BAGIAN 50. [PENDERITAAN SAHABAT]

4.6K 454 9
                                    






°°°

"Nana! "

Pemuda yang merasa namanya dipanggil oleh seseorang yang sangat familiar itu lantas segera menoleh. Tentu saja dengan perasaan yang sedikit terkejut, disana terdapat Jendral yang entah sejak kapan berada ditempatnya.

Nana dengan wajah memerah karena alerginya itu lantas segera menutupnya dengan masker hitam yang ia kenakan. Semoga saja Jendral mengira jika ia hanyalah salah lihat saja, sungguh untuk sementara Nana tak ingin mendekat dengan orang-orang yang mengenalnya dulu. Bukan apa, namun hal itu pasti akan mengingatkannya dengan sesuatu yang tak dapat diulang kembali.

Nana yang semula tengah duduk sambil menata dagangan nya tersebut, lantas segera berdiri hendak pergi dari tempat ini. Entah apa yang akan ia jawab jika nantinya Jendral akan melempar pertanyaan kepadanya.

Namun tentu saja seseorang yang masih berada diatas motornya itu dengan cepat segera turun dari benda tersebut. Ia tahu betul jika dirinya tak salah lihat, Nana dengan pakaian Hoodie tebal yang sangat Jendral kenali itu tengah berusaha untuk menghindar darinya.

"Lo mau kemana? " Suara yang terdengar begitu dekat dengan telinganya mampu membuat Nana terhenti. Entah mengapa rasanya kedua kakinya itu ingin berhenti disaat ini juga, niat awalnya yang ingin segera pergi itu lantas harus tersingkirkan.

"Lo ngapain? Kenapa bawa banyak barang didepan lo itu? " Tanya Jendral yang hanya membuat Nana terdiam ditempatnya.

Jendral yang merasa temannya itu hanya diam saja lantas segera berjalan kedepan menatap kearah wajah Nana yang sebagian tertutup oleh masker yang tengah dikenakannya. Kulit itu terlihat begitu memerah, ia yakin pasti temannya tengah menahan rasa panas yang menjalar di kulitnya.

"Na--"

"G-gue gak ada waktu, Jen. Gue mau pergi dulu, " ucapnya kemudian berjalan mencoba untuk menghindar dari pandangan Jendral yang faktanya hal itu sangatlah susah untuk dilakukannya.

"Lo kenapa kerja? Terus sekolah lo? "

Pertanyaan yang keluar dari mulut temannya itu membuat kedua mata Nana terpejam sesaat. Ia mencoba untuk mencari alasan yang begitu masuk akal untuk menjelaskannya kepada Jendral.

Mungkin hal itu akan begitu susah mengingat temannya yang satu ini sangatlah pintar tentang hal menyelidiki.

Jendral yang terus merasa pertanyaannya diabaikan itu lantas menepuk pelan pundak temannya yang sedari tadi mematung ditempat. Ia bisa melihat jika saat ini Nana tengah mencari suatu alasan yang mungkin akan keluar dari mulutnya.

"Kenapa, Na? Jujur aja sama gue, siapa tau gue bakal bisa bantu lo. "

Mendengar ucapan temannya itu membuat Nana menggeleng. "susah Jen jelasinnya. Ini masalah keluarga, gue masih belum bisa cerita... "

Jendral menghela napas sejenak. Ia paham apa yang tengah Nana rasakan, temannya itu membutuhkan waktu untuk bercerita. Dirinya tak berhak untuk menuntutnya agar menjelaskan semua yang terjadi.

"Tapi... Gue cuman pengen tau, kenapa lo sekarang kerja, lo gak inget kalo besok Senin kita udah ujian? "

Nana paham apa yang tengah diucapkan oleh Jendral. Hal itu juga adalah salah satu demi kebaikannya. Namun untuk saat ini mungkin hal itu tak ada apa-apanya, tentang pendidikan, Nana bingung memikirkan nya.

Forgotten Nana [END]✓Where stories live. Discover now