BAGIAN 7 [TIDAK SELERA]

4.1K 482 9
                                    

°°°

Selama didalam kamar tidak ada yang pemuda itu lakukan kecuali hanya memotret sisi ruangan saja. Entah mengapa tidak ada rasa bosan untuk lelaki itu agar melakukan kegiatan tersebut secara ulang berulang.

Hanya dengan memotret dapat menghilangkan rasa bosannya ketika berada didalam rumah yang sepi ini.

Lelaki itu lantas mengecek setiap foto yang sudah ia tangkap. Hanya sudut ruangan kamar dengan benda-benda yang sama terdapat dilayar kameranya.

Nana memilih salah satu yang paling bagus, namun entah untuk dijadikan apa. Dicetak saja ia masih kehabisan kertas untuk foto tersebut, dan untuk mendapatkan nya pemuda itu harus kembali keluar rumah untuk membeli benda tersebut.

Ternyata selama ini sudah banyak sekali hal yang ia tangkap didalam ponselnya. Banyak yang sama dan tidak ada celah bedanya.

Nana lantas berinisiatif untuk menghapus sebagian gambar yang sudah ia tangkap tersebut agar dapat mengurangi penyimpanan ruang kameranya.

Kamera yang ia miliki sudah sangat lama umurnya, bahkan saja Nana lupa kapan ayah membelikan benda itu kepadanya.

Ketika tengah asik melihat foto-foto tersebut, tiba-tiba kegiatannya terhentikan ketika mendengar suara sang kakak yang menggema diruangan bawah. Lelaki itu lantas segera berjalan menghampiri arah suara yang terdengar tersebut.

Disana terlihat sang kakak yang sudah pulang. Nana lantas segera mendekatkan dirinya kepada Jeffin untuk memastikan tidak ada hal yang perlu ditakutkan terjadi.

"Kenapa, Na? "

Mendengar ucapan Jeffin membuat kepalanya menggeleng. Setelah ia selesai memastikan, pemuda itu lantas segera berjalan mengikuti kemana kakaknya berjalan.

Jeffin paham jika Nana sedang melihat keadaan nya. Biasanya Nana akan memastikan jika dirinya baik-baik saja ketika pulang dari tempat kampus.

Kali ini dirinya lolos dari perhatian sang adik. Ia lantas segera meletakkan tas nya ke dinding yang sudah biasa ia tempatkan disana. Sedangkan Nana yang membuntutinya dari belakang tersebut terhenti tepat didekat ranjangnya.

"Bang, Abang udah makan? "

Kepalanya tertoleh ketika mendengar ucapan yang kemudian keluar dari mulut adiknya.
"Kamu kenapa? Laper? "

Nana mengangguk. "Tapi cuman dikit sih... Abang udah makan? "

"Udah tadi di kampus, kan pastinya udah disediain disana. Abang juga tadi waktu pulang mampir dulu dikafe kampus bareng sama Tirta. Jadi ya Abang udah kenyang. "

Mendengar jawaban dari abangnya, Anna hanya ber-oh ria saja. Untungnya Jeffin sudah mengisi perutnya, jika belum maka entah apa yang ingin Nana berikan kepada kakaknya selain mi instan yang pasti akan membuat pencernaannya sedikit terganggu.

"Abang mau mandi, kamu kedapur dulu sana makan. " Perintahnya sambil mengambil sebuah handuk yang terdapat didalam lemari. Pria itu lantas segera memasuki kamar mandi yang terdapat diruangan kamar mereka.

Pemuda itu menatap ke arah pintu dimana kakaknya menghilang disana. Pemuda itu lantas segera bangkit dan meletakkan kembali kameranya kedalam laci sebuah meja agar memastikan jika benda tersebut dalam keadaan aman.

Forgotten Nana [END]✓Where stories live. Discover now