36. take into account

341 65 45
                                    

Jangan lupa baca author note di bawah yaa, ada lomba 17an 🇮🇩 ngide walaupun telat ♡

· · • • • 𓏸 • • • · ·

Sejak dua jam yang lalu pria itu sudah berdiri disana. Di lantai paling atas hotel, rooftop, memandang ke bawah melihat citylights kota San Jose yang masih cerah dari gedung-gedung perusahaan tinggi, pencakar langit dan juga lampu-lampu putih, kuning, merah, dari kendaraan yang masih ramai memenuhi jalan raya. Tak hanya visual yang dimanjakan, indera pendengaran juga penuh suara embusan angin, klakson mobil, dan dentingan piring dari restoran di rooftop hotel yang tak jauh dari tempatnya berdiri.

Dia bersembunyi dalam gelap. Cuma nyala pemantik api dan Parliamentnya yang terik di ujung buntelan kertas berisi nikotin itu. Rokoknya tak membuat banyak asap, jadi keberadaannya makin tak nampak di sudut tak berlampu itu, setelan bajunya hari ini juga hitam-hitam, Yoongi kamuflase menjadi bayangan. Dia dilahap lalu ditelan sepi yang panjang.

Raganya hadir, namun jiwa dan pikirannya menjelajah samudra. Membayangkan satu titik jauh di tempat yang belum pernah ia langkahi, belum pernah ia sapa sebelumnya, London, Inggris, United Kingdom; Maurielle dan mimpinya; visa long-termnya—

"Appa?" —dan Edna.

Jiwanya buru-buru ditarik kembali. Yoongi buru-buru mematikan rokoknya karena sekarang sudah tidak sendirian.

Sore tadi dia pergi ke mansion untuk menjemput anak perempuannya ini, namun kemudian ada beberapa urusan yang harus diselesaikannya—Jimin bilang Soohyun tidak pulang beberapa hari dari sejak hari Hikaru dititipkan pada Yoongijadi Edna dia antar ke apartemen Taehyung untuk bermain dengan Eros—anaknya yang baru lahir. Sepertinya kemudian Maurielle juga ada disana karena Edna tidak rewel.

"Sudah puas bermain, princess?" tanya Yoongi, tersenyum lebar, mengangkat Ed lalu mendudukkan gadis kecil itu di tempat yang cukup sangat berbahaya—di pembatas rooftop setinggi perut orang dewasa.

Ed menengok ke bawah lalu bergidik takut, sementara Yoongi tenang karena memeganginya dengan aman. "Anak bayinya lucu," cicitnya, sambil tak sudah melihat ngeri ke belakang.

Pria itu terkekeh, mengacak rambutnya gemas. "Ed takut?" Gadis kecilnya itu mengangguk menatapnya. "Tenang saja papa kan memegangi Ed, tidak akan dilepaskan, percaya, kan?"

Ed mengangguk pelan, tapi tetap saja takut kalau melihat ke bawah, tinggi sekali. "Disini juga gelap," katanya. "Ayo pergi."

"Sebentar saja, papa ingin bicara dengan Ed," balasnya. Tangannya bergerak naik, membawa helai rambut anak perempuannya itu yang diterpa angin ke belakang telinga. Ed kemudian acuh tak acuh, memusatkan perhatiannya kagum ke jemari yang ada cat kukunya berwarna biru. "Apakah Ed ingat waktu papa pergi beberapa hari ke Las Vegas dan Ed tinggal di San Jose bersama mom saja?"

Kepalanya belum terangkat, tapi kemudian mengangguk. "Kuku Ed bagus tidak?"

Yoongi terkekeh. "Cantik sekali," balasnya. Dia berpikir mungkin Edna tidak mau mereka bicara banyak malam ini, tetapi sayangnya Yoongi harus bicara sekarang. Dia tidak tahu kapan Elle mau pergi ke London. "Sekarang kalau Ed yang pergi sedikit lebih lama, tidak akan bertemu papa untuk beberapa hari, minggu, bulan, bagaimana?"

"Kenapa harus pergi?" Anak perempuannya itu membeo heran.

Tentu saja, Yoongi belum menjelaskan apa-apa. "Pindah ke rumah baru bersama mom."

Ed mengedikkan bahunya. "Bersama papa juga?"

"Tidak," balasnya. "—tidak tahu."

"Tidak mau."

Ellegirl - book 2 [M] ✔Where stories live. Discover now