BAGIAN 34. [SEKOLAH]

2.3K 335 7
                                    

°°°

Sepertinya pagi ini hujan akan segera turun, terlihat dari awan-awan yang mulai menggelap diatas sana, menandakan jika akan segera menumpahkan airnya keatas tanah yang semula kering.

Kini pemuda yang tengah menenteng tas di punggung dengan kedua kaki yang tengah berjalan di sekitar koridor sekolahan. Lelaki yang memakai baju tebal itu kini terus menundukkan kepalanya sampai dirinya sudah berada didalam kelas.

Seperti biasa, Jendral sama sekali tidak terlihat. Mungkin lelaki itu tengah pergi ke kelas sebelah atau ke sebuah kantin untuk mengisi perutnya.

Pagi ini mungkin Nana tidak akan sarapan, tak apa ia akan tahan daripada harus kembali mengeluarkan isi lambungnya seperti waktu-waktu sebelumnya. Semakin pusing kepala maka semakin susah juga perutnya untuk mencerna makanan.

Pemuda itu berjalan pelan menuju ke bangkunya yang terletak tidak terlalu depan dan tidak juga terlalu kebelakang. Nana meletakkan tas nya ke kursi yang sudah hampir setahun ini ia tempati. Pemuda itu lantas segera meletakkan kepalanya guna mengurangi rasa sakit yang terdapat disana.

Pagi tadi dirinya mendapatkan bentakan dari ayah hanya karena ia yang sangat lama untuk bersiap-siap berangkat ke sekolah. Ayahnya tidak dapat menunggu lama dengan alasan pekerjaan kantor yang tengah menunggunya disana.

Tadi pagi saja ketika kakaknya diturunkan tepat di depan kampusnya, namun berbeda dengannya yang hanya di antar sang ayah sampai ke tempat warung pinggir jalan yang tentu saja jaraknya tidak terlalu dekat dengan sekolahan. Membuatnya harus berjalan sendiri hingga sampai ketempat tujuan.

Untungnya udara pagi sama sekali bukan penghambat dirinya untuk berangkat ke sekolah. Pagi tadi udara terasa cukup dingin, dan itu benar adanya karena diatas sana awan hitam ke abu-abu an tengah berkumpul menjadi satu untuk menciptakan sebuah air yang dinamakan hujan.

Nana menghela napas ketika dirinya sampai disekolahan. Tak apa jika itu mau ayah, yang terpenting ayahnya tidak menolaknya ketika ingin menaiki kendaraan tersebut.

Saat ini pemuda itu tengah berada didalam kelas hanya dengan beberapa murid lainnya saja yang juga tengah bosan. Lainnya masing-masing pergi keluar untuk mencari tempat yang cocok untuk mereka gunakan. Lainnya ada di rooftop, kantin, bahkan saja toilet pun juga adalah salah satu tempat tongkrongan mereka.

Hanya tempat itu lah yang tak memiliki cctv karena kamera tersebut tidak akan bisa mengambil rekaman ditempat itu. Disana mereka tengah merokok, sengaja memilih tempat itu karena disanalah mereka dapat bebas dari guru BK yang tak akan pernah mendapatkan bukti ketika semuanya tengah melakukan hal tersebut.

Sedangkan disini Nana hanya duduk sendirian sambil meletakkan kepalanya diatas lengan yang sengaja ia lipat sebagai bantalannya agar tidak merasakan sakit di kepala. Pemuda itu bingung, ia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi hingga membuat dirinya gagal fokus ketika tengah belajar. Baik dirumah maupun di sekolahan.

Jika terus begini, yang ada akan membuat nilainya menurun. Cukup sudah kondisi tubuhnya saja yang turun, nilainya jangan sampai.

Mungkin untuk beberapa saat kedepan dirinya akan terus fokus dengan buku-buku miliknya tanpa mempedulikan ponsel yang mungkin akan memberikan informasi terlebih. Lelaki itu akan menggunakannya jika memang benar-benar membutuhkan kabar dari seseorang yang ia sayang, terutama Abang.

Forgotten Nana [END]✓Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα