BAGIAN 27. [RASA PENAT]

3.1K 442 10
                                    

Double up nya frend^^
Happy reading ♡


°°°

Malam ini Jeffin memaksa untuk bisa cepat pulang dari tempat yang menurutnya sangat membosankan. Walaupun kata dokter dirinya harus istirahat hingga esok hari, namun bukan namanya Jeffin jika lelaki itu tidak keras kepala seperti adiknya.

Kedua orang tuanya hanya bisa menuruti apa yang diinginkan sang anak. Bukannya Jeffin tidak ingin cepat sembuh, namun biaya pengobatan tentu saja membutuhkan pengeluaran yang tidak sedikit. Belum lagi akhir-akhir ini ibunya yang sering menunda pekerjaannya hanya untuk menjaga dirinya yang tengah sakit di tempat berbau anyir tersebut.

Mama pasti lelah hanya karena menjaga dirinya yang terus berbaring di tempat, tidak ada hiburan sama sekali di ruangannya karena memang dirinya tidak memesan kamar yang tersedia VVIP disana.

Saat ini ayah juga tengah ada ditempat ini. Pria itu yang akan menyupir mobilnya untuk mereka pergi kerumah. Jujur saja, Agung masih sedikit marah dengan putra bungsunya. Maka dari itu untuk beberapa hari ini dirinya memutuskan akan membiarkan Nana, tidak peduli apa yang terjadi dengan anak itu.

Keduanya kemudian berada diperjalanan saat jam tengah menunjukkan hampir pukul setengah sembilan malam. Memang tidak baik jika malam-malam Jeffin harus pulang. Namun karena dirinya yang terus bersikeras untuk sampai dirumah, kedua orang tuanya tentu saja tidak bisa menolak permintaan putranya.

Mengingat kata dokter jika keadaan Jeffin saat ini sudah baik-baik saja. Hanya tidak perlu kecapean ketika tengah berada dirumah.

Jujur saja, hari sang kakak cukup gelisah dengan keadaan Nana dirumah. Entah rasanya seperti ada yang aneh, oleh karena itu dirinya juga ingin segera bertemu dengan Nana dirumah.

"Jangan telatin minum obat Lo, Jeff. Inget kata dokter! " Ujar mama yang duduk didepan, bersebelahan dengan ayah.

"Iya ma... " Jawabnya sambil melihat kearah samping dimana terdapat sebuah kaca mobil yang sudah memburam akibat air hujan yang berjatuhan.

Lama tidak mendengar suara sang adik, membuatnya dilanda rindu. Jeffin sadar jika ini memang salahnya yang tidak memperhatikan keadaan jalanan sewaktu itu, hingga membuat kedua orang tuanya itu harus menunda pekerjaannya demi dirinya.

Rasa keram diperut terasa, mungkin ini adalah efek samping dari pencucian darahnya tadi. Memang hal ini sudah wajar karena setiap dua Minggu sekali pasti Jeffin selalu merasakan hal seperti ini.

"Kamu jangan pernah coba-coba buat minum obat yang ilegal Lo, Jeff... Awas aja kalo kamu ketahuan minum kaya gituan! "

Mendengar penuturan mama membuat Jeffin terdiam sejenak obat ilegal? Apa yang dimaksud nya adalah pil yang selalu ia minum diam-diam dalam jumlah yang banyak? Tapi hal itu tidak mungkin diketahui oleh orang tuanya. Hanya dirinya yang tahu. Jeffin tidak pernah menceritakan akan hal ini, selain kepada Tirta, sahabatnya.

°°°

"Jalannya pelan-pelan, jangan buru-buru ntar jatuh. " Ujar Ira memperingatkan si sulung.

Jeffin menghela napas pelan. Apa mamanya pikir jika dirinya masih anak balita yang harus dibimbing ketika berjalan? Ada-ada saja.

Lelaki itu berjalan melangkahkan kakinya menuju ke tempat yang sudah menjadi tempat teduhnya dari berbagai cuaca. Ayah masih berada ditempatnya untuk menaruh mobilnya di garasi yang terletak dipinggir rumah.

Forgotten Nana [END]✓Where stories live. Discover now