2. it's not rocket science

652 96 69
                                    

Take a deep breathe, duduk di tempat yang nyaman, baca di waktu luang, bcs this chapter almost 3k words!

Masih update setiap hari sampai tanggal 9 Juli yaa, happy reading ♡

⚠ segala jenis bentuk penyakit dan pengobatan disini adalah fiksi/karangan untuk kebutuhan alur cerita ⚠

· · • • • 𓏸 • • • · ·

Maurielle bingung harus mulai darimana jika ia harus menceritakan semuanya. Apakah termasuk kebohongan-kebohongannya juga? Menyembunyikan kehamilannya dan pergi ke Los Angeles pula? Rumit sekali sesi kejujuran ini, dia tidak ingin Yoongi mengecapnya sebagai penipu atau sejenisnya, takut pria itu tidak akan mempercayainya di kemudian hari lagi.

"Apa kau masih ingat saat aku menginap di rumah Jemisha?" Elle memutuskan untuk memulai semua ceritanya dari awal, entah mungkin tetap mempertahankan kebohongan atau malah lebih buruk, menimpanya dengan kebohongan lain.

Yoongi mengangguk, tidak mungkin lupa dengan hari itu ketika keesokannya Elle meninggalkannya ke Los Angeles dan menghilang. "Tidak akan lupa."

Elle menelan saliva, bergerak tak nyaman, takut. "Itu pertama kalinya aku mengetahui diriku hamil, Yoon, dari testpack, garisnya dua," lirih wanita itu sembari tak sadar meremas kaus Yoongi salurkan kegugupannya.

Sementara pria yang diberi informasi mengumpat pelan. "Shit. Kenapa tidak memberitahuku, Elle?"

Elle menggeleng kecil. "Aku ingat kita pernah bicara tentang bagaimana kalau aku hamil dan kedengerannya kau tidak suka. Aku juga memutuskan untuk—" Elle kehilangan suaranya, mencoba menarik nafas dalam satu tarikan. "—menggugurkan bayi itu di Los Angeles dibantu Jemisha, agar tidak ada yang tahu—"

"Holy f...—" umpatnya lagi, mengusap wajahnya kasar. Tangannya bergerak merengkuh pinggang gadisnya lalu mengecup puncak kepalanya.

"You save her... You save Edna, Yoon. Mungkin kalau kau tidak menghubungiku, Edna tidak ada di dunia ini—"

"Sssh... Pasti berat sekali untukmu, ya, kan?"

Elle mengalungkan tangannya di leher Yoongi lalu menelusup masuk menyembunyikan wajah disana. Mengangguk cepat. "Perutku tidak membesar beberapa bulan, Yoon. Katanya itu karena Pregnancy Denial Syndrome dan waktu itu benar-benar kacau, kepalaku, semuanya," desis puan itu, air matanya mulai turun lagi. "Edna juga tidak baik-baik saja dari kejadian itu, kondisinya buruk karena mereka memaksaku minum obat-obat dan alkohol... Jantungnya lemah, Edna hampir tidak selamat dan dengan kondisiku yang setengah gila sama sekali tidak membantu—"

"Tidak, Elle... Kau baik-baik saja sekarang, Edna juga, tumbuh menjadi gadis cantik, itu semua berkat dirimu," lirih Yoongi, bergerak menyeka air matanya.

Elle tersenyum kecil sebelum mulai melanjutkan ceritanya lagi. "Tiga bulan pertama perawatan adalah yang paling berat. Aku tidak ingat apapun selain kejadian itu dan setiap harinya aku mencoba bunuh diri," gumam sang puan, mengangkat tangannya, memberi tunjuk pada Yoongi bekas-bekas luka sayat di bawah tangan yang meski sudah samar sekali jejaknya, tapi Elle masih bisa rasakan itu ada disana setiap inci tubuhnya. Kepalanya yang terus ingin ia hancurkan, bercak darah di dinding kamar, sakit tenggoroknya karena menjerit siang malam. "-masih mau dengar? Aku takut kau tiba-tiba kabur setelah menyadari betapa gilanya diriku," kekeh Elle, terdengar resah.

Yoongi menelan saliva, perlahan dia genggam tangan wanitanya itu lalu dia beri kecupan hangat di nadinya. "Aku mencintaimu."

Jadi puan itu mulai lanjutkan ceritanya. "Kira-kira 5 bulan perawatan, saat kandunganku masuk 23 minggu—well, disini agak rumit, jadi biar aku menjelaskannya secara runtut." Elle berdeham satu kali, membasahi ruang mulutnya dan tenggorokan. "Pihak rumah sakit baru mengetahui aku hamil saat umur 4 bulan, mereka langsung hentikan pengobatan saat itu juga karena ada janin di perutku. Otomatis, hari-hari berikutnya kondisiku mulai drop lagi padahal sebelumnya—setelah perawatan 3 bulan itu—aku sudah mulai sadar. Okay, that's hard. Not my pregnancy, but, my mental illness. Mereka tak mengatakan padaku kalau aku hamil. Aku menyadarinya sendiri saat suatu malam perutku mulas, dan ada sesuatu yang bergerak di perutku—saat itu juga perutku akhirnya mulai membesar. Lucunya aku diam saja, tak mengeluh kesakitan sampai pagi, sampai akhirnya suster pertama masuk untuk memeriksa kondisiku seperti biasanya pukul 7. Aku masih ingat, sepertinya itu ingatanku yang benar-benar pertama kali selama aku gila itu. Sambil mengusap perutku, aku bertanya pada suster itu, 'How about Min Yoongi?' hahahaha dia bingung."

Ellegirl - book 2 [M] ✔Where stories live. Discover now