BAGIAN 28. [IMPIAN]

3.2K 396 12
                                    

°°°

Dari semalam, kondisi Nana yang terus mengguman hal tidak jelas itu, kini sedikit demi sedikit telah membaik. Walaupun tidak sepenuhnya ia sembuh.

Jeffin, saudara sekamarnya saja sudah hampir dibuat kehilangan akal karena adiknya yang terus berbicara tidak jelas. Tentu saja suara yang dikeluarkan Nana itu disertai dengan getaran, membuat dirinya cukup ketakutan karena sebelumnya pemuda itu tidak pernah dalam kondisi seperti ini.

Pagi ini sengaja Jeffin bangun lebih awal. Lelaki itu menyiapkan teh hangat untuk Nana sebelum ia akan pergi ke kampusnya.

Untung saja suhu tubuh adiknya itu sudah sedikit menurun. Walaupun masih enggan untuk membuka mata, Jeffin yakin jika Nana tengah kelelahan karena memikirkan dirinya. Ia tahu bagaimana khawatirnya Nana disaat dirinya jatuh sakit biasa.

Namun satu hal yang menjadi pertanyaan di kepala Jeffin. Sebenarnya dari mana bercak darah yang berada di baju adiknya itu berasal? Tidak mungkin kan jika ada orang jahat yang mencoba untuk melakukan hal yang tidak-tidak kepada adiknya itu?

Dilihatnya jam yang berada didinding menunjukkan pukul 06.24 dan Nana sama sekali belum membuka matanya. Setelah selesai dengan teh hangat yang ia buat, lelaki itu lantas segera berjalan menuju kearah kamar mereka berdua untuk memberikan benda tersebut kepada adiknya.

Kompres yang semalam ia berikan kepada Nana, kini masih terlihat di kening kepala pemuda itu. Sudah terlihat mengering karena benda tersebut telah menempel selama berjam-jam di tempat yang sama.

Kedua tangannya kemudian bergerak untuk mengambil benda itu dari kening adiknya. Dilihatnya Nana yang tengah tidur terlelap diatas kasur, membuat Jeffin menjadi tidak tega untuk membangunkan pemuda itu. Namun mau bagaimana pun dirinya harus membangunkan sang adik, walau hanya sekedar untuk meminum teh hangat yang ia buat.

Tangan kanannya bergerak untuk menggoyangkan tubuh Nana yang menghadap kearah kanan, membuat pemuda itu langsung mencoba untuk mengumpulkan kesadarannya.

"Na, bangun! Udah pagi. "

Bisa Jeffin lihat kedua mata adiknya itu yang sedikit mengerjap. Wajahnya masih terlihat pucat, membuat Jeffin berpikir dua kali jika keputusan dirinya untuk membangunkan pemuda itu memang salah.

"Udah enakan belum? " Tanya Jeffin yang langsung diangguki oleh Nana. Pemuda itu kemudian mencoba untuk bangun dari tidurnya dan melihat jam yang terpasang jelas didinding.

Sebelah tangan Jeffin bergerak untuk menempelkan kulit punggung tangannya ke kening Nana. Lelaki itu kemudian menghela napas lega ketika dirasakan jika kening itu tidak sepanas semalam.

"Teh nya diminum dulu, udah Abang buatin tadi. "

Nana melirik sekilas kearah gelas yang berada diatas meja belajarnya. Rasanya semakin tidak enak ketika kakaknya yang baru saja pulang dari rumah sakit, harus repot-repot untuk membuatkan dirinya minuman hangat seperti itu.

"Makasih, bang... Tapi aku mau mandi dulu, kemaren seharian aku gak mandi.. " ucap Nana yang diakhiri dengan cengiran andalannya. Lelaki itu kemudian menyibak dua selimut yang semalam ia gunakan untuk tidur.

"Na, " panggilnya ketika mengingat jika masih ada satu pertanyaan di hati Jeffin untuk menanyakan sesuatu yang menjanggal baginya. "Kenapa baju kamu banyak darahnya? "

Forgotten Nana [END]✓Where stories live. Discover now