BAGIAN 40. [KESIBUKAN]

2.5K 340 3
                                    


°°°


Entah mungkin karena kejadian pagi tadi. Kini di waktu yang telah menunjukkan pukul setengah enam sore, pemuda itu sama sekali tak berani menanyakan kabar sang kakak.

Ia terlampau takut jika nantinya akan menganggu lelaki itu. Nana tak ingin jika hanya karena kekhawatiran nya, hingga membuat celah diantara hubungan keduanya.

Sepulang dari mengantarkan pakaian dirumah Hamdan, Nana segera masuk kedalam rumah dengan langkah sedikit sempoyongan nya. Pemuda itu tidak lupa jika hari ini ia sama sekali belum makan.

Perutnya perih. Namun Nana juga tak ingin membuat penyakit baru hanya karena mengonsumsi banyak sekali mi instan setiap harinya.

Pemuda itu bingung. Beberapa hari terakhir ia juga tak mendapatkan uang jajan dari mama. Obat alergi yang ia beli di apotek saat itu juga hanya tinggal sedikit.

Untuk mengganjal perutnya, Nana mencoba untuk membuat sebuah cokelat hangat. Tanpa melepas Hoodie yang masih berada ditubuhnya, ia langsung berjalan menuju ke dapur untuk mengambil bumbu cokelat nya di sebuah lemari, tempat penyimpanan salah satunya dari ruangan ini.

Setelahnya Nana segera mengambil termos dan gelas, kemudian dengan hati-hati pemuda itu menuangkan terlebih dahulu bumbu cokelat nya lalu dilanjut dengan air panas yang berada didalam termos tersebut.

Mungkin ini dapat membuat rasa laparnya terbayar, walaupun hanya sedikit.

Pemuda itu membawa cokelat panasnya dengan hati-hati menuju kedalam kamarnya. Nana ingin merenungi, banyak sekali yang masih ingin ia pikirkan. Tentang masa depan dan masalah yang membuat hubungannya dengan sang keluarga menjadi renggang.

Ia tidak ingin menjadi asing dengan orang rumah. Siapa lagi kalau bukan mereka kebahagian Nana?

Pemuda itu mengambil sebuah kursi belajarnya lalu ia letakkan disebelah jendela yang dekat dengan ranjang Jeffin. Pemuda itu meletakkan dengan perlahan cokelat panasnya diatas meja.

Memang cuaca hari ini tidaklah mendung, namun tempat yang ia gunakan, membuatnya cukup tenang. Tanpa bantuan kipas angin, pemuda itu dapat merasakan angin yang masuk dari jendela kamarnya tersebut.

Sudah lama ia tidak merasakan hal seperti ini. Terakhir kali pasti bersama dengan sang kakak. Dulu mereka berdua sering sekali menghabiskan waktu ditempat ini sambil menunggu mama dan ayah pulang dari kerjanya.

Namun tidak dengan hari ini. Nana sendirian, kakaknya juga sudah mulai mendapatkan kesibukannya sendiri sehingga membuat lelaki itu harus pulang bahkan dalam waktu yang bisa terbilang larut malam.

Semuanya berjalan begitu cepat. Dulu dimana ia tengah dimanjakan dengan orang tersayangnya, kini dengan cepat semua itu berubah. Memang waktu berharga malah sering berjalan dengan cepat.

Nana memandangi kosong ke arah depan, dimana terdapat sebuah pohon yang terletak di samping rumahnya. Pohon itu terlihat lebih pendek dibanding tempatnya duduk saat ini. Namun hal itu sama sekali tak membuat tanaman tersebut tidak terlihat dari atas.

Hari yang lelah nan membosankan. Tak ada lagi waktu main seperti dahulu. Semuanya terlalu sibuk dengan urusan dunia mereka sehingga mereka seakan melupakan jika disini juga masih ada seseorang yang membutuhkan pelukan.

Forgotten Nana [END]✓Where stories live. Discover now