BAGIAN 6 [FOTOGRAFI]

4.8K 506 1
                                    

°°°

Manik matanya melirik ke arah ponsel yang disana terdapat jam yang sudah menunjukkan pukul empat sore. Tepat sekali setelah Nana pulang sekolah, pemuda itu langsung bergegas pergi menuju ke warung mamanya. Hal ini sudah biasa ia lakukan ketika tidak ada hambatan untuk pulang sekolah, Nana selalu membantu mamanya untuk bekerja di warung bakso miliknya.

Ternyata orang yang membeli dagangan mama masih sama, ramai seperti hari-hari sebelumnya.

Pemuda itu lantas berjalan masuk ke dalam sana, ia lihat mama dengan salah satu karyawan nya yang juga menggunakan celemek makan di bajunya masing-masing.

Tanpa pikir panjang Nana akan segera membantu mama untuk mengiris beberapa sayuran, karena hanya itu yang ia bisa.

Sebelumnya lelaki itu melepas tas dari punggungnya, ia taruh di paku yang terletak di tembok. Lelaki itu kemudian segera pergi menuju ke dapur warung untuk mengirisi kubis beserta daun-daunan sayuran lainnya.

Matanya tidak sengaja bertemu dengan mata mama yang saat itu juga tengah berada disana. Nana lantas segera memberikan senyuman manisnya kepada wanita yang sudah melahirkannya itu.

Mama hanya melewati begitu saja tubuh putranya yang kini berdiri tidak jauh darinya. Senyuman itu lantas segera luntur dari wajah tampannya. Sebenarnya hal ini sudah biasa terjadi, hanya saja dirinya tidak dapat membiasakan ketika mama harus terus bersikap cuek kepadanya.

Tidak ada yang bisa ia lakukan. Nana lantas kembali dengan niat awalnya yang berupa mengirisi beberapa sayuran yang sudah dicuci sebelumnya.

Ia sama sekali tidak membuka dahulu Hoodie yang masih berada di tubuhnya. Hanya masker dan juga topi yang ia lepas saat ini.

Tanpa pikir panjang lelaki itu langsung mengambil sayur-sayuran yang sudah dicuci bersih sebelumnya. Ia lantas segera memotongi dalam ukuran yang lembut sama seperti waktu-waktu sebelumnya.

Jika boleh jujur, Nana sedikit menyukai pekerjaan mamanya yang berupa memasak. Selain memfoto beberapa pemandangan, lelaki itu juga gemar dengan kegiatan yang sedang ia lakukan saat ini. Mungkin ini akan menjadi hobi keduanya.

Jam masih menunjukan pukul empat sore, tentu saja kakaknya belum pulang sampai kerumah. Hal itu karena Jeffin hari ini memiliki jam pagi dan siang yang akan berakhir mungkin kesorean(?)

Nana harap tidak ada yang terjadi saat ini dengan kakaknya. Dirinya takut jika ada sesuatu yang bahkan ia sendiri tidak tahu mengenai kakaknya disana.

Hanya bang Tirta lah satu-satunya teman sekampus Jeffin yang mampu Nana percayai untuk menjaga kakaknya itu saat berada dilingkungan kampus. Semoga saja keduanya sama sekali tidak menyembunyikan rahasia bersama. Apalagi mengenai penyakit kakaknya yang kadang sering sekali kambuh.

"Kamu pulang aja, pasti nanti Jeffin nyariin kamu kalau kamu gak ada dirumah. "

Ucapan sang mama mampu membuat Nana langsung menoleh kearah wanita itu. Ia lantas menghentikan kegiatan sebelumnya yang berupa mengirisi beberapa sayuran diatas talenan.

Lelaki itu terdiam beberapa saat sampai akhirnya ia mengangguk meng-iyakan ucapan mamanya.

"Pastiin abang kamu gak kenapa-kenapa dirumah, ya. "

Forgotten Nana [END]✓Where stories live. Discover now