BAGIAN 51. [RUMAH SAKIT]

6K 525 12
                                    






°°°



Mungkin untuk hari keduanya bekerja, pemuda itu memilih untuk pulang cepat hari ini. Bukan apa, ia hanya merasakan perutnya yang kembali terasa begitu sakit, membuatnya kesulitan untuk berjalan kesana kemari.

Untung saja bos nya tidak begitu menyuruhnya bekerja keras, ia mengizinkan Nana untuk pulang cepat karena pria itu juga tahu jika mungkin anak muda yang baru saja bekerja itu memiliki kesulitan di hari pertamanya.

Tentang gaji, Nana hanya mendapatkan separuh dari hasil bekerjanya dan separuhnya lagi ia berikan kepada bos nya. Namun hal itu masih dapat ia gunakan untuk mencukupi kehidupan sehari-hari dan sebagian ia tabung untuk membayar kontrakannya.

Setelah pulang dari bekerja tepatnya jam delapan malam, pemuda itu langsung memakan makanan yang ia beli di pinggir jalanan tadi. Perlahan kedua tangannya bergerak untuk membuka bungkusan yang semula terdapat nasi goreng didalamnya.

Karena perutnya yang tadi merasakan sakit, maka ia berinisiatif untuk segera memakan makanan tersebut. Tentu saja hal itu diawali dengan doa.

Didalam rumah kost-kostan yang sempit ini, ia melakukan apapun diatas kasur lantainya. Mulai dari tidur, makan, dan hal-hal lain juga ia lakukan disini.

Memang tempat ini begitu berbeda dengan tempat tinggal dulunya. Dan itu adalah salah satu alasannya merindukan rumah lamanya yang entah saat ini bagiamana keadaannya.

Disetiap suapan yang tertuju dalam mulutnya, ia selalu memikirkan bagaimana keadaan kakaknya saat ini. Apakah lelaki itu telah siuman dari tidurnya, dan apakah abangnya itu juga sama halnya merindukan dirinya?

Bukan hanya itu, mengingat terakhir kali dirinya yang melihat sang ayah seperti orang kesakitan dan berakhir pingsan ditempat juga adalah salah satu pertanyaan yang hanya dapat ia pendam dihatinya.

Apakah mereka semua baik-baik saja? Semoga saja tak ada hal serius lainnya yang terjadi disana. Hanya itu harapan satu-satunya yang hanya dapat ia sampaikan di setiap panjatan doanya.

Disetiap suapan itu pula, pemuda itu terus meremat kuat perutnya yang masih berlapiskan pakaian Hoodie tebal miliknya. Mencoba untuk mengurangi rasa sakit yang tertera disana walaupun tak ada sama sekali hasil yang ia dapatkan.

Menurut Nana, hal ini hanyalah rasa sakit biasa  yang dapat timbul diwaktu kapan saja.

Entah harus bagaimana lagi untuk menguranginya, bahkan kini sudah diisi dengan beberapa suapan didalam perutnya namun sama sekali tak ada yang berubah. Rasa sakit itu terus terasa disana membuatnya semakin menunjukkan ringisan yang tak dapat orang lihat.

Kedua tangannya bergerak untuk memegangi perut yang terus terasa begitu sakit. Rasa sakit yang sama ketika dirinya hampir tak dapat berjalan karena disetiap pergerakannya terus saja rasa nyeri itu bermunculan.

Pemuda itu meremat perutnya dengan kedua tangan yang kini sudah berada diantara kanan dan kiri letak pusarnya. Entah jika hal ini sudah terjadi, apa lagi yang dapat ia lakukan?

Pemuda itu melepas Hoodie yang sedari tadi berada ditubuhnya, menyisakan pakaian kaus putih biasa ditubuhnya yang memperlihatkan beberapa goresan terdapat di lengan kirinya.

Di sela-sela ia tengah merasakan rasa sakit, tiba-tiba didepan rumah seperti ada seseorang yang baru saja memarkirkan motornya. Nana berpikir jika itu mungkin hanyalah penghuni kost sebelah yang kebetulan baru pulang entah darimana.

Forgotten Nana [END]✓Where stories live. Discover now