BAGIAN 47. [PERSINGGAHAN BARU]

3K 390 10
                                    


°°°

Rasanya cukup melelahkan hanya untuk mencari tempat yang layak untuk ditinggalinya. Jujur saja, karena jarang sekali keluar untuk waktu yang tidak penting, membuat pemuda itu tidak tahu menahu dimana letak tempat kost-kostan yang dapat ditinggali anak seperti nya.

Ia dengar tempat itu berada dekat di sekitar sini, tapi pemuda itu sama sekali tidak tahu diantara banyaknya rumah yang berjejeran di pinggir jalanan.

Bahkan disaat jam yang sudah menunjukkan hampir pukul sebelas malam, pemuda itu sama sekali belum mengisi perutnya. Mungkin mulai saat ini ia tidak akan begitu peduli dengan perutnya yang kosong. Dengan air putih pasti bisa mengganjal rasa sakit itu.

Pemuda itu mengambil duduk disebuah kursi yang terletak di sekitar sini, tepatnya pinggir jalanan. Ia mengambil botol minum yang semula sudah dipersiapkannya itu untuk berjaga-jaga jika dirinya bisa saja kehausan di tengah-tengah perjalanan.

Nana membuka tutup botol minumannya itu, dengan begitu cepat pemuda itu langsung meneguk air yang terdapat didalam botol tersebut. Tenggorokannya terasa kering karena Nana yang setengah malaman ini sama sekali belum memberi air ke tenggodokannya tersebut.

Setelah selesai meneguk setengah botol minumannya, pemuda itu kemudian mengusap kasar mulutnya yang basah.

Ia memandangi langit-langit kota yang hanya terlihat kegelapan diatas sana.

Sepertinya bukan hanya mulutnya saja yang basah, kini juga terlihat jelas celana panjangnya beserta juga dengan pakaian dan tas nya yang juga terasa basah karena guyuran air hujan siang tadi.

Pemuda itu menghela napas sampai setelahnya ia meletakkan kembali botol minumannya itu kedalam tasnya kembali.

Nana kembali menggendong tas sekolahnya itu dibelakang punggung kecilnya. Sesusah ini ternyata menjadi seorang yang lebih dewasa. Jika boleh meminta maka Nana ingin sekali masa kecilnya terulang kembali.

Tidak seperti sekarang yang setiap harinya hanya penuh dengan kesengsaraan saja.

Papan demi papan yang terlihat di pinggir jalanan itu terus Nana baca. Pemuda itu mencari papan yang bertuliskan tempat kost-kostan agar bisa ia tempati malam ini juga.

Jalanan kota yang sepi membuat pemuda itu merasa sedikit takut. Jujur saja karena dirinya yang jarang sekali berkeliling kota dan keluar kecuali ketika bersama Jeffin dan berangkat ke sekolah, membuatnya cukup kesulitan untuk mencari tempat-tempat dan memahami setiap tempat yang telah ia kunjungi.

Kedua kakinya terus berjalan. Entah pemilik kost itu sudah tertidur atau belum, Nana hanya ingin segera masuk kedalam rumah sementaranya untuk menghangatkan diri dan menenangkan dirinya yang terbilang cukup stres dengan semua yang ia alami.

Belum lagi juga dengan perutnya yang terus terasa sakit. Ingin rasanya Nana tertidur saat ini juga, karena dengan begitu ia sama sekali tidak merasakan rasa perih yang menghantam di perut bagian pusarnya.

Matanya terus membaca setiap papan yang terdapat dipinggir jalanan. Sampai akhirnya sesuatu yang ia cari-cari kini sudah ditemuinya.

Ucapan syukur didalam hati Nana panjatkan. Tidak sia-sia sedari tadi dirinya terus berjalan untuk mencari tempat yang dapat ditinggali.

Pemuda itu sedikit mempercepat langkah kakinya menuju ke tempat kost-kostan yang akan ia tujui. Sebelah tangannya yang memegangi pegangan tas, dan juga tangan kirinya yang terus meremat perutnya yang semakin terasa sakit.

Sebelumnya ia pikir, rasa sakit itu hanyalah datang sementara. Namun ternyata semua perkiraannya salah, bahkan saja hingga saat ini sakit diperutnya itu sama sekali belum hilang. Untuk berjalan saja rasanya begitu sulit.

Forgotten Nana [END]✓Where stories live. Discover now