18. kill two birds with one stone

413 72 80
                                    

Kalau bukan jadwal update aku suka lupa, jadi maaf ya ngaret publish malam-malam... Oh iya, kemarin juga hampir aja ngga berhasil dapet bonus update xixi

Belum sempat riset penyakit Edna, jadi segala jenis penyakit dan pengobatan di cerita ini adalah karangan author 🙏

Selamat membacaa, jangan lupa vote dan komen ♡

warning for this chapter: violence

· · • • • 𓏸 • • • · ·

Bugh bugh bugh duagh!

Seorang pria baru saja terpental ke atas, lalu nyaring suara tubuhnya jatuh bertemu dengan marmer dan erangan kesakitan memenuhi ruangan. Dalam sepersekon sudah diangkat lagi, diseret ke meja yang dilapisi kaca, rambutnya di tarik bersama dengan kepalanya yang mengadah, lalu...

Duagh! Pyar!

"Arghhhh!!" erangnya, tidak bisa membedakan barusan itu kaca atau kepalanya yang pecah. Nafasnya terengah-engah ketika tubuhnya ditarik bangkit lagi, selanjutnya ia bisa merasakan perutnya dihadiahi tonjokan kuat lagi. Hancur tubuhnya, tapi dia masih tidak tahu kenapa.

Yang terlintas di pikirannya cuma, Edna tidak baik-baik saja? Sebelum tubuhnya dibanting lagi dan menjadi samsak tinju Darren. Pria itu belum bicara selain hanya tertawa melihatnya berdarah-darah. Puas, atau belum, entahlah.

"Maafkan aku—"

Yoongi meminta maaf meskipun dia tidak tahu dimana letak kesalahannya. Pagi-pagi sekali pintu apartemennya diketuk, ternyata itu tim penjagaan Darren yang memintanya ikut ke mansion. Yoongi terus-terusan bertanya, mencoba menghubungi Elle bertanya ada masalah apa tapi nomornya tidak pernah tersambung.

Selanjutnya dia berakhir babak belur lagi disini. Lebih parah dari di basemen apartemennya, tetapi setidaknya dia tidak ditembak.

Yoongi berbaring di tengah ruangan. Merasakan darah keluar semua dari lubang yang ada di wajahnya. Hidung, mulut, dan kening yang entah berapa kali harus terluka dan diplester lagi. Dadanya naik turun, terengah-engah, matanya terpejam mencoba mengabaikan rasa sakit tubuhnya. Yoongi tidak tahu bagian mana dalam organ tubuhnya yang terluka habis ini.

Dia membuka matanya kecil ketika mendengar langkah kaki seseorang buru-buru masuk. Itu Simon, mendekati Darren untuk bicara.

"Nona Maurielle sudah disini, sir," katanya, membungkukkan badan, rahangnya mengeras menatap Yoongi yang kacau sekali. Dia ingin menariknya keluar, tapi tidak bisa, tentu saja. "Dia mengatakan sebenaranya itu semua kesalahannya karena sudah menahan nona Edna bertemu Yoongi. Bukan kesalahan Yoongi—"

"Ah, begitu? Jadi harusnya gadis itu yang ada di ruanganku sekarang, ya, bukan laki-laki ini? Tapi kenapa baru mengatakannya sekarang?"

Simon diam saja sementara Darren tertawa di sampingnya. Darren turun ke bawah, berlutut di depan Yoongi yang masih mengatur nafasnya dan kesakitan.

Puk! Puk!

"Bagaimana ini, aku salah sudah menghabisimu, harusnya Maurielle—"

Yoongi bergerak memegang pergelangan kaki Darren begitu saja. Tubuhnya bergetar ketika mencoba bangkit, meringis ketika menemukan tangannya penuh sekali noda berwarna merah itu.

"Aghh," erangnya kecil. "Jangan... Jangan Maurielle. I-ini salahku, sir... Bunuh aku..." lirihnya berucap, menahan kaki Darren pergi. Simon menggeleng kecil tanpa sepengetahuan Darren, melarang Yoongi melakukan itu dan membiarkan Maurielle menggantikannya. "Bunuh aku saja..."

Ellegirl - book 2 [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang