BAGIAN 9 [ROBOH]

4.4K 423 1
                                    

°°°

Hari Sabtu pagi, Nana tengah menyiapkan dirinya untuk bertemu dengan Jendral. Semalam pemuda itu sudah membuat janji dengan temannya tersebut jika ia setuju untuk menemani Jendral pergi kerumah Hidan untuk mengembalikan kaus olahraga yang pernah dipinjamkannya.

Nana heran mengapa tidak disekolah saja Jendral mengembalikan baju tersebut. Dengan begitu pasti tidak akan menguras tenaga seperti ini.

Namun dilain sisi Nana yang tidak tahu ingin melakukan kegiatan apa, ia lantas segera menyetujui ajakan temannya. Toh kakaknya juga akan pergi keluar bersama temannya yang bernama Tirta, hingga lelaki itu harus menunda jadwal pencucian darah nya.

Nana hanya setuju saja dengan ucapan abangnya itu. Ia harap semoga tidak ada hal buruk lainnya yang akan terjadi dengan Jeffin, mengingat pria itu yang gampang pingsan membuat Nana harus selalu menghubungi kak Tirta untuk menanyai bagaimana keadaan kakak ketika tidak berada dirumah.

Jam telah menunjukkan pukul sembilan pagi, tepat sekali dengan jam yang telah ditentukan oleh Jendral. Nana lantas segera memakai Hoodie tebalnya, tidak lupa juga dengan sepatu, topi serta masker yang setiap hari menemaninya untuk bepergian.

Saat ini yang ia hanya perlu untuk menunggu temannya datang. Bang Jeffin sudah pergi dengan Tirta beberapa saat yang lalu. Entah kemana tujuan keduanya pergi, Nana tidak sempat menanyai hal itu dengan mereka.

Seperti biasa, mama akan berada di warung baksonya sedangkan ayah pasti tengah bekerja saat ini. Rumah terasa sepi, kosong tidak ada orang yang menempati untuk beberapa waktu kedepan.

Saat tengah berkaca dan merapihkan rambutnya, tiba-tiba suara klakson dari bawah terdengar jelas. Sudah pasti itu adalah Jendral yang sudah sampai dipekarangan rumahnya.

Nana langsung mengenakan topinya dikepala, kemudian ia segera berjalan menuju ke lantai bawah untuk menemui temannya. Disana terlihat jelas Jendral yang juga tengah berkaca di spion motor miliknya.

"Udah? " Tanyanya ketika menyadari bahwa Nana sudah keluar dari rumahnya. Pemuda yang ditanyai itu hanya mengangguk, ia lantas segera menali sepatu yang sering ia gunakan untuk bepergian selain sekolah. Setelah membentuk sebuah simpul yang indah, Nana kemudian menutup pintu dahulu lalu berjalan menuju ke arah temannya yang masih berada diatas motor.

"Rumahnya jauh gak? "

Terlihat Jendral yang tengah berpikir sejenak. Ia lantas mengendikan bahunya. "Gak tau. Tapi katanya Deket sama butik sebelah perempatan. "

"Buruan naik, nanti keburu panas! " Lanjutnya.

Nana menuruti ucapan temannya. Memang benar jika dilihat dari langit, disana terlihat jelas sinar matahari yang mungkin sebentar lagi akan bertambah panas. Lelaki itu kemudian segera menaiki belakang motor Jendral.

Merasa jika temannya sudah siap, tanpa aba-aba lelaki itu langsung menyalakan motornya yang menimbulkan suara keras dari arah knalpot. Setelahnya motor itu langsung pergi dari halaman rumah ini. Meninggalkan beberapa asap yang berasal dari knalpot nya.

°°°

Jeffin tengah menyesap kopinya sambil menatap kearah Tirta yang masih sibuk dengan laptopnya. Lelaki itu menghela napas pelan sambil menaruh kembali minumannya keatas meja semula.

Banyak sekali tugas yang diberikan dosen mereka, hingga mampu membuat Jeffin pusing ingin mengerjakan yang mana dulu.

Kepalanya memikirkan untuk mendapatkan uang dengan cara sendiri tanpa menyusahkan kedua orang tuanya. Ia bingung ingin mencari pekerjaan dimana.

Forgotten Nana [END]✓Where stories live. Discover now