannya dan bersalaman dengan laki-laki dihadapannya. "Ya. Aku akan menjadi rekanmu."
"Senang mendengar kalau kau ingin berkontribusi."

"Siapa namamu?" Tanya si gadis.

"Michael. Kau bisa memanggilku Mike. Namamu siapa?"

"Reisha. Terserah mau panggil apa. Asal jangan Bilbo."

"Haha... Kau lucu. Ok, aku akan memanggilmu Rei. Lebih singkat." Michael tersenyum padanya.

"Baik, aku terima nama panggilan itu. Senang menjadi rekanmu... Mikey."


--- 𝐓𝐡𝐞 𝐄𝐧𝐝 ---


IMPOSTOR (END) - Another Story From Tokyo ManjiWhere stories live. Discover now