BAGIAN 29. [KEBOHONGAN]

3K 395 5
                                    

°°°

Tidak ada yang membuka suara didalam mobil yang tengah ditumpanginya ini. Membuat keadaan tentunya menjadi canggung.

Kedua saudara kakak beradik berada di kursi tengah, mereka sama-sama diam dan sibuk mengamati jalanan dari arah jendelanya.

Disini Nana lah yang menjadi semakin canggung. Pemuda itu tidak berani sekedar menatap kearah ayah yang tengah menyupir di kursi paling depan. Dirinya merasa takut karena kejadian beberapa hari yang lalu dimana ayah memukulinya dan menyuruhnya tidur diluar rumah.

Bagaimana tidak canggung, sedangkan Nana sangat mengingat kejadian itu dengan pasti. Memang benar jika akhir-akhir ini mungkin dirinya dan kedua orang tuanya akan membuat jarak diantara mereka. Dari pagi saja mama seperti tidak suka melihatnya ketika tengah menikmati sarapan di meja makan pagi tadi.

Begitupun dengan ayah yang tidak banyak bicara dengannya. Hanya dengan abangnya saja Nana berani berbicara. Ini juga salahnya, Nana berpikir jika memang dirinya yang membuat jarak diantara mereka semenjak kejadian beberapa hari yang lalu.

Menurutnya hari itu adalah hari terburuk sepanjang hidupnya. Semenjak hari itu Nana seperti merasakan kehilangan yang tidak mampu di dibicarakan dengan kata-kata.

°°°

Kedua kakinya melangkah menuju ke kelas yang hampir satu tahun ini ia tempati. Karena pagi ini dirinya yang berangkat cukup pagi, Nana memanfaatkan waktunya untuk mencatat materi yang kemarin diberikan oleh sang guru.

Sesampainya didalam kelas, pemuda itu melangkah masuk menuju ke tempat duduk yang berada di sebelah tempat Jendral. Temannya itu sama sekali tidak terlihat pagi ini. Hanya terdapat tas nya saja di kursi sebelahnya ini, Jendral sama sekali belum menampakkan batang hidungnya.

Mungkin pagi ini temannya itu tengah menikmati makanan di kantin, atau kalau tidak mungkin tengah mengobrol dengan temannya di tempat lain.

Kedua tangan Nana kemudian bergerak untuk mengambil alat tulis didalam tas nya. Untung saja papan tulis yang berada didepan sama sekali belum dihapus, memudahkannya untuk mencatat dan memahami materinya sendiri.

Dengan telaten pemuda itu mencatat kembali tulisan yang terpampang jelas didepan. Hitung-hitung sambil menunggu bel masuk berbunyi, ia gunakan kesempatan ini untuk mempelajari materi kemarin.

Entah mengapa Nana merasa jika dirinya akhir-akhir ini sering sekali lupa, apalagi ketika tengah mengingat rumus-rumus fisika maupun matematika yang diberikan oleh sang guru. Tidak seperti biasanya jika dirinya yang hanya sekali menghafal langsung dapat mengingatnya.

Berbeda dengan sekarang. Diwaktu terakhir kali dirinya sekolah Senin kemarin, Nana merasa jika kepalanya sulit untuk mencerna pelajaran yang diberikan oleh guru. Entah efek samping dari apa, tentunya ia sama sekali tidak pernah mengonsumsi berbagai jenis obat yang aneh.

Jika diingat-ingat, pukulan yang mendarat dikepalanya yang diberikan oleh ayah memang sangat keras. Pemuda itu menepik pemikiran negatifnya tentang kejadian tersebut. Tidak mungkin hal ini terjadi hanya karena masalah sepele seperti itu.

Nana mencoba untuk melupakan kejadian dimana ayah memukulinya malam itu. Namun tentu saja hal itu cukup sulit untuknya. Yang dulu dirinya hanya mendapatkan kasih sayang dan perhatian, namun berbeda dengan sekarang ini. Malam itu adalah waktu pertama kalinya ayah berani bermain tangan dengannya.

Forgotten Nana [END]✓Where stories live. Discover now