10. bury the hatchet

505 74 65
                                    

Yoongi dan Maurielle kembali pukul 10 malam dari rumah sakit. Ia segera membantu Yoongi turun dari mobil, memapahnya berjalan dari basemen ke unit apartemen mereka, pergelangan kakinya terluka jadi harus diperban dan sangat disarankan memakai kruk jalan—Yoongi acuh tak acuh. Lukanya sudah dibersihkan semua, keningnya di plester lagi, bajunya yang penuh tanah, pasir, dan jejak sepatu Darren sudah diganti. Tidak ada tampak fisiknya yang berubah kecuali kakinya. Pria itu juga tidak banyak mengeluh sakit selain menjerit keras sekali waktu pertama kali kakinya disentuh dokter di rumah sakit.

Elle membangunkan Celine yang ketiduran duduk di atas karpet menyangga kepalanya di sofa, membolehkan gadis itu pulang. Kemudian menemukan Edna yang terlelap juga di sofa dengan selimut tebal yang menutupi sampai leher. Elle membiarkannya dulu, sementara ia berjalan mengambil Holly yang tidur di lantai dan memasukkannya dalam kandang.

Yoongi ingin membantu. Dia menyingkap selimut Edna, lalu terkejut ketika tangerine-tangerine itu mulai berjatuhan dari sofa. Tangerine-tangerine itu ditata mengelilingi tubuhnya, semuanya, seperti tenggelam dalam pasir pantai namun bedanya ini menggunakan buah tangerine.

Pria itu tertawa menggelengkan kepalanya. "Lihat Edna, Elle," ucap pria itu, menunjuk anak perempuan mereka dan tingkahnya yang bermacam-macam. Dia membayangkan Ed meminta Celine membantunya untuk melakukan ini sungguh lucu sekali.

Elle mengernyit prihatin. "Bukan main, memang, dia sangat... ekstra... menyukaimu—hadiah darimu."

Yoongi menggaruk tengkuknya yang tak gatal, canggung. Wanita itu juga. Dia memutuskan bergerak mengangkat tubuh Edna sebelum dihentikan Yoongi. "Biar aku saja," katanya.

"Kakimu sakit, kan?"

Yoongi menggeleng kemudian menaruh kruknya yang memang sudah tak berguna sedaritadi. "Edna berat, nanti bahumu sakit."

Dia sudah lama tak membiarkan Elle mengangkat sesuatu yang berat dengan alasan bahunya yang pernah patah waktu kecelakaan itu. Maurielle menurut saja, membiarkan pria itu melakukan semua yang diinginkannya meskipun kesulitan juga. Elle beralih mengumpulkan tangerine dan memasukkannya ke dalam kantung lagi lalu menyimpannya di lemari es. Memunguti plastik mainan dan yang lainnya yang berserakan yang tak sempat dibereskan Celine karena pasti tidak diperbolehkan Edna.

Lalu kembali ke kamar mereka bersama Yoongi, berbaring. Awalnya memeluk hangat, keningnya juga dikecup seperti biasa. Namun, kemudian Elle bangkit sedikit, memiringkan tubuhnya menyangga dengan siku, menaruh tangan lainnya di atas dada pria itu.

"Sakit ya, Yoon?" lirihnya khawatir, menggigit bibirnya dari dalam, menatap cemas-cemas pria itu.

Yoongi menggeleng, tapi wanita itu tidak percaya. "Tidak—ahhggg..." dia mengerang ketika Elle tiba-tiba menyentuh perutnya. Kemudian wanita itu menarik ke atas kausnya, melihat banyak bagian yang berwarna merah keunguan, pasti besok membiru dan sakit sekali. "Sakit sedikit," katanya pada akhirnya.

Elle mendengkus lalu memeluknya lagi, menaruh kepalanya di dada pria itu, mendengarkan detak jantungnya yang membuatnya tenang. "Tolong jangan terluka lagi demi aku, jangan terluka lagi karena aku."

~❉~

Esok harinya Yoongi memejamkan mata, hampir tertidur lagi di kursi pijat kalau saja Edna tidak minta dibantu naik untuk duduk di pangkuannya. Tangan kecilnya menangkup wajah Yoongi lalu bibirnya maju memberikan kecupan di bibir pria itu, Yoongi terkejut. "Appa gwaenchana¹?" tanyanya lucu. Matanya menatap sedih setelah tadi melihat kaki sang papa diperban dan berjalan agak pincang.

¹papa baik-baik saja?

Pria itu mengangguk dengan mata mengerjap masih normalkan detak jantungnya barusan Ed mengecup bibirnya. "Appa gwaenchana." Tangannya bergerak ingin mengusap rambut anak perempuannya itu sebelum Elle tiba-tiba saja muncul dari kamar wardrobe dengan ribut sambil memijat pangkal hidungnya.

Ellegirl - book 2 [M] ✔Where stories live. Discover now