BAGIAN 31. [THERE ISN'T ANY]

2.8K 380 9
                                    

°°°

Salahkan saja jika memang Jeffin keras kepala. Buktinya, setelah diberitahu risiko tentang penyakitnya jika ia harus bekerja, kini lelaki itu malah tidak mempedulikan hal tersebut.

Untungnya kuliah hari ini tidak memerlukan waktu yang lama. Saat ini jam telah menunjukkan pukul setengah empat sore, Jeffin tengah berjalan mengelilingi kota dengan kedua kakinya untuk mencari pekerjaan yang cocok sebagai seorang mahasiswa.

Hitung-hitung untuk menambahkan pemasukan keluarga. Tidak mungkin kan jika ia terus mengandalkan uang orang tuanya.

Kedua kakinya berjalan menuju ke sebuah toko untuk mencari minuman agar rasa hausnya dapat terganjal. Melelahkan sekali ketika ia berjalan cukup jauh hingga saat ini, namun sama sekali belum membuahkan hasil sama sekali.

Setelah berada di sebuah toko, lelaki itu kemudian memesan sebuah air mineral untuknya minum sore ini. Setelah selesai dengan pembayarannya, ia lantas segera duduk di sebuah kursi yang terdapat didepan toko tersebut.

Tangannya bergerak untuk membuka tutup botol yang semula masih disegel. Setelahnya tak lupa juga ia berdoa dahulu sebelum meneguk air yang berada didalam sana. Perlahan dahaganya menghilang setelah meneguk air segar yang terdapat didalam botol tersebut.

Jeffin lantas mengambil sebuah ponsel yang berada disakunya. Ia cari sebuah roomchat milik sang adik, memberitahu jika hari ini mungkin ia akan pulang sedikit terlambat dari hari-hari sebelumnya agar Nana tidak khawatir akan keadaannya.

Nana

Hri ini abng pulang agak telat|
Ada tugas yg dikasih dosen Abang tadi|
15.36

Melihat pesan tersebut telah terkirim ke ponsel sang adik, lelaki itu lantas meletakkan kembali benda pipih tersebut kedalam sakunya. Seperti nya memang dirinya tidak dapat berlama-lama ditempat ini. Atau yang ada hanya akan mengulur waktu yang semakin petang.

Tanpa pikir panjang, lelaki itu kembali membawa tasnya dengan sebelah lengan dan yang satunya ia gunakan untuk membawa air mineral yang semula sudah ia beli.

Langkah kakinya berjalan untuk mencari pekerjaan yang mungkin akan ia lakukan akhir-akhir ini. Daripada dirinya berada dirumah tanpa ada kegiatan sama sekali, lebih baik waktu itu ia gunakan untuk bekerja mencari uang. Siapa tahu bisa membantu meringankan pekerjaan orang tuanya dan juga membelikan barang-barang untuk sang adik.

°°°

Bel pulang telah berbunyi beberapa saat yang lalu. Pemuda yang semula berada didalam kelas itu kemudian segera keluar dan memasang sepatunya untuk alas kaki dirinya pulang.

Banyak sekali siswa siswi yang berhamburan menuju ke pintu gerbang utama, tidak banyak dari mereka juga membawa kendaraan beroda dua maupun empat.

Sengaja hari ini Jendral menunggu sahabatnya itu untuk pulang. Biasanya pemuda itu selalu mendahului Nana ketika jam pulang telah tiba karena dirinya yang harus merawat sang bunda dirumah kontrakannya.

Mata Jendral menatap kearah Nana yang tengah sibuk menali tali sepatunya itu. Bisa dilihat dari penampilannya saja hari ini memang temannya itu tengah tidak baik-baik saja. Dirinya menjadi curiga jika memang Nana hari ini tidak mengalami demam.

Forgotten Nana [END]✓Where stories live. Discover now