🔞》21. like turkeys voting for an early christmas

848 73 72
                                    

Pas banget membuka lembaran barunya di chapter 21 hngg happy reading :* oiya kak agustd update lagi xixi

· · • • • 𓏸 • • • · ·

Jemisha menaruh dua bungkus tisu yang masih baru di atas meja. Satu bungkus sebelumnya sudah dihabiskan seorang perempuan patah hati yang sedari tadi menangis meraung-raung di apartemennya sejak pagi.

Wajahnya merah padam, produksi air matanya belum juga habis. Duduk, meringkuk, telentang, tengkurap, berdiri menatap luar jendela, dia menangis terus. Jemisha sampai lelah. Well, dia juga sedih, awalnya, tapi kemudian kesal juga melihat tingkah wanita itu yang terlalu berlebihan menangisi hubungannya.

"Masih banyak ikan di lautan, Elle!" serunya menggeram gusar. Untungnya hari ini ia libur bekerja, jadi tidak menghadapi kekacauan di kantor. "Jangan menangisi pria berengsek, deh! Memalukan!"

Elle menarik ingus, lalu melempar tisunya pada Jemisha. "He is not an asshole!" balasnya kesal. "It deserved to cried by me a whole week."

Jemisha menaikkan alisnya menimbang-nimbang. "Yah, sebenarnya sayang juga, sih. Seksnya sangat-"

"Berani-beraninya kau mengingat malam itu?!" pekik Elle makin kencang menangisinya. "Semalam adalah seks terakhirku!"

Jemisha geleng-geleng, dia beranjak pergi ke dapurnya, membuka lemari yang berisi botol-botol alkohol mahal lalu mengambil wine dan vodka. "Setidaknya kau dapat seks terakhir." Mengambil dua seloki juga, lalu membawanya pada Maurielle. "Tidak bisa begini, kau harus minum sampai mabuk untuk melupakannya."

"Minum sampai mabuk lalu kembali pada Yoongi begitu?" ringisnya, mencoba menyeka air mata yang terus mengalir deras. "Haruskah aku mengemis lagi, Isha?"

Gadis yang lagi menuangkan minuman berwarna merah ke gelasnya itu menggeleng kuat. "Fuck, no!" serunya, lalu bergidik. "Elle, kau dicampakkan, kau tidak malu mengemis kembali padanya? Yang lagi kupikirkan sekarang adalah bagaimana caramu membalas dendam!"

Maurielle menutup wajahnya, sesenggukan. Matanya sudah terasa bengkak, seperti sudah lelah menangis dan air matanya sudah kering, tapi kemudian wajah Yoongi terlintas lagi di kepalanya, dia akan menangis lagi.

"Balas dendam bagaimana? Kan disini aku yang salah, Jemisha!" seru wanita itu, bergerak ingin melempar bantal pada sahabatnya karena tak memberi solusi apapun. "Darren memukulinya sampai mau mati dan dengan mata kepalaku sendiri dia meminta bantuanku, tapi juga dengan mata kepalanya sendiri dia melihatku pergi! Lebih buruknya dia tahu aku yang melaporkan semuanya pada Darren!"

Jemisha meringis prihatin. "Ah, benar-"

"Kau baru sadar sekarang?!" Tangisnya makin menggelegar kencang.

"Lagian kenapa kau melaporkannya pada Darren kalau tahu dia bakal dipukuli seperti itu bodoh?!"

Elle menjerit teringat lagi hari dimana dia menelepon Darren tengah malam. "A-aku takut aku yang dipukuli Darren, Isha...! Aku panik! Aku berpura-pura jadi anggota tim dan melaporkannya... Kepalaku baru waras setelahnya lalu aku menyesal tapi sudah terlambat! Aku tak menyangka Darren akan memukulinya sampai seperti itu..."

Jemisha menggeleng-gelengkan kepalanya. Pusing sekali memikirkan masalah Elle yang terjadi karena kebodohannya sendiri itu. "Mendengar ceritamu aku bisa merasakan seberapa besar kecewa, marah, dan muaknya pria itu padamu, Maurielle. Kalau aku jadi Yoongi, aku sudah kembali ke Korea karena dikhianati seperti itu."

"Isha bicaramu jahat sekali...!" Tangannya bergerak menerima segelas vodka sebelum lanjut menangis lagi habis memikirkan ucapan Jemisha barusan benar-benar membuatnya sadar kalau dia memang sangat keterlaluan. "Dia satu-satunya pria dengan versi terbaik di dunia, tidak akan bisa kutemukan yang sepertinya lagi..."

Ellegirl - book 2 [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang