44. let the grass grow under your feet

398 62 40
                                    

One week laterafter she left.

"Gin satu gelas, yang paling mahal. Orang di sampingku yang bayar."

Seokjin mengetukkan tangannya di meja menunggu pesanan seraya mendengar kekehan dari pria di sampingnya. Mereka duduk di salah satu bar yang tenang, melodi piano terdengar rendah mengalun, menambah kesan 'kelas' di bar ini. Tidak perlu minta yang paling mahal karena semua minumannya mahal dan pilihan. Akhir-akhir ini mereka jadi semakin sering bertemu. Satu pria kesepian, yang satu suka minum-minum saja.

yang satu lagi iseng bergabung dengan para hyungnya. "Yoongi hyung membayarkan minum? Kalau begitu aku mau satu botol vodka—"

"Enak saja."

Seokjin tertawa terbahak-bahak sambil menunjuk si anak paling termuda di antara mereka ketika permohonan traktirannya ditolak. "Tadi kau mau bilang satu 'botol' vodka?"

Jungkook terkikik. "Cari kesempatan dong buat persediaan di rumah," katanya, sebelum memesan segelas vodka yang tagihannya dia bayar sendiri. Dua gelas pesanan dihidangkan. Jungkook menyicip sebelum matanya mengamati kondisi wajah pria di sampingnya. "Simon kalau marah mengerikan juga, ya?"

Yoongi memutar bola mata. Tangannya menyingkirkan jemari bocah itu saat hampir menyentuh wajahnya yang babak belur. Sisa. Itu sudah dua hari lalu, dia dipanggil ke markas di hari liburnya, lalu dihajar. Katanya bukan marah karena dia tidak ikut ke London, tetapi marah karena Yoongi tak sama sekali memberitahu Maurielle sebelum keberangkatannya.

"Ah, enak sekali minum malam-malam begini," gumam Jungkook, menghabiskan begitu saja segelas vodkanya lalu meminta tuangan yang kedua.

"Senang kalau tidak ada masalah," timpal Seokjin sambil kemudian menepuk pundak Yoongi beberapa kali sebelum ditepis juga dengan gerakan bahunya. "...dan gratis."

Jungkook tertawa terbahak-bahak. "Memangnya Maurielle belum menjawab?"

Seokjin melirik Yoongi yang diam saja—pria itu sudah beberapa hari ini sangat pendiam—lalu melambaikan tangannya menjawab pertanyaan Jungkook.

"Hannah? Simon, Freddie, Luke?" Jungkook menyebutkan semua orang yang ikut ke London. Bahkan, "Edna?"

"Mereka benar-benar bungkam, bahkan saat Taehyung atau Hoseok, sampai akupun, yang tanya, mereka tak mengatakan apa-apa," balas Seokjin sambil mengedikkan bahunya lalu menyesap alkoholnya dengan tenang.

"Semuanya kembali ke San Jose? Aku tidak dengar ada yang disuruh pergi ke London, baik timku atau Tony, atau apakah mungkin Darren membuat..."

Sementara Seokjin dan Jungkook membicarakan tentang Maurielle, Yoongi diam saja di tengah-tengah mereka tidak tertarik dengan topiknya. Menundukkan kepala saja ketika tidak minum dan lebih banyak diam. Dia sudah puas bertingkah terlalu banyak minggu kemarin, hari-hari berikutnya seperti orang linglung yang tak tahu apa tujuan hidupnya sekarang. Yoongi selalu minum sampai dia mabuk, tipsy, lalu berkendara, berharap kecelakaan saja lalu mati. Tapi sampai detik ini dia masih hidup dan mengulang-ulang kegiatan yang sama.

Yoongi masih ingat teramat jelas isi pesan dari Maurielle hari itu yang benar-benar memenuhi notifikasi ponselnya. Bertanya dimana keberadaannya sementara dia seperti orang pengecut tak membalas. Dia baru meminta maaf saat mengetahui —dengan sengaja—kalau pesawat Elle bakal take off 10 menit sebelumnya. Dia membalas pesan wanita itu.

Ellegirl - book 2 [M] ✔Where stories live. Discover now