BAGIAN 53. [LEMAH]

7.4K 518 11
                                    

°°°




Siang ini tepatnya pukul setengah dua, seorang pemuda tengah terbaring bosan diatas bangsalnya. Temannya sudah pulang sejak semalam, dan pagi ini sudah pasti Jendral tengah pergi kesekolah.

Tak disangka dua hari lagi tepatnya esok Senin, sekolah sudah mengadakan ujian yang akan menentukan kenaikan kelas para siswa-siswinya.

Untuk kali ini mungkin ia tak akan pernah mengikuti ujian itu. Padahal kali ini adalah kesempatan terakhir dan satu-satunya langkah untuk mengantarkannya pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Dulunya Nana telah merencanakan jika nanti dirinya dan sang abang akan sekampus. Berangkat pulang bersama dan juga ia pasti akan mendapatkan teman baru lainnya.

Namun semua itu hanyalah rencana semata. Semuanya saat ini sangat mustahil untuk ia dapatkan. Masa depannya telah terputus karena kekurangan biaya untuk bersekolah.

Saat ini Nana benar-benar bingung. Apa yang ingin ia lakukan untuk kedepannya? Semalaman pemuda itu kembali menangis mengingat dirinya yang sudah tak mampu berbuat lebih untuk keluarga tercinta.

Untuk berjalan saja rasanya begitu susah karena penyakitnya yang semakin bertambah parah.

Bagaimana ia bisa meminta izin kepada mamanya? Sedangkan wanita itu sudah pasti tak ingin melihat dirinya lagi.

Sedari tadi hanya sebuah dinding putih saja yang ia pandangi. Memikirkan bagaimana kedepannya, apa yang bisa ia lakukan agar semuanya kembali menjadi baik.

Hidup memang sesusah ini. Ia harus melakukan semuanya sendiri, tanpa seorang teman ataupun dukungan dari keluarga. Nana bahkan berpikir, darimana ia bisa mendapatkan biaya rumah sakitnya sekarang? Sedangkan dirinya sudah tak bisa melakukan apa-apa.

Hidupnya yang manis dulu sudah terlewatkan menjadi kehidupan yang lebih buruk. Dewasa tidak seenak yang ia kira, ternyata lebih dewasa membuat banyak masalah baru yang bermunculan.

Pemuda itu memiringkan badannya kearah kanan. Ia kembali menghela napas pelan karena lagi-lagi telah kehabisan pikiran. Semuanya begitu cepat berlalu hingga membuat dirinya kini dipilihkan oleh pilihan yang begitu berat.

Mungkin ini memang jalan yang terbaik. Sebuah keputusan yang ia ambil secara cepat entah akan membuat masalah cepat selesai atau malah sebaliknya.

Hanya sebuah kata 'lelah' yang dapat mendeskripsikan dirinya.



°°°





Masih dengan pikiran yang sama, masih juga menetap dengan masalah yang sama. Sesuatu ujian yang sangat berat lagi-lagi harus diterimanya. Entah ia akan mendapatkan jalan terang dari mana lagi jika semuanya sudah menjadi seperti ini.

Kehangatan keluarga tentu saja ia rindukan. Seorang wanita yang tengah duduk disebuah kursi itu hanya dapat menatap kearah depan dimana terdapat sang anak yang masih setia dengan tidurnya.

Mata yang terpejam lekat entah kapan akan kembali terbuka.

Sudah beberapa hari juga ia sama sekali tak melihat sang suami secara langsung. Larangan dari dokter yang tak membolehkan dirinya untuk masuk kedalam ruangan sang suami membuat ia cukup frustasi.

Forgotten Nana [END]✓Where stories live. Discover now