BAGIAN 48. [BEKERJA]

3K 414 5
                                    

°°°


Senyuman kecut itu terlihat jelas diwajahnya ketika ia baru saja mendengar jika dirinya tidak diterima di tempat ini. Nana juga sadar, ia juga harus berpengalaman dengan pekerjaan barunya. Pemuda seperti nya pasti susah untuk mencari pekerjaan, mengingat ia juga yang sudah tak sekuat dulu.

Setelah dua kali tertolak, Nana berpikir sebenarnya apa yang bisa ia lakukan sekarang? Untuk mencari pekerjaan yang cocok pastinya begitu susah. Belum lagi data-data riwayat hidupnya masih ada di rumah lamanya, Nana tak membawa berkas-berkas penting itu.

Pemuda itu mengambil duduk disebuah kursi yang terdapat dibawah pohon besar pinggir jalanan. Ia mengembuskan napas panjang sambil menatap disetiap inci jalanan kota siang hari ini.

Membuat hidup baru ternyata sesusah ini. Semua orang pasti membutuhkan satu sama lain. Lantas bagaimana dengannya yang satu keluarga pun sama sekali tak ada yang ingin melihat kehadiran nya?

Terlebih lagi itu adalah orang yang telah melahirkannya kedunia.

Merasa tenggorokan nya yang haus, pemuda itu membuka sebuah botol minum yang sempat ia bawa dari rumah kemarin. Sengaja Nana tidak membeli minuman untuk menahan dahaganya. Pemuda itu lebih memilih untuk menghemat uang yang ia dapati dari penjualan sebagian bajunya.

Nana berpikir bahwa dirinya tak mungkin membutuhkan begitu banyak pakaian. Hanya sekitar tiga saja pasti cukup.

Uang itu ia gunakan untuk sarapannya pagi ini guna mengganjal perutnya yang sedikit terasa sakit. Nasi uduk tentunya tidak seburuk makanan-makanan yang sebelumnya ia konsumsi.

Matanya melihat kesana kemari untuk mencari sebuah lowongan pekerjaan yang mungkin dapat ia kerjakan. Dibawah lampu jalanan kota, terlihat seseorang lelaki yang sudah penuh dengan peluh di dahinya itu tengah berusaha menjajakan dagangan yang ia gendong di depan.

Sepertinya pekerjaan itu tidak seburuk lainnya.

Selain untuk biaya makan, Nana membutuhkan uang untuk dirinya membayar tempat kost-kostan yang telah disewa semalam. Belum lagi dengan obatnya yang akhir-akhir ini tidak pernah ia minum lagi. Nana meninggalkan semua pil beserta salep dirumahnya dahulu.

Setelah terasa sudah cukup membaik, pemuda itu kemudian mengambil langkahnya untuk berjalan menuju ke seseorang yang kini tengah menjajakan dagangannya tersebut. Bukan untuk membeli, melainkan ia ingin bertanya-tanya terlebih dahulu tentang siapa bos dibalik dirinya bekerja, supaya Nana juga bisa segera mendapatkan pekerjaan untuk melangsungkan hidupnya.

Langkah kakinya berjalan mendekat ke seorang lelaki yang berumur sekitar abangnya itu tengah berjualan. Dengan begitu sopan ia mengucapkan salam terlebih dahulu sebelum akhirnya pemuda itu berani bertanya. Jujur saja, ia sedikit takut. Namun karena ini juga hal yang sangat dibutuhkan nya maka Nana harus dapat menyingkirkan semua rasa ragunya itu.

"Permisi... Boleh saya bertanya? "


°°°



Ira yang semula hanya memandang sayu kearah putranya, lantas dirinya dibuat sedikit terkejut dengan pergerakan kecil yang terdapat di jari-jari si sulung.

Senyuman merekah diwajahnya ketika melihat putranya itu sudah cukup membaik dari hari-hari sebelumnya. Ucapan syukur ia ucapkan berkali-kali karena siang ini Tuhan masih mengizinkan putranya untuk bisa membuka mata dan melihat kedunia lagi.

Forgotten Nana [END]✓Where stories live. Discover now