42. build castles in the air

395 72 71
                                    

Yoongi mengambil segelas Balvenie untuk menemaninya tinggal di depan komputernya malam itu. Dia memakai hoodie berwarna hitam sebelum duduk di kursi di depan kotak besar elektronik yang layarnya sudah menampilkan seorang wanita cantik dengan rambut tergerai dan dibalut jubah tidurnya.

"Hai, kau sudah menunggu lama?" tanya Yoongi ketika dia baru menaruh pantatnya. Dia yang duluan menghubungi Elle, namun kemudian pergi saat sedang mencoba menyambungkan untuk mengambil minuman.

Elle mengangguk. "Aku tahu kau pasti mengambil alkohol, jadi aku juga menuang wine tadi."

Pria itu mengangkat gelasnya ke depan kamera, seolah mengajaknya untuk mendentingkan gelas bersama-sama.

"Cheers." / "Cheers."

Satu tegukan untuk membasahi kerongkongan, lalu Yoongi menaruh gelasnya di meja. Mereka sudah berjanji bakal bertemu di sambungan telepon video pagi tadi, jadi benar-benar bertemu saat ini pukul 10 malam waktu San Jose.

"Kau betulan tidak apa-apa kuhubungi sekarang? Ed baru tidur, jadi aku baru bisa menghubungimu," gumam pria itu, merasa tidak enak mengganggu waktu tidurnya apalagi Elle lagi sangat sibuk, butuh waktu tidur yang cukup agar kesehatannya baik. "Kalau kau mengantuk katakan saja."

Elle tersenyum, dia berbaring tengkurap di kasur dengan laptop di depannya. "Aku juga masih mengerjakan beberapa proposal jadi tenang saja."

"Kau masih bekerja di jam segini?" tanya Yoongi, sedikit tidak suka dengan jadwal tak teratur itu. "Jam berapa di New York? Bukannya sudah terlalu malam?"

"Jam 1. Harus kuselesaikan hari ini karena tidak ada lagi waktu yang tersisa besok."

Yoongi mengernyit, dia mengambil lagi gelas wiskinya lalu menyesap sedikit. "Oke, jangan lupa tidur yang nyenyak. Tubuhmu juga aset, Elle, kalau kau sakit kau tak bisa melakukan apapun termasuk bekerja. Untuk apa kau bekerja keras kalau pada akhirnya jatuh sakit? Sia-sia, ya, kan."

Elle terkekeh lalu memberikan ibu jarinya. "Baiklah. Aku jadi tenang. Ada kau nanti yang peringati aku kalau lupa waktu."

Pria itu tersenyum lalu mengangguk kecil. "Bagaimana hotelmu? Di tengah kota?"

Elle melebarkan matanya ketika Yoongi bertanya tentang itu. Dia buru-buru beranjak bangkit membawa laptopnya untuk kemudian membuka tirai kamar hotelnya lebar. "Pemandangannya gila," katanya tertawa kecil sambil berusaha mengambil citylights meskipun sepertinya sia-sia. Kepalanya sesekali memeriksa apakah pemandangan yang 'gila' itu terekam atau tidak.

"Wow, fantastis," sahut Yoongi meskipun tak melihat apa-apa.

Elle mengernyit senang. "Iya, kan? Aku biasanya mengerjakan sesuatu di sofa ini sambil melihat lampu-lampu kota dan jalanan dari atas sini." Dia membawa kembali langkahnya ke dalam kamar untuk kemudian tiduran lagi di atas ranjang. Sekarang bersandar di kepala tempat tidur lalu menaruh laptopnya di pangkuan. "Kau di apartemen?"

Yoongi mengangguk. Pagi tadi di bandara Elle mengatakan pada pria itu untuk kembali saja ke apartemen karena Elle mungkin sudah tidak akan menempatinya karena sudah selesai berkemas juga. Lalu benar saja, ketika Yoongi kembali, almari mereka sudah kosong setengah, tidak ada pakaian-pakaian Elle bahkan aksesorisnya juga. Cuma tersisa milik Yoongi, dan entah kenapa itu membuatnya sedih. Apartemennya kosong hanya tertinggal aroma manis wanita itu saja.

"Dimana kopermu?" tanya pria itu, karena tak adanya baju-baju Elle tetapi juga tak ada kopernya.

Kemudian Elle menjawab, "Sudah siap di mansion semua. Kapan kau mau berkemas?"

Yoongi menelan salivanya. Kapan ya? "Secepatnya," ucap pria itu tersenyum.

Elle mengernyit senang. "Yey. Aku juga tidak sabar..."

Ellegirl - book 2 [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang