BAGIAN 20. [TUMBANG]

3.6K 402 1
                                    


°°°


Napasnya terdengar memburu ketika kedua kakinya telah sampai didalam kelas. Penampilannya bisa terbilang sedikit kacau, bahkan kini dirinya lupa untuk memakai dasi miliknya karena saking takut jika ia terlambat.

Pemuda itu hanya memakai topi saja, Nana melihat jam yang terletak di pergelangan tangannya, delapan menit lagi upacara bendera akan segera terlaksanakan. Tidak sempat untuknya kembali kerumah dan mengambil barang-barang yang belum siap tersebut.

Tidak biasanya Jendral mengobrol dengan seseorang yang beberapa waktu lalu mereka temui. Padahal lelaki itu berbeda kelas dengannya, entah mengapa keduanya kini terlihat begitu akrab.

Nana berjalan mendekat kearah kedua anak Adam yang tengah berbicara tersebut. Jendral yang melihat keadaan temannya tersebut sedikit merasa terkejut karena penampilan Nana yang tidak serapih biasanya. Rambutnya berantakan, bahkan juga celana seragamnya yang masih terlihat lusuh, mungkin belum sempat untuk di gosok.

Senyuman manis ia berikan kepada temannya tersebut, kemudian pemuda itu meletakkan tasnya di kursi yang berada tepat sebelah Jendral. Ia tidak mempedulikan keberadaan Hamdan yang juga tengah duduk disana. Nana lebih memilih untuk berdiri saja daripada harus mengganggu keduanya yang tengah berkomunikasi tersebut.

Jendral heran, tidak biasanya temannya itu hanya memakai pakaian seperti ini. Biasanya Nana akan mendouble pakaiannya dengan Hoodie tebal yang sering ia gunakan. Untungnya cuaca diluar tidak begitu panas pagi ini, membuat Nana tidak perlu kewalahan untuk menghindari sinar matahari.

"Tumben banget Lo kacau kaya gini, Na? Ada apa? " Tanya Jendral yang penasaran dengan temannya tersebut. Pasalnya bukan hanya pakaian saja yang kacau, wajah itu pun terlihat begitu kacau dengan rambut yang acak-acakan dan wajah pucat tersebut.

"Gapapa, gue telat bangun tadi. " Jawabnya dengan santai, seolah tidak terjadi apa-apa padanya.

Jendral yang mendengar akan hal itu pun hanya percaya saja. Ia juga tidak terlalu tahu bagaimana kehidupan Nana dilingkungan rumahnya. Karena lelaki itu juga jarang sekali bermain ketempat temannya tersebut.

"Yaudah gue cabut, bentar lagi mau upacara! " Ucap Hamdan yang lalu berjalan pergi keluar dari kelas ini.

Jendral lantas melihat kearah dinding, memang benar jika sebentar lagi pasti bel sekolah akan berbunyi, ia lantas segera mencari topinya didalam tas.

Nana yang tidak memakai dasi itu pun menghela napas lega, ia tidak mungkin dihukum oleh guru karena wali kelasnya tahu akan hal yang membuat dirinya sakit jika terlalu berlama-lama di bawah sinar matahari. Pemuda itu lantas segera memberikan topinya untuk Jendral.

"Pake punya gue, " ucapnya sambil mengulurkan tangannya yang disana sudah terdapat sebuah topi.

"Terus Lo?-"

"Gue sensitif sama matahari, jadi Lo aja yang make. Soal gue tenang, gue gak bakal kena hukum sama bu Linda. " Ucapnya memberi tahu.

Jendral yang tidak meragukan ucapan Nana pun segera mengambil topi yang diulurkan dari temannya. Yang dibicarakan temannya ini memang benar apa adanya. Mungkin topinya tertinggal dirumah ayahnya, disaat dirinya bersama sang ibu pergi untuk kabur ketempat baru.

"Makasih ya! "

Tepat setelah Jendral mengucapkan kalimat itu, suara bel yang mengisyaratkan siswa-siswi nya untuk upacara kini terdengar hingga penjuru koridor sekolahan.

Forgotten Nana [END]✓Where stories live. Discover now