BAGIAN 35. [NODA YANG SAMA]

2.9K 350 6
                                    

°°°

Terpaksa dari pagi tadi hingga memasuki jam pelajaran kedua, Nana sama sekali tidak mengikutinya. Tubuhnya sakit, entah apa yang sebenarnya terjadi. Sedari tadi Jendral mencoba untuk menyadarkannya, namun tentu saja hal itu bukanlah hal mudah yang dapat dilakukan.

Cukup lama hingga temannya itu mau membuka kedua matanya. Nana saja tidak tahu apa yang terjadi, terakhir kali ia ingat ketika semalam dirinya yang sangat susah sekali untuk tidur.

Namun setelah kesadarannya terkumpul penuh, barulah ia sadar kalau pagi tadi dirinya mungkin ketiduran di dalam kelas. Memalukan jika harus diingat.

Belum sepenuhnya ia bertanya, dan Jendral sama sekali tidak memberitahu bagaimana kondisinya ketika tengah tertidur didalam kelas sehingga harus dibawa ketempat ini. Tidak mungkin bukan jika hanya tidur saja Jendral sampai membawanya ketempat ini.

Kepalanya pusing. Disini sama sekali tidak ada temannya yang berada ditempat ini. Entah kemana perginya lelaki yang tadi membawanya. Sampai Nana bangun, dirinya hanya menyadari jika sama sekali tidak ada yang menemaninya ditempat ini.

Ia ingat ketika Jendral membawanya kemari, kesadarannya sedikit ada. Namun dirinya sama sekali tidak dapat menahan hal itu dalam waktu lama dikarenakan rasa sakit yang kian menghantam ke kepalanya.

Tak apa jika Nana berada ditempat ini sendirian. Ia tahu kalau temannya itu pasti memiliki hal yang lebih penting lainnya. Dan saat ini, jam pelajaran pun sudah terlewat dua, namun ia sama sekali tidak pernah kembali ke dalam kelasnya itu.

Nana hanya melihat sebuah teh hangat yang entah dibuatkan oleh siapa. Pemuda itu mencoba untuk bangkit dari tidurnya dan mendudukkan tubuhnya. Jika terus digunakan untuk terbaring, maka yang ada akan membuat dirinya semakin lemas.

Jujur saja, entah mengapa ditempat ini ada sesuatu yang kurang. Ya karena ini hanyalah UKS biasa, dan sama sekali bukan rumah sakit yang mungkin saat ini dibutuhkan oleh tubuhnya.

Dilihatnya jam yang tergantung di dinding. Mungkin ia sudah cukup lama berada ditempat ini tanpa melakukan apapun. Nana juga akan ketinggalan dua jam mata pelajaran sekaligus. Mengingat otaknya yang sulit untuk menyerap pelajaran, membuatnya cukup kesulitan pula untuk meraih juara kelas seperti sebelumnya.

Semenjak ia demam saat itu, mungkin Nana baru saja menyadari jika dirinya cukup kesulitan untuk menerima pelajaran yang diberikan oleh sang guru. Semuanya terasa amat membuat kepala sakit, dan itu tentu sama sekali bukan yang inginkan.

Nana memandangi sebuah teh yang masih hangat itu dengan tidak selera. Bukan masalah mood ataupun apa, hanya saja dirinya sama sekali tidak berkenan untuk meminum teh itu setetes pun.

Perutnya sakit karena pagi tadi ia tidak sarapan. Memang ini salahnya, tapi Nana juga tahu resiko jika mengonsumsi makanan tersebut dengan waktu yang cukup lama, dan ia juga belum mendapatkan uang yang cukup untuk membeli makanan itu jika suatu hari persediaannya habis.

Tidak memikirkan resiko jika nantinya tubuhnya akan kelelahan atau semacamnya, pemuda itu langsung mencoba untuk berdiri dari tempat duduknya semula. Ia memaksakan kedua kakinya tersebut untuk menopang tubuhnya agar seimbang dan dapat berjalan dengan cepat menuju kedalam kelas.

Pantas saja Jendral sama sekali tidak berada dengannya saat ini, temannya itu sudah pasti tengah mengikuti pelajaran seperti biasanya. Nana kemudian menghela napas, dirinya sama sekali tidak mempedulikan jika nantinya ia akan lebih sakit atau apa. Paksaan sempurna dari orang tuanya mampu membuat dirinya harus lebih giat lagi belajar. Terutama sang kakak yang sering sekali menanyakan bagaimana kondisi nilainya.

Forgotten Nana [END]✓Where stories live. Discover now